Bagian Satu "Kakak Akan Jaga Putri"

640 5 2
                                    

Tolong dimaklumi jika ada kesalahan kata, penempatan suku kata. Atau ada kesamaan nama, tempat dan cerita.

Tidak ada yang sempurnya selain Allah swt.,

Selamat membaca, semoga kalian suka.

...

"Ayo kita pulang" sebuah tangan kecil menyambut uluran tangannya berjalan beriringan meninggalkan ruang sidang

Menyusuri lorong gedung yang masih ramai dengan orang dewasa yang ikut memperhatikan sidang kedua orang tua mereka

Menatap iba dan sendu penuh prihatin pada kedua anak yang sedang bergandeng tangan melewati mereka

Bagaimana tidak, diusia yang belum genap 15 tahun juga si kecil yang bahkan baru saja ulang tahun yang ke4 itu harus menghadiri sidang perceraian orang tua mereka

Mata mereka yang terlihat lelah tidak menangis, membuat setiap pasang mata yang melihat tahu, seberapa sering mereka menangis hingga sekarang air mata mereka tidak keluar setetespun

Ayah dan ibunya kemana? Jangan tanya si kecil, bahkan kakaknya saja tidak perduli jika tidak ada inisiatif sama sekali dari orang tuanya untuk mengasuh mereka

Mereka berdiri dipinggir jalan, menunggu angkutan umum dengan masing masing mengenggam plastik berisi es kelapa yang mereka beli didepan kantor persidangan tadi

Tidak ada yang sedih dari mereka. Lebih tepatnya mereka sudah terbiasa bersedih

Disetiap pertengkaran yang memuakkan dirumah, adiknya selalu menangis dalam pelukan kakaknya yang ikut menangis dalam diam

Tidak jarang mereka terkena dampak dari pertengkaran, adiknya hampir saja kehilangan penglihatan jika saja tidak di dorong jauh oleh kakaknya karena garpu yang melayang kearah gadis kecil itu

Saat itu kedua orang tuanya hanya mengantar kerumah sakit, perhatian selama beberapa hari setelah itu kembali sibuk dengan pekerjaan dan juga pertengkaran

Jadi jangan salahkan kedua anak ini jika mereka tidak bersedih bahkan saat melihat kehidupan normal keluarganya berakhir didepan mata

Bahkan sejak awalpun tidak ada keluarga didalam kehidupan mereka

"Kita pulang kerumah nenek ya?!" Agus, sang kakak duduk disamping adiknya berhimpitan dengan penumpang lain sambil mengelus lembut kepala sang adik yang tadi mengangguk mengiyakan

Kembali menelusuri jalan, dengan adik kecilnya yang sesekali berlarian mengejar kucing liar atau melihat kumbang lewat

Begitu sampai dirumah neneknya yang ternyata sedang ramai, mungkin orang orang dewasa itu sedang kumpul setelah menghadiri perceraian kedua orang tua mereka

Sedikit membuat keributan dikeluarga ayahnya karena mendapati kedua anak ini bahkan berjalan sendiri kerumah neneknya

Marah, beberapa sempat memarahi tindakan memalukan ayah kedua anak ini. Tapi tidak berlarut larut, mereka harus menjaga perasaan kedua anak yang bahkan baru saja melihat kehancuran diawal kehidupan mereka

Beberapa hari tinggal dirumah nenek dari ayah mereka, tidak sekalipun orang tua kedua anak ini menjenguk

Neneknya sudah menelfon mengabarkan sang cucu yang tinggal bersamanya. Hanya helaan nafas juga permintaan untuk dirawat yang didengar wanita tua itu

Beruntung ada sang paman yang memberikan sebagian penghasilan dagangan bajunya untuk kedua anak itu agar bisa tetap bersekolah

Jangan tanya kenapa ayah dan ibunya tidak memberikan uang, mereka terlalu sibuk untuk melarikan diri dari masalah dan melupakan kakak beradik itu

Entah mereka lupa atau memang melupakan kedua anak kecil itu

"Kak!" tangan kecil itu mengayun ayun tangan besar kakaknya meminta respon

"Heum?" si anak remaja tersenyum menanggapi adiknya mereka berada dihalaman kecil rumah neneknya duduk sambil menikmati hari minggu sore dengan ice cream ditangan

"Ayah sama mamah gak akan pulang lagi ya?" Putri, gadis kecil itu menunggu jawaban dari kakaknya

Hanya anggukan juga senyum yang masih bertengger manis pada wajah tampan kakaknya

Agus meraih tangan adiknya, menaruh stik ice cream yang sudah habis dimakannya beralih mengusap lembut rambut panjang adiknya dengan tangan yang satu masih menggenggam tangan kecil itu

"Putri sama kakak aja ya, mungkin akan sedikit sulit tapi kakak janji, kak Agus akan kembalikan kehidupan kita walaupun tanpa mereka" senyum yang tadi bersemayam perlahan menghilang

Remaja itu menatap dalam mata adiknya, membayangkan kehidupan keduanya nanti. Pamannya punya keluarga yang harus dihidupi juga dengan tiga anak yang masih kecil tidak mungkin menambah dua anak lagi dengan penghasilan yang tidak seberapa

Sempat terfikir pamannya untuk meminta pada orang tuanya. Tapi Agus menolak, dia sudah tidak mau menganggu orang tuanya lagi

Dia akan berusaha keras untuk bekerja dan menjaga adiknya. Meninggalkan kehidupan remajanya, mulai tidak bermain dan bersekolah dengan sungguh sungguh

Mungkin sulit, tapi dia memohon pada pamannya agar menyekolahkan mereka setidaknya sampai Agus cukup umur untuk mencari pekerjaan

Putri mengangguk menuruti apa yang kakaknya katakan. Kakinya turun dan berayun diatas bale yang mereka duduki bersenandung kecil dan diikuti kakaknya

(menyanyikan lagu)

Mereka tersenyum dan berakhir dengan tawa saat sadar suara yang keluar bahkan tidak pantas dianggap bernyanyi

"Agus! Putri! Ayo masuk, sudah mau maghrib" tangan keriput rentan itu melambai memanggil kedua cucunya

"Iya, Nek!" Putri lompat menuruni bale yang sejak tadi sore mereka duduki berlari ke arah neneknya yang tengah menunggu satu cucunya lagi, menarik narik neneknya agar cepat masuk meninggalkan kakaknya

"Ayo nek kunciin aja ka Agus" dia tertawa kecil dibalik tubuh bungkuk neneknya

Setelah membuang sampah pada tong hijau yang ada di samping bale, Agus berjalan perlahan sambil menyeringai mendekati nenek dan adiknya

"Ohh jadi ada yang mau ngunciin kakak, siapa sih nek siapa sini biar Agus kunciin balik"

Seketika gelak tawa terdengar begitu Agus berhasil merengkuh tubuh kecil adiknya dan menggelitik disekitar perut juga leher membuat Putri menangis geli minta ampun

Melupakan bagaimana sakitnya luka yang mereka dapat bahkan diusia yang masih belia. Disaat remaja lain sibuk dengan manis pahitnya percintaan, Agus sedang berfikir keras untuk kehidupannya dan adik kecilnya, Putri

Sedangkan gadis kecil itu, tidak banyak menuntut. Dia akan dengan senang hati membantu nenenknya mengurus rumah dan bersekolah dengan riang seperti tidak terjadi apa apa. Dia tidak suka membuat kakaknya, Agus khawatir jika ia terlalu sedih

Mereka hanyak anak kecil yang bahkan belum waktunya merasakan pahit kehidupan

Harusnya mereka masih tertawa dengan teman sebaya membicarakan hal bodoh atau bermain berbagai permainan hingga lupa waktu

Berlarian dilapangan, bercerita panjang lebar tentang acara tv atau membicarakan betapa hebatnya idola mereka

Mereka harusnya masih menikmati masa bermain bukannya memikirkan besok akan makan apa atau besok apa masih bisa bersekolah

Bahkan mereka harus menutup luka yang menjadi yatim piatu dengan kedua orang tua yang bahkan masih hidup dengan kegelepan hati mereka

Agus dan Putri akan selalu kuat, saling menguatkan, saling membantu dan saling menjaga

Pengalaman buruk yang didapat dari orang tua mereka tidak akan menhancurkan senyum tulus juga tawa mereka

Kekuatan yang mereka dapat dari pertengkaran orang tuanya, membuat mereka selalu percaya

Cobaan seberat apapun akan menjadi lebih ringan jika dijalankan dengan ikhlas. Mereka saling memiliki, apa yang harus ditakutkan?

(end bagian satu)

Cerpen | Agus & PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang