Hari hariku masih berjalan seperti biasa. Johnny yang semakin tidak peka, dan Jaehyun yang selalu hadir sebagai penyembuh luka dihatiku yang disebabkan olehnya.
Saat itu, minggu kedua bulan Januari. Aku sudah berjanji dengan Johnny akan menemuinya di cafe yang biasa menjadi tempat kami berdua dan menikmati hubungan kami yang tak tentu arah.
Aku duduk disamping jendela. Menatap kosong jalan diluar sana hingga suara Johnny membuyarkan pikiranku yang sudah kemana-mana. "Kau sudah menunggu lama, Tae?" Tanyanya lalu duduk dihadapanku.
Aku tersenyum tipis. Menyeruput Moccacino yang kupesan sebelum Johnny datang. "Tidak, baru beberapa menit yang lalu," Jawabku datar.
Ia menghela nafas. Sepertinya ia tau suasana hatiku sedang tidak baik. "Kau marah padaku?"
Aku menatapnya sendu. "Kau masih bertanya?" Timpalku lalu menatap keluar jendela. "Aku lelah John, aku merasa hubungan kita terus berjalan namun kita tak tahu tujuannya akan kemana." Sambungku dengan lirih.
"Bisakah kau memberiku kesempatan, Tae?"
"Sudah berapa lama aku memberimu kesempatan? Hubungan kita sudah berjalan 4 bulan dan kau bahkan tak pernah mengatakan apapun tentang keputusanmu, tentang perbedaan kita John. Aku sudah lelah," Keluhku sambil memijat pelipisku yang mulai berdenyut dan sakit.
Johnny menggenggam tanganku, "Tolong jangan seperti ini, Tae. Aku benar benar mencintaimu." Lirihnya.
Aku menggeleng. "Lebih baik kita akhiri semuanya untuk saat ini John. Jika tuhan menuntun hatiku dan hatimu untuk tetap saling mencintai, maka aku akan kembali padamu suatu saat nanti."
Johnny terdiam di tempatnya. Aku memilih berlari meninggalkannya sendiri, dan tujuanku saat ini hanya satu, rumah Jaehyun.
"Taeyong?"
Jaehyun membuka pintu, ia menatapku heran. "Ada apa? Kenapa kau menangis?" Tanyanya lalu menarikku masuk kedalam rumahnya.
Aku malu. Ibu Jaehyun juga menghampiriku karena melihat keadaanku. "Jaehyun, ada apa dengan Taeyong?" Tanya wanita itu panik lalu membawaku duduk di sofa.
"Biarkan aku yang menenangkan Taeyong. Eomma harus ke kantor Appa kan?" Jaehyun duduk disampingku. Menggenggam tanganku dan mengusapnya pelan.
Aku mendongak, menatap bibi Jung yang menatapku khawatir. Ia sama perhatiannya dengan Jaehyun, tak heran jika ibuku sangat dekat dengannya. "Aku baik baik saja, Bi. Hanya ada sedikit masalah di sekolah tadi," Kataku berbohong.
"Taeyong ayo ke studioku. Eomma hati hati ya, kabari aku jika sudah sampai di kantor Appa," Ajak Jaehyun lalu membawaku ke salah satu ruangan yang ia sebut studio musiknya.
Sedikit cerita tentang Jaehyun. Ia saat itu berkuliah dan mengambil jurusan Ekonomi, padahal ayahnya seorang Polisi. Katanya ia lebih jago memegang gitar daripada pistol. Hal itulah yang membuat Jaehyun tak mengikuti jejak ayahnya.
Satu poin plus untuk Jaehyun, dia pandai bermusik. Jemari lentiknya sangat mahir memetik gitar akustik maupun listrik. Ia pernah bercerita, saat di Amerika Jaehyun tergabung dalam band sekolah. Tak heran, suaranya sangat merdu bersamaan dengan petikan gitarnya.
Seperti waktu itu, saat aku menangis karena mengakhiri hubunganku dengan Johnny ia menghiburku. Menyanyikan lagu konyol yang membuatku tertawa dalam tangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Summer To Remember | Jaeyong ✓
Fanfiction❝When I began to love him, he's going to leave me forever❞ M/M | TWOSHOT | ANGST | MAJOR CHARACTER DEATH | NC-17 Musim panas membuat Lee Taeyong selalu mengingat kenangan yang tak akan pernah hilang dari dalam benaknya. Kenangan yang akan selamanya...