Bagian 1

10K 269 14
                                    

.

        Terlihat lampu hijaunya menyala. Aku tersenyum. Lalu mulai mengetik pesan untuk gadis dengan poto profil berwajah cantik itu.

'Hei.'

Terlihat dia mengetik balasan.

'Kak Kaffi?'

'Kenapa? Kaget?'

Dia tersenyum haru sambil memandangi layar gawai. Beberapa kali jemari lentik itu harus menyeka rambut halus yang berjatuhan menutupi pandangan setiap kali dia menunduk.

'Kakak dari mana aja sih? Dua hari nggak online, nggak ada kabar lagi! Ngeselin banget!'

Aku menahan tawa. Apalagi melihat bibirnya yang ikut cemberut saat mengetik kata demi kata.

'Nggak dari mana mana.' Balasku sekenanya. Sambil mengisap rokok dalam-dalam, lalu mengembuskannya ke pekat udara malam.

Beberapa kendaraan melintas menutupi pandangan. Ditambah dengan gerimis kecil yang mulai turun dari langit.

'Jadi kenapa nggak online? Aku tuh nungguin sampe malem terus tau!'

'Iya maaf. Kuotanya abis.'

'Ya ampun. Kan ada mode gratis!'

'Nggak biasa pake gratisan. Haha!'

'Dih, sok-sok an!'

'Kangen ya?'

'Nggak!'

'Ya udah deh, offline lagi ...'

'Kakaaaak!!'

'Hahaha!'

Kulihat tawanya berderai. Hingga beberapa pejalan kaki menoleh padanya. Dia mendongak sekilas, tersadar, kemudian kembali menunduk menatap layar gawai.

'Lagi di mana?' Aku bertanya.

'Abis beli buku tadi. Ini lagi di halte mau pulang. Gerimis lagi.'

'Hmm ... sendirian?'

'Iya. Nggak ada temen.'

'Awas entar ada yang culik!'

'Ih enggaklah. Kan rame di sini.'

Aku tersenyum. Lalu kembali lenyap saat mengingat chat kami beberapa hari yang lalu. Saat aku mulai berpikir tentang kelanjutan hubungan kami, lalu tiba-tiba bertanya padanya.

'Dis. Orangtua kamu udah tau hubungan kita?' tanyaku dengan sedikit debar di dada.

'Udah mulai curiga sih ... soalnya, mereka sering liat aku senyum-senyum sendiri kaya orang gila. Dan kadang juga denger kita ngobrol di telepon.'

'Ohh ... lalu reaksi mereka gimana?'

'Baik sih sejauh ini.'

'Aku boleh tanya serius nggak?'

'Apa?'

'Kalo aku dateng ke sana buat lamar kamu, mereka terima nggak?'

'What???'

Untuk beberapa saat, Disty hening tak membalas. Hingga aku mulai berpikir negatif. Tapi kemudian ... aku tahu alasan dia menjawab lama.

'Dis?'

'Ya Allah, Kak ... aku pengen teriak ...'

'Kenapa?'

'Aku bahagia banget!'

Rasanya begitu lega. Seperti berdiri di garis utama medan perang tapi baru saja ada pengumuman bahwa perang dibatalkan.

'Apa syaratnya?'

'Kalau Kakak emang serius, dateng ke sini sama keluarga ...'

'Hmm ... kalau sendiri?'

'Ya untuk pertama kali nggak papa sendiri, tapi nanti setelah itu sama keluarga ya. Biasanya papa memang agak cerewet masalah bebet bibit dan bobot. Biasalah orangtua.  Bisa kan Kak?'

Aku terdiam. Cukup lama. Merasakan lutut mulai gemetar sementara hati mulai diterpa keraguan. Lalu mengecil dan luruh ke lantai.

Keluarga ... siapa yang akan datang?

'Bisa kan, Kak? Atau ... ayah Kakak masih sibuk ama kerjaan?' desak Disty.

Ayah ... aku memang membohongi Disty tentang sosok ayah dan ibu. Karena aku jatuh cinta. Dan ingin terlihat sempurna. Tapi ...

'Ya.'

Saat itu aku menjawab ya. Hanya saja aku tahu tak ada yang akan datang untuk mengadakan pertemuan.

Sekarang di sini lah aku. Di balik kemudi mobil warna silver beberapa meter di seberang halte. Mengamati gadis berambut panjang bertubuh langsing dengan wajah tak membosankan. Melihatnya tersenyum, melihatnya tertawa, melihatnya memainkan ekspresi muka. Sama seperti candu bagiku.

Gerimis perlahan menjelma menjadi hujan. Terlihat Disty menoleh ke kiri dan kanan. Menunggu bus yang tak juga datang. Sementara keadaan sekitar mulai terlihat sepi.

Aku menyalakan mesin mobil.

Tepat pada saat itu, terlihat dua orang pria berpakaian serba hitam dengan topi menutupi sebagian wajah datang menghampiri.

Adisty beringsut mundur, mulai merasakan bahaya. Matanya membelalak dan akan berteriak saat salah satu dari dua pria itu menempelkan sapu tangan menutupi hidung dan mulutnya.

Gadis itu melorot. Luruh di pelukan salah satu dari mereka. Tak sadarkan diri.

Tanganku mengepal.

Bangsat!

.

Next




Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang