Don't Ever F*cking Care

182 40 30
                                    

.
.
.

Chapter Two

[Don't Ever F*cking Care]

warn:
typo(s) | drama | mature

playlist:

Young & Unafraid - The Moth & The Flame

. . .


Jungkook dengan kasar membanting pintu mobilnya, berjalan dengan wajah memerah menahan amarah memasuki sebuah gedung yang latarnya penuh dengan mobil berjejer rapi.

Jas hitam yang ia kenakan sedikit kusut, tapi ia tidak peduli. Orang-orang berkumpul dengan pakaian mahal juga wangi parfum yang seolah saling tercampur baur menghasilkan aroma yang membuat kepalanya pening, mereka sibuk berdiri memegang gelas cocktail atau memakan kue-kue ringan yang tersaji disana. Beberapa ada yang membentuk kelompok, entah membicarakan apa. Sisanya mengobrol sesuatu yang basi, sembari sibuk memakai topeng masing-masing.

Namun Taehyung menemukannya dengan cepat.

"Kau disini,"

Jungkook memutar kedua bola matanya malas.

"Minggir,"

"Jangan melakukan hal bodoh, Jungkook." Tatapannya memperingati, namun tidak cukup membuat Jungkook mengerit ketakutan. Lelaki itu justru melangkah mendekat, hembusan napasnya menerpa kulit pipi Taehyung, hingga ia dapat mencium aroma tubuh seorang di hadapannya.

"Menurutmu apa yang akan aku lakukan?" ia menarik sudut bibirnya merasa tertarik, bermain-main dengan rasa waspada dan kecemasan kakak tirinya.

"Entahlah," Taehyung mengangkat kedua bahunya, "tapi ayah tidak akan melepaskanmu,"

"Kau pikir aku takut dengan gertakan lelaki itu?" Jungkook terkekeh sembari menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir. Jeon Baeksoo menatap mereka lewat sudut mata dari kejauhan dan Jungkook tidak melewatkan tatapan itu yang serta merta ia manfaatkan untuk melemparkan senyuman aneh sebelum kembali beralih menyelesaikan urusannya dengan Taehyung lalu menepuk bahu lelaki itu keras. "Tidak usah tegang begitu bung, aku hanya akan mengucapkan selamat atas pernikahan mereka, bukankah seharusnya begitu?"

Kedua mata Taehyung mengikuti Jungkook yang sudah berjalan ke depan membelakanginya, menancap tajam seakan kau menoleh sedetik saja, kau kehilangan kesempatan untuk mencegah perbuatan bodoh yang Jungkook sebabkan. Tapi rupanya lelaki yang lebih muda itu nampak menepati perkataannya. Yang entah dari jarak yang begitu jauh serta kebisingan yang terlalu gaduh, ucapan yang Jungkook katakan dari mulut berbisa itu tidak dapat mencapai kedua telinganya.

Lain halnya dengan Jungkook yang baru saja mengucapkan ucapan selamat dengan tangannya yang kini berpindah meremat halus lembut tangan ibu tirinya. Melirik ke arah jari kelingking, ada sebuah cincin yang melingkar indah dan Jungkook tidak tahan untuk mengomentarinya.

"Cincin yang bagus,"

"Terima kasih. Ayahmu memang memiliki selera yang bagus,"

Jungkook berpura-pura terkejut memandang wajah ayahnya yang sudah menatapnya jengah. "Oh ya? Wah aku tidak pernah menyangka mengenai hal itu,"

"Yeah, ayahmu memang tidak terduga,"

Atmosfir yang kini tengah ia hirup begitu memuakkan. Wajah di hadapannya tersenyum tipikal seorang yang bahagia diatas penderitaan orang lain, ia tersenyum kecut.

bittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang