Cinta Tak Harus Memiliki

96 0 0
                                    


Di sudut sunyi malam, aku terdiam dan tenggelam dalam lamunan. Aku berbaring di sebuah bangku yang panjang yang terletak di depan rumahku. Ku lihat luasnya hamparan langit malam, berjuta bintang bertaburan menemaniku di keheningan malam. Sang rembulan pun tersenyum manis padaku hangatkan dinginnya malam yang menusuk mengiris ragaku. Terlintas bayangan di benakku yang mengganggu, menggoda dan meracuni fikiranku. Dia adalah anisa, teman sekelasku di SMK, bagiku dia begitu anggun dan menawan, senyumnya yang manis begitu sempurna bersanding dengan parasnya yang cantik. Di tambah lagi dengan tingkah lakunya yang penuh tata krama, lembut tutur katanya yang ramah. sungguh, mahakarya tuhan yang sempurna. Hmm.. Dia begitu indah bagiku, Namun aku terlalu takut, aku terlalu pengecut untuk mendekatinya.

Ketika aku tenggelam semakin dalam oleh lamunan yang menghanyutkan, tiba-tiba kurasakan seakan petir menggelegar dan menyambar ketika ku terbuai dalam semunya khayalan.


"Woee.. Kak, jangan nglamun aja" suara yang terdengar tiba-tiba itu mengagetkanku. Ternyata adikku.

"Eh.. Apaan sih Dek, ngagetin kakak aja" ucapku yang sedikit kesal.

"Hehe, maaf Kak gak sengaja" ucapnya dengan tersenyum.
"Mau ngapain kesini" tanyaku.
"Besok kan kakak sekolah, aku mau nitip kaset GTA kak, kaset yang itu udah macet" dia menyodorkan selembar uang sepuluh ribu.
"Udah itu doang" tanyaku.
"Iyalah" jawabnya singkat.
"Berarti kembaliannya buat kakak dong"
"Yee.. Jangan dong, duitku cuma itu aja" gerutunya.
"Iya, iya jelek" ledekku.
"Kakak yang jelek, wekk.." ucapnya seraya pergi meninggalkanku.

***

Di sekolah anisa bukanlah orang yang aktif, dia orang yang lebih suka berdiam di kelas dari pada keluyuran tidak jelas. dan ketika jam istirat di saat kesunyian hadir menyeruak di ruang kelas, ku lihat dia terdiam sendirian di tempat duduknya dengan sebuah buku di genggaman. Jiwaku terusik oleh rasa dalam hati tuk beranjak menghampiri, akhirnya hasrat dalam hati pun tertuang lewat sebuah tindakan.


" hai.. Anisa " sapaku ramah dengan balutan senyum di bibirku.
" eh.. kamu as.. " jawabnya dengan senyum indah di tipis bibirnya.
" lagi baca apa an " tanyaku seraya duduk di kursi yang berada di sampingnya.
" owh.. Lagi baca novel ni as, mumpung lagi istirahat " kembali guratan senyumnya terpancar begitu mempesona.
" kamu suka baca ya an ?? " tanyaku sembari menatap indah wajahnya.
" iya lah as, karna dengan membaca kita akan banyak pengetahuan, kita bisa belajar, dan yang paling aku sukai dari membaca adalah berimajinasi " jelasnya padaku yang tetap terpaku menatapnya.
" hmm.. Begitu ya an, sepertinya asik ya membaca. Aku jadi pengen baca " ucapku yang tertarik. Dan aku berfikir ini lah saat yang tepat untuk lebih dekat padanya.
" oh ya.. Kalu gitu baca ni novel " dia menyodorkan novel yang di genggamnya padaku.
" novel apaan ni an " tanyaku seraya meraihnya.
" ya baca aja, bagus ko' as, bawa aja pulang gak pa-pa ko' " dia menawarkan padaku.
" serius an " tanyaku.
" serius lah " dia menyakinkanku.
" makasih ya an, oia an beli novel kayak gini dimana "
" di toko buku dekat pos polisi, emang kenapa, mau beli "
" hehe.. Nggak, cuma tanya aja "
" ntar pulang sekolah aku mau beli buku, ikut yuk " ajaknya padaku.
" oh ya, mau mau mau " jawabku penuh semangat.
" serius ya as "
" lima rius lah gue kasih " jawabku sedikit bergurau.
Ku lihat dia hanya memancarkan senyumnya yang terasa indah menghiasi relung hatiku.

***

Tibalah saat yang ku tunggu dan kunanti yaitu saat jam belajar telah usai, ketika para siswa mulai keluar berhamburan dengan tidak beraturan. Ku hampiri dia dengan langkah kaki yang penuh ambisi.


" jadi kan an kita ke toko buku " tanyaku padanya. Ku lihat dia sedang memasukan buku-bukunya ke dalam tasnya yang berwarna pink yang di hiasi bunga-bunga yang cantik.
" jadi dong as, tapi aku anterin pulang dulu ya, aku mau ngambil duit dulu " jawabnya dengan ramah.
" oh, iya, ya udah yuk langsung aja " ajakku dengan sejuta bahagia yang tercipta.
" yuk " singkat jawabnya seraya bangkit dan berdiri.

Kami pun beranjak pergi keluar meninggalkan ruang kelas yang pengap dengan kursi yang berserakan dan dinding yang penuh coretan dan keramik yang retak karna terinjak. hmm.. Memang kelasku tak seindah sekolahan elite yang merogoh kantong sangat dalam hingga terbenam agar dapat menapak di dalamnya.

Cinta Tak Harus MemilikiWhere stories live. Discover now