Mellody's POV
Hari ini adalah hari pertama gue libur panjang setelah kelulusan sekolah. Gue jalanin hari-hari seperti biasanya, tapi bedanya sekarang gak bakalan ada yang teriak-teriak bangunin gue pagi-pagi. Ahhhh... Senangnya bisa santai di hari libur. Bisa bangun siang, gak ada tugas, gak ada ujian, gak ada guru yang bawel, dan... Gak ada lagi sahabat, teman, apalagi pacar. Tapi, no problem. Gue masih bisa nikmatin holiday ini dengan cara gue sendiri. Seperti sekarang ini, gue masih asyik bergumul di bawah selimut tebal gue. Gak ada yang lebih nyaman selain tiduran kan. Yeahhh... Walaupun jam weker digital gue menunjukkan angka 09:46. Dan... sekarang gue bingung. Bingung mau mandi_ atau_ enggak.
Tapi Hey, jangan kalian pikir kalo gue ini jorok ya... Karena gue yakin lo semua juga kalo lagi libur pasti paling males sama yang namanya mandi pagi. Jangan nyangkal itu, Ok. Sekarang yang harus gue lakuin adalah bangun. Sebelum nyokap gue ceramah panjang lebar karena anak gadisnya ngebo seharian.
Gue langsung ambil ikat rambut yang ada di nakas, lalu pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Tanpa mandi tentunya. Masih dengan baju tidur biru dongker gue berjalan riang keluar kamar, menuruni anak tangga dan sampai di meja makan. Wahhh... Mama emang paling the best. Dari mulai nasi, sop ayam, sampe makanan penutup semuanya ada di sini. Gue memandang takjub semuanya dengan tatapan lapar."Ody... cepat duduk dan makan sarapannya sebelum dingin" Ujar Mama di belakang sambil membawa buah-buahan.
"Siap Mama" Gue pun dengan senang hati mendudukkan bokong cantik gue di kursi. Melahap makanan di depan gue dengan semangat. Gue memperhatikan penampilan Mama dari atas sampai bawah. Sangat rapi.
"Mama mau kemana sih? Kok tumben jam segini rapi banget. kaya mau kondangan aja?" Tanya gue penasaran."Mama mau ke airport sebentar" jawab Mama.
"Ngapain ke airport Ma?" Gue mengernyit bingung.
"Jemput Tante kamu."
"Mmm... Tante yang mana Ma?" Tanya gue lagi. Gue itu punya banyak Tante. Jadi wajarlah kalau gue bingung.
"Tante Riana... kamu masih inget kann?"
Raut wajah gue langsung berubah sumringah lalu meletakan kedua telapak tangan di pipi membuat sendok gue terlepas.
"OMG!... Tante Riana itu Mamanya bang Ricky kan? Iya kan ma?!" Tanya gue gak sabaran.
"Iya Odyy..."
"Itu artinya bang Ricky juga bakalan pulang dong Ma?" Tanya gue lagi.
"Iyaaa..."
"Ody ikut ya!"
"Ehhh, enggak. Kamu di rumah aja" Gue pun langsung cemberut.
"Please dong Maaa... Ody pengen ikuuut..."
"Nggak Ody... Kamu jaga rumah aja. Lagian nanti siang kakak kamu mau pulang. Kasian dia kalo nanti di rumah gak ada orang."
"Udahlah Mahh gak usah pikirin si Rio kutu kupret. Palingan juga kalo dia dateng langsung kerek di kamarnya. Aku pengen ikut Maaa, bosen di rumah teruss..."
"Nggak boleh, pokoknya kamu di rumah aja, titik. Kalo kamu makannya udah selesai, beresin piringnya. Soalnya Mama harus berangkat sekarang juga takutnya mereka nunggu Mama kelamaan. Inget ya jaga rumah, jangan kelayapan."
"Ihhh... Mama tega." Gue pun berdiri dan pergi ke ruang TV.
"Ody... Beresin dulu ini piringnya."
"Iya, nanti..." ujar gue dari ruang TV
"Kamu ini kalo dibilangin susah bener sih. Ya udah deh Mama pergi dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumssalam." Mama pergi melenggang keluar pintu.
Satu jam berlalu. Gue masih asyik mencari Chanel TV yang seru, tapi tetep aja gak ketemu. Yang ada cuman film-film alay, FTV, sinetron. Jadi gue pun memutuskan untuk menonton film kartun favorit gue, Spongebob Squarepants The Movie. Tapi tiba-tiba suara bell rumah gue bunyi.
Ding-dong.. Ding-dong!Siapa sih... Ganggu aja deh. Apa kak Rio udah dateng ya?. Tapi masa iya sihh, kak Rio kan gak suka pencet bell. Biasanya juga langsung nyelonong masuk ke dalem. Ini juga masih jam setengah sebelas.
"Gue cek dulu aja deh" Gue pun bangkit dari duduk santai gue.
Ding-dong.. Ding-dong!
"Hihhh... iya bentar!... gak sabaran banget sihh"
Gue berjalan lebih cepat menuju pintu utama. Dannn, tadaaa... Ternyata yang ada di balik pintu adalah orang yang kemarin malam bikin mata gue sembab. Ngapain coba dia datengin rumah gue. Mana sekarang ini gue masih pake baju tidur lagi. Tapi masa bodo lah, ngapain juga gue mikirin penampilan didepan dia. Gue pun segera pasang muka jutek gue.
"Ngapain lo dateng ke sini?" Tanya gue sambil memalingkan wajah. Lalu melanjutkan perkataan gue.
"Sorry ya Arshen. Gak ada lagi maaf buat Lo!""Heh? Kata siapa gue mau minta maaf" Dengusan Arshen membuat pandangan gue beralih pada matanya. Mata yang dulu gue kagumi.
"Terus lo mau ngapain ke sini?" Tanya gue memberanikan diri. Arshen menghela nafas sebentar, lalu berkata.
"Gue tau Mell kejadian semalem itu emang...."
"To the point aja. Gak usah bertele-tele" Gue melipat kedua tangan di dada.
"Ok. Gue ke sini mau ngasih penawaran menarik buat Lo" Gue mengernyitkan kening. 'Penawaran?' Tanya gue dalam hati.
"Gue tau kok Mell. Lo masih ngarepin gue kan. Jadi gue mau ngasih penawaran buat lo jadi pacar gue lagi. Dan, semuanya akan kembali seperti semula. Tapi, lo gak boleh protes kalau gue lebih memprioritaskan Marsha daripada lo. Gimana?"Gue membulatkan mata gue gak percaya dengan apa yang dia katakan. Arshen hanya menaikan sebelah alisnya seperti meremehkan. Ok, satu kata buat cowok di hadapan gue.
"Berengsek!!" gue mengepalkan tangan menahan amarah.
"Lo pikir gue cewek apaan hah? Lo ngomong kayak gitu seakan-akan gue itu cewek murahan yang rela terjerat di lubang hitam yang sama. Lo pikir gue tolol apa?" Sebisa mungkin gue menahan air mata gue biar gak pecah. Gue menghembuskan nafas pelan.
"Dengar ya Shen. Dulu gue emang menilai lo sebagai cowok yang baik dan bertanggung jawab. Walaupun lo selalu aja bersikap dingin ke gue. Tapi gue masih bertahan, karena gue yakin hati lo yang beku itu bakalan mencair dengan sendirinya" Air mata gue udah gak bisa kebendung lagi. Tapi gue harus tahan. Gue gak boleh keliatan lemah dihadapan cowok berengsek ini. Cowok yang masih dengan tatapan datar nya melihat ke arah gue dengan tidak peduli.
"Gue tau Shen, gue emang bodoh karena percaya dengan semua ke-bullshit-an lo selama ini. Tapi bukan berarti lo bisa ngerendahin gue semau lo" Ujar gue dengan tatapan nanar."Cih. Gak usah drama. Gue gak bakal kemakan sama akting lo. Salah lo sendiri kenapa dulu ngebet banget buat jadi pacar gue" Arshen berdecih kesal.
"Ok. Gue tau, Emang gue yang salah kok. Jadi mendingan sekarang lo pergi dari sini. Gue udah enek liat muka lo. Gue gak mau lagi berhubungan sama lo ataupun Marsha. Dann... terimakasih atas tawarannya tadi. Tapi sayangnya gue samasekali gak tertarik."
Gue menatap tajam lurus kearah Arshen. Setelah itu gue langsung balik badan masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya dengan keras. Gue nangis sekencang kencangnya meluapkan emosi yang ada di pikiran gue. Capek. Gue bener-bener capek. Rasanya gue pengen tenggelam dari dunia ini sekarang.
***
To be continue'
Don't forget to vomment
And CMIIW'OKJangan lupa ya... Klik bintang di bagian bawah sebelah kiri...
Don't be a silent readers... Ok😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Marshmello
Teen Fiction"Lo tau? Gue itu orangnya pemaaf. Tapi satu hal yang gak akan pernah gue maafkan, --PENGHIANATAN-- Karena dalam kamus gue... Gak pernah ada kata 'Kesempatan- kedua' So, don't try to squander me! Ok" ~Mellody "Lo tau? Hal yang paling gue benci d...