Aku menahan nafas ketika menangkap kerumunan orang didalam ruangan besar. Sisi kanan dan kiri ruangan dipenuhi oleh meja-meja panjang berisi makanan dan minuman. Interior ruangan tertata rapih dan bersih berkat warna-warna netral, Namun justru aku merasa asing, tidak ada satupun wajah yang kukenal.
Aku mengekor dibelakang Mira seperti anak ayam yang membuntuti iduknya. Mira sudah mengenal sifatku yang kurang percaya diri dihadapan orang banyak, karena itu aku hanya punya satu teman, yaitu dirinya.
"Gimana kalo kita ambil anggur dulu?" Mira menarik tanganku menuju meja minuman, kami mengambil segelas anggur dan bersulang sebelum meneguk isinya. Aku sudah lama tidak minum anggur, rasanya sedikit asing. "Lo mau mutar-mutar dulu nggak Sya?" Tanya Mira sambil mengamati ekspresi wajahku.
"Mira?!"
Aku dan Mira sontak menoleh, seorang laki-laki bertubuh tinggi mendekati kami. Matanya dihiasi kaca mata minus yang cukup tebal. "Naufal?" Seru Mira heboh. Ah, dia ketua kelas kami selama tiga tahun sma. Aku agak pangling dengan wajahnya yang berubah. Mira dan Naufal berpelukan ringan.
"Ini....." Lelaki itu menatapku lalu melirik Mira bergantian, mungkin dia ingin memastikan tebakannya benar. "Tsasya?"
Aku mengangguk saat ia tersenyum, kami berpelukan dan ia berdecak kagum. "Gila, berapa tahun gue nggak ketemu lo!" Ucap Naufal berseru cukup kencang. Volume suaranya yang cukup beesar memancing perhatian orang lain. Beberapa orang yang tadinya hilir mudik, berhenti didekat kami dan sebagian besar dari mereka menyapaku yang akhirnya muncul di acara reuni sekolah.
Mira mengelus punggungku menenangkan, ia sadar aku sedang tidak nyaman karena dikelilingi banyak orang. "Gue nggak nyangka akhirnya bisa ketemu sama lo lagi Sya!" Dia Dessy, teman dekat Rahma saat sekolah. Kemungkinan besar Rahma dan Danu sudah ada di ruangan ini. "Maaf ya baru muncul, gue soalnya nggak di Jambi." Kataku sambil memaksakan senyum.
Aku selesai menyapa satu persatu dari mereka beberapa saat kemudian, sebagian besar dari mereka membawa suami dan istri karena sudah berkeluarga. Aku memaklumi, diusia kami yang sudah memasuki angka dua puluh enam tahun rasanya sangat normal untuk menikah dan berkeluarga. Hanya aku dan Mira yang tidak beruntung soal percintaan.
Aku pikir Dessy akan pergi seperti teman-temanku yang lain tapi ternyata dia tetap berada didekatku dan Mira, ia sesekali mengajakku ikut dalam pembicaraannya dan Mira walau aku tidak terlalu mengerti. Aku beralasan ingin mengambil gelas baru dan meninggalkan Mira dan Dessy disana, aku butuh udara segar.
Karena itu aku segera keluar dari ruangan dan berjalan menuju balkon, aku sedang beruntung karena tidak ada siapapun disini. Aku dapat menghirup udara segar setelah berjibaku dengan sumpeknya angin pendingin ruangan dan ramainya orang-orang membuatku merasa sangat tidak nyaman.
Sambil menikmati semilir angin, aku menikmati minumanku perlahan. Menikmati rasa anggur yang difermentasi dan menciptakan rasa manis melepas dahaga. Beberapa saat kemudian aku dapat mendengar suara orang-orang yang sedang mengobrol dari arah pintu. Namun aku tidak ada keinginan untuk menolehkan kepala memastikan siapa mereka karena itu bukan urusanku. Namun saat telingaku secara tak sengaja mendengar suara seseorang yang kukenal membuatku mau tidak mau menoleh kesumber suara.
Lelaki bertubuh tinggi dengan rambut hitam kecokelatan rapih yang disisir kebelakang. Mata hitam yang dihiasi kacamata minus berbentuk oval, serta alis tebal dan bibir merah alami itu sangat familier. Rambutnya pasti sangat lembut, aku tahu itu karena aku sering menyentuhnya, dahulu. Mungkin tatapanku mengganggu pembicaraan kedua orang yang baru saja memasuki balkon sehingga sang lelaki harus melihat kearahku untuk memastikan siapa orang asing yang seenaknya mendengar percakapan privasi mereka.
Tatapan matanya yang tajam bergerak menelitiku dari atas hingga kebawah. Lalu berhenti di kedua mataku bersamaan dengan aku yang sedang menatap matanya. Seketika itu aku dapat melihat bola matanya membesar, tubuh laki-laki itu membeku. Bibirnya yang semula sedang tersenyum tiba-tiba berubah menjadi garis tipis secara spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here To Heart -Revisi
ChickLit{R E V I S I} Tujuh tahun berpisah tidak membuat Tsasya lantas dapat melupakan cinta pertamanya. Kepergian Tsasya yang tiba-tiba, pembatalan janji untuk bersekolah bersama ke Inggris membuat Danu hidup dalam dendam dan rasa penyesalan selama tujuh t...