Akankah?

25 1 0
                                    

   Langit kembali cerah. Sang malam berganti menjadi fajar. Kini Aku berdiri di dekat jendela kamar. Mataku menerawang keluar. Di seberang sana ada sebuah jendela kamar juga. Sejak lima menit lalu—Aku menunggu jendela itu terbuka.

   Tetapi, kenapa tidak ada tanda-tanda jendela itu akan dibuka?

   Sepuluh menit sudah Aku menunggu, namun tidak dibuka juga. Aku mulai jenuh. Yasudahlah, kalau aku menunggu lebih lama lagi, bisa-bisa Aku yang terlambat ke sekolah.

   Namun saat aku akan berbalik, mataku terlebih dulu melihat jendela itu terbuka. Akhirnya ku urungkan niatku.

   Dahiku berkerut. Kenapa seorang wanita yang membukanya?

   Kemana pria itu?

   Wanita itu berjalan menuju ranjang. Saat ku perhatikan dengan lamat, aku baru menyadarinya—di atas ranjang sana ada seorang pria yang masih bergelut dengan selimut tebalnya.

   Wanita itu mengguncang-guncangkan lengan pria itu, namun pria itu enggan untuk bangun. Aku terkikik, tatkala wanita itu menjejag pria itu sampai terjungkal mencium lantai.

   Aku tidak sanggup lagi menahan tawaku. Tawaku pecah, saat pria itu mulai mengeluarkan sumpah serapahnya untuk wanita yang telah membuatnya mencium lantai itu. Sedangkan wanita itu segera berlari menghindari pria itu yang siap memiting kepala wanita itu.

   Tiga menit sudah aku menunggunya, tapi tidak kunjung tampak batang hidungnya. Mungkin pria itu sudah keluar kamar untuk bersiap di kamar mandi.

   Baiklah, aku juga akan bersiap sekarang. Lagipula sudah pukul 08.00 a.m KST. Aku harus segera berangakat ke sekolah.

>>> Skip

   "Hoy!" sergah Juri, yang membuatku terkejut.

   "Aish, Juri-ya.. Kau mengagetkanku.." protesku.

   "Hehe, mianhae Saera-ya," ucapnya sembari menunjukkan deretan giginya yang rapi.

   "Geurae, kajja!"

   Aku dan Juri melanjutkan perjalanan kami menuju kelas.

   Tiba di kelas, aku langsung disuguhkan sebuah objek yang ingin ku lihat setiap saat itu. Ku lihat ia sedang membaca komik sembari mendengarkan musik dari aerphone yang bertengger di kedua telinganya. Mengunyah bubblegum dan sesekali meniupnya menjadi balon kecil.

   Tanpa aba-aba, bibirku melengkung dengan sendirinya. Ia terlihat keren dan lucu di mataku.

   Aku dan Juri duduk di kursi kami. Juri adalah teman semejaku sekaligus sahabatku. Aku sangat beruntung bisa semeja dan bersahabat dengan Juri. Juri adalah gadis pintar bermata sipit yang memiliki kepribadian humor. Ia juga sering membuat lelucon di depan teman-teman lainnya. Dijamin deh, kalau sedang bersama Juri, semuanya terasa happy... hehe.

   Saat aku sedang bercengkrama dengan Juri, tiba-tiba indera pendengaranku dan Juri menangkap suara orang tertawa. Aku dan Juri menoleh ke sumber suara. Terntaya suara itu milik seorang pria yang sedang membaca komik di sudut meja paling belakang. Pria yang menjadi sorotan utamaku setiap aku akan tidur, bangun tidur dan saat aku tiba di kelas.

   Dahiku berkerut. Apa yang membuatnya tertawa selepas itu?

   "Chan! Berisik!" pekik Juri tanpa izin.

   Pria yang dipanggil Chan itu menoleh ke arah Juri. Pria itu melepas aerphone-nya."Ada apa?" tanyanya tanpa merasa bersalah. Sepertinya ia tidak mendengar pekikan Juri dengan jelas.

SHORT STORY &  FANFICTION (One/Twoshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang