Kim Mingyu

3K 317 28
                                    

Suara alarm ponsel membangunkan sesosok pria dengan rambut cokelat dari tidurnya yang lelap. Ia menggeliat di bawah selimut tebal berwarna putih, menggerakan tangannya menuju meja nakas yang berada di sebelah ranjang dan menarik ponsel tersebut ke dalam selimut. Dengan mata masih setengah terpejam dan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, pria itu menekan notifikasi alarm di layar ponsel.

Ia menggeliat di bawah selimut, meregangkan tubuh jangkungnya dan perlahan-lahan beranjak berdiri meninggalkan kasur besar yang terasa hangat di tengah musim dingin di bulan desember.

"Selamat pagi-- Oh, kau memasak apa?" pria itu bertanya ketika ia berjalan menuju dapur dan melihat pasangan hidupnya yang terikat dalam janji pernikahan selama lima tahun sedang berdiri di depan kompor dengan teflon di atasnya dan spatula di tangan kanan.

Pria dengan sweater dusty pink dan celana panjang berwarna abu-abu itu menoleh menatapnya dengan senyum kecil. "Bacon dan telur mata sapi."

Kim Mingyu tersenyum lebar dan merengkuh pinggang kecil pasangan hidupnya, menjatuhkan ciuman-ciuman di sepanjang leher dan pundak yang tidak tertutup sweater.

Lelaki dengan rambut hitam itu tertawa pelan menahan geli. "Kamu mandi dulu sana, nanti kita sarapan bersama."

Mingyu melepaskan pelukannya dan mengangguk. "Oke, tunggu aku ya." mencium pipi kurus tersebut lalu berajalan menuju kamar mandi yang terletak di antara ruang keluarga dan ruang makan di apartemen mereka.

Jika orang-orang bertanya bagaimana rasanya menikah selama lima tahun dengan seorang Jeon Wonwoo, pemilik sebuah kedai kopi kecil, dia akan menjawab dengan jawaban yang selalu sama, yang tidak pernah berubah dari tahun ke tahun yaitu "Aku bahagia dengannya, tidak ada yang mengerti diriku sebaik dia. Aku benar-benar beruntung."

Banyak orang-orang yang tidak mempercayai jawabannya tersebut. Mereka selalu mengatakan bahwa akan datang saat pernikahan menjadi membosankan dan pernikahan membuat mereka membenci satu sama lain. Orang-orang boleh memprediksi dan menyebut pernikahannya tidak akan selamanya indah, ia tahu, namun ia tidak mempedulikan itu.

Karena, ketika ia membuka pintu apartemen kecil ini, dan melihat sosok Jeon Wonwoo berada di rumah menunggu dirinya--hal tersebut sudah lebih dari cukup. Ia tahu Jeon Wonwoo tidak seperti itu, lelaki itu akan terus mencintainya.

Jeon Wonwoo depan pipi merah merona ketika ia membisikan kata-kata penuh cinta dan pujian berlebihan. Jeon Wonwoo yang selalu tersenyum dengan hidung berkerut ketika melihatnya. Jeon Wonwoo yang akan membuatkannya cokelat hangat dan memeluknya ketika ia pulang dalam keadaan kesal dan marah. Wonwoo yang selalu mengingatkannya untuk makan ketika ia sedang sibuk bekerja, dan mengingatkannya untuk menghubungi orangtuanya ketika ia sudah lama tidak menghubungi mereka. Dan, Jeon Wonwoo yang akan membalas pelukan dan ciumannya.

"Kau wangi sekali, memakai sabun yang aku beli?" Wonwoo bertanya kepadanya ketika ia keluar dari kamar mandi, dan melihat dua piring berisi bacon dan telur mata sapi serta dua mug.

"Ya, aku suka wanginya. Lavender, kau benar-benar memiliki selera yang bagus." ia menyahut dan duduk di kursi seberang Jeon Wonwoo, meminum teh hangat tanpa gula yang telah disiapkan.

Wonwoo duduk di depannya dengan kedua tangan terlipat di atas meja, mata tajam yang seperti rubah itu menatapnya dengan lekat--terlalu lekat.

"Mingyu," Wonwoo memanggil. "Apa kamu bahagia dengan kita?" ia bertanya memecah keheningan dan dijawab degan dehaman oleh pasangannya.

"Tentu saja, aku benar-benar bahagia denganmu. Kehidupan denganmu lebih dari cukup." Mingyu menyahut, memotong bacon yang dimasak dengan terlalu banyak mentega.

[✓] Lies Like The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang