•Prolog•

125 10 9
                                    

Suara alaram pada pagi ini membangunkan aku dari mimpi indahku di alam bawah sadarku. Aku menoleh ke samping kananku tak ku sangka pagi ini aku telah menjadi istri orang. Dan orang itu adalah Fahreza Abrisam

Kalau aku boleh jujur, aku senang. Sangat senang malah jika ada seseorang yang pada akhirnya menikahiku, itu adalah hal yang sangat ku impikan sedari aku remaja. Yaa seseorang yang menikahiku karena mencintaiku dengan tulus dan menerima kekurangan ku dengan ikhlas.

Namun kali ini sepertinya takdir telah menyadarkan ku dari harapan indahku. Ini bukanlah pernikahan yang ku inginkan. Tidak ada setitik rasa diantara kami apalagi ketulusan darinya. Pernikahan ini terjadi karena suatu kejadian pada malam itu,pada malam itu juga terakhir kalinya aku tinggal di panti asuhan.

Aku pun langsung turun dari ranjang menuju kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri aku segera menyiapkan pakaian kerja suami ku dan juga sarapan.

Lekas itu aku kembali menuju kamar,tampak ia sudah selesai berpakaian. Aku mengajaknya untuk sarapan dibawah

"kalau kamu sudah siap, silahkan kebawah. Sarapan pagi ini sudah ku siapkan"

Setelah memberikan isyarat kepadanya aku tersenyum tipis kepadanya yang menatap ku dingin dan langsung turun kebawah.

"Lain kali lo ga perlu repot-repot bersesin keperluan gue, nyiapin sarapan atau apalah itu. Jangan bertingkah layaknya seorang istri yang baik sama gue. Karena perlu lo tahu gue ga pernah mandang lo sebagai istri . Gue nikahin lo cuma karena kasihan, cuma karena ga mau memperpanjang masalah. Dan gue harap lo paham akan hal itu"

Ia berkata panjang lebar seperti itu kepadaku, seketika selera makan ku hilang. Aku tertunduk lusuh mendengar kata-kata yang dia katakan. Yaa aku sadar, aku sangat sadar diri akan kejadian malam itu. Ia menikahi ku karena keterpaksaan, hanya karena ia tak mau memperpanjang masalah. Namun apa salahnya jika aku bertingkah layaknya istri yang baik, ooh tidak anggaplah aku bersikap baik kepada orang yang tak mau memperpanjang masalah pada kejadian malam itu apa salahnya? Apa salahnya jika aku menyiapkan pakaian kerjanya juga sarapan pagi kepadanya?

Selesai ia sarapan ia bediri dari duduknya yang ku yakini hendak beranjak pergi kerja. Saat ia mulai melangkahkan kaki ku tarik pergelangan tangannya sehingga ia berbalik badan kebelalang menatapku dengan tatapan heran. Segera ku genggam tangan kanannya lalu menyalim nya.

Ia tampak terkejut akan hal yang kulakukan barusan menghentakkan tanggannya sehingga terlepas dsri tanganku. Tangan kanan yang tadi ku salam kini beranjak mendorong kepala ku lumayan kuat

"Apaan sih lo! Gue udah bilang sama lo,jangan betingkah layaknya istri yang baik sama gue!"

Ucapnya dengan penuh penekanan.

Aku hanya bisa tertunduk lusuh seperti tadi saat ia mengatakan hal itu dengan suara keras dan penuh penekanan. Tanpa seizinku dengan lacangnya air mata ini terjun dari pelupuk mataku.

Apa salah jika aku berusaha berbakti kepada suami? Jika aku masih mempunyai orang tua,sudah ku pastikan aku akan selalu berusaha berbakti dan membahagiakan orang tua ku.

Namun lagi-lagi takdir mengusir mimpiku. Ibuku meninggal sejak melahirkan si bisu tak berguna ini, sedari kecil aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu melihat wajah indah nya juga senyuman manisnya,aku tidak pernah memandang dan merasakan hal itu.

Sejak dari lahir hingga aku berusia 10 tahun aku hidup dan dibesarkan oleh ayahku. Iyaa hanya hingga usiaku 10 tahun saja. Tepat hari ulang tahunku ke 10 disaat aku menunggu kepulangannya,kala itu ia berjanji pulang lebih awal dan merayakan ulangtahunku kecil-kecilan. Namun takdir sulit dimengerti,saat aku menunggu kepulangan ayahku ia malah pulang kerumah-Nya dengan damai.

Yaa dengan kejadian itu juga aku merasa bahwa benar kata orang, aku hanyalah si bisu tak berguna pembawa sial. Terbukti dari ibuku yang meninggal saat melahirkanku,juga ayahku yang meninggal bertepan dengan hari kelahiranku.

Sejak meninggalnya ayahku aku tinggal bersama bibiku yang tak lain adalah adik ayahku. Di keluarga nya aku seperti tidak dianggap sebagai anggota keluarga nya. Dengan bahasa kasarnya aku seperti di jadikan pembantu di keluarga itu, masak,mencuci baju, mencuci piring,menyapu rumah dan hal-hal lainnya yang biasa di lakukan oleh ART.

Namun hal itu tak mengapa denganku. Karena aku cukup tahu diri menumpang hidup di keluarga orang walaupun itu masih ada ikatan darah yang kuat dengan ayahku. Yaa tak mengapa bagiku setidaknya mungkin inilah balas budi yang bisa dilakukan si bisu tak berguna ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She is a mute girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang