Sepulang dari sekolah, dengan mengandalkan ingatannya, Dian berhasil sampai rumah dengan selamat. Dia masih dalam keadaan linglung saat di depan pintu.
Pada saat ini, ayahnya pasti masih bekerja. Jadi Dian mengambil kunci dari tasnya. Saat dia hendak membuka pintu, seseorang membuka pintu dari dalam.
"Sudah pulang?" Ayah Dian tersenyum lembut, dengan celemek dan spatula ditangannya. Dian mencium tangan ayahnya dan tersenyum haru.
"Yah" dian bersuara serak lalu memeluk ayahnya erat, "aku pulang", Dian berkaca-kaca menahan tangisnya.
Ayahnya telah meninggal di kehidupan sebelumnya, saat itu ia mengikuti Levin untuk tinggal di Kota J. Meninggalkan ayah yang selalu ia andalkan. Ibunya meninggal saat melahirkan Dian, dan sejak saat itu, Ayah menjadi tulang punggung keluarga dan ibu rumah tangga sekaligus.
Dian sangat jarang bertemu ayahnya, biasanya ayahnya akan berangkat kerja saat matahari belum terbit dan pulang saat matahari sudah tenggelam. Ayahnya hanya akan menyisakan sarapan untuk Dian pada pagi hari dan disertakan uang untuk keperluan anaknya. Bahkan saat Dian telah meninggalkan kota pun, ayahnya tetap mengiriminya uang, dengan alasan "Ayah hanya hidup sendiri, tidak membutuhkan banyak uang".
Ayahnya selalu menyayanginya, namun ia malah meninggalkan nya sendirian di rumah ini, bahkan saat ayah nya menghembuskan nafas terakhirnya, dian tidak melihatnya untuk terakhir kalinya.
Ini adalah penyesalan terbesar dian. Tahun itu, di dalam hatinya hanya ada Levin, sehingga Dian tidak menyadari bahwa ayah yang selalu mencemaskan nya, menderita Kanker.
Untung semuanya dimulai lagi.
--------
Keesokan paginya, Dian mengenakan dua mata panda besar kedalam kelas. Melihat mimpi buruk setiap kali memejamkan mata, membuatnya terjaga sepanjang malam.
Tepat saat dia duduk, teman sekelasnya, Gembul juga bergegas masuk. Gembul adalah satu satunya orang yang cukup akrab dengan Dian.
Sebenarnya, nama asli Gembul adalah Agung, tapi dikarenakan bentuk tubuhnya yang bulat dan porsi makannya yang luar biasa, anak lain menciptakan panggilan itu untuknya.
Gembul menyapa Dian, lalu duduk disampingnya. Dian hanya tersenyum membalas. tak lama, bel berbunyi. Kelas telah penuh oleh siswa, namun guru pengajar tak kunjung datang.
Akhirnya sang ketua kelas dan wakilnya mengambil inisiatif untuk memanggil guru diiringi dengan desahan malas siswa lainnya.
Tak lama kemudian, ketua kelas kembali "Pak Tomo bilang dia ada urusan sebentar, sebelum dia datang tugas kemarin tolong kumpulkan."
Setelah berkata demikian, ketua kelas mulai berkeliling kelas untuk mengumpulkan buku. Saat tiba giliran Dian, wajah Dian tiba tiba berubah putih.
Gembul yang berada disampingnya segera mengumpulkan tugasnya dan menyikut lengan Dian, "Dian, kumpulin bukumu."
"Aku belum ngerjain" ucap Dian lirih sembari menundukkan kepalanya.
Ketua kelas itu bernama Jevan, ia tersenyum canggung "kalau begitu cepat kerjakan, saya akan keliling mengumpulkan yang lain dulu."
Dian mengangkat kepalanya dan mengangguk pelan sebagai ungkapan terima kasih kepada Jevan, lalu mulai membuka bukunya. Jelas terpampang deretan angka dan simbol disana, melihatnya dian mendesah pasrah dan menyerah. Ia bukanlah anak pintar, namun ia pun tidak bodoh, tapi perihal matematika, ia benar benar lemah dalam hal ini.
Ia tidak memperhatikan bahwa saat ini adalah jam pelajaran Pak Tomo yang notabene adalah guru matematika, sedari tadi ia melamunkan Levin yang sedang tertidur di mejanya. Kini penyesalan pun datang dan mentertawakan Dian yang sebentar lagi akan dikenai hukuman oleh bapak bapak botak berkacamata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL LOVE U
Teen FictionKembali ke sekolah menengah atas, dan bertemu orang yang disukainya sekali lagi, Dian kali ini telah memutuskan untuk memilih rute yang sama sekali berbeda. {Pratinjau kecil} Sebelum kelahiran kembali- Dian : aku menyukaimu. Levin : apa yang kamu k...