Bagian 2

7.8K 294 25
                                    

.

Disty Pov:

       Disty mengerjap. Silau. Cahaya matahari yang menembus kaca jendela kamar tepat menyorot ke wajah. Beberapa kali gadis itu mengerjap. Lalu akhirnya membuka mata, kaget.

Menyadari bahwa saat ini berada dalam sebuah kamar asing. Lalu semakin panik saat menyadari dia memakai baju yang berbeda dengan baju terakhir yang dipakainya.

Disty beringsut ke kepala ranjang. Menggenggam erat selimut sampai sebatas dada. Sementara jantungnya berdebar kencang. Merasakan bahaya yang tengah dimasukinya.

Kembali dilihatnya gaun tipis yang dikenakan. Bra ketat warna merah di dalam sana membuat separuh dadanya menonjol keluar.

Astaga ...

Disty menggigit bibir. Mencoba mengingat apa yang terjadi. Dia tengah bicara melalui chat dengan Kaffiar. Lalu tiba-tiba datang dua orang tak dikenal yang tiba-tiba membekap mulutnya.

Kemudian semua menjadi gelap.

Hanya itu hal terakhir yang diingat Disty. Jadi itu artinya ... ada seseorang yang membawanya ke sini bahkan sampai mengganti semua yang dia kenakan?

Apa itu artinya ... orang itu sudah melakukan hal kurang ajar padanya?

Disty mendelik ketakutan. Lalu tanpa sadar tangannya meraba bagian bawah tubuh. Tak ada rasa sakit. Tapi ... Disty tak yakin dia baik-baik saja!

Terdengar suara seseorang di luar pintu. Ah, bukan seseorang ... tapi lebih.

Keringat dingin mulai membanjiri pelipis Disty. Dengan tangan gemetar dia melompat dari ranjang, lalu mencari tempat teraman yang membuatnya sulit ditemukan. Tapi di mana?

Suara-suara itu semakin dekat. Disty menyelinap dan berjongkok di bawah meja rias. Lalu menutupi diri dengan bangku kecil di depannya.

Ceklek! Pintu terbuka.

Benar. Terlihat dua orang laki-laki tak dikenal memasuki kamar. Pandangan mereka terpaku di ranjang yang kini kosong. Lalu saling menatap.

"Kemana tuh cewek?" tanya salah satu dari mereka.

Yang satu lagi tidak menjawab. Tapi berputar memandang berkeliling ruangan. Dengan mudah pandangan mata tajam itu terhenti di kolong meja. Karena kaki Disty jelas terlihat dari tempatnya berdiri.

Dia memberi isyarat pada temannya agar melihat ke arah yang sama.

"Ya Tuhan ..." Disty mengeluh dalam hati. Tahu bahwa keberadaannya telah disadari.

Hatinya mencelos. Ketakutan.

Semakin ketakutan saat salah satu dari mereka berjalan mendekat.

Bangku itu bergeser. Lalu seraut wajah mengerikan tertawa menyeringai ke arahnya.

"Kenapa sembunyi di sini, hah?!" Bentaknya kasar.

Disty menggenggam ujung gaun sambil menggeleng ketakutan. Apalagi saat dilihatnnya tangan itu terulur untuk menarik tubuhnya.

"Ja-jangan!" Dia mencoba melepaskan diri.

Tapi jemari itu mencengkeram lengannya terlalu kuat. Lalu menyentak. Seketika tubuh mungil Disty tertarik keluar sambil terhuyung.

"Aah!" Disty berteriak saat tubuhnya ditangkap pria satu lagi. Lalu dipaksa berdiri tegak di tempatnya.

Kini mereka berdua menatap ke arahnya, tajam.

"Balikin ke ranjang, Gar!" Salah satu dari mereka memerintah.

"Jangan!" Disty mencoba berontak. Tapi sayang tenaganya tak cukup kuat.

Tubuhnya seperti melayang saat salah satu dari mereka membopong tubuhnya menuju ranjang. Detik kemudian dia terlempar.

Disty menggelengkan kepala, kembali beringsut mundur menjauh dari dua laki-laki itu. Semakin panik. Dengan debar jantung seperti akan meledak.

Apa dia akan diperkosa?

Diperkosa?

"Jangan ... kumohon ..." bisik Disty lirih. Kaca-kaca dimatanya telah berubah menjadi bulir-bulir yang berjatuhan ke pipi. Ditutupinya wajah dengan kedua tangan. Panik dan ketakutan.

"Disty ...!" Terdengar panggilan.

Disty terdiam. Mereka tahu namanya?

"Hei, buka wajahmu!"

Pelan, Disty membuka telapak tangan. Matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di tepi ranjang.

"Kak Kaffiar?" Ucap Disty tak percaya.

Pemuda itu tersenyum. Sementara dua laki-laki tadi tak terlihat lagi.

Disty melompat dari ranjang, memeluk Kaffiar erat. Merasa begitu lega seperti baru saja terbebas dari binatang liar.

"Aku takut ..." tangis Disty.

Terasa usapan lembut di punggungnya. Begitu menenangkan. Hingga Disty semakin mempererat pelukannya. Sampai beberapa saat gadis itu menangis.

Kaffiar melepaskan pelukan Disty, memegang kedua bahu gadis itu sambil menatap matanya lekat.

"Udah, jangan nangis lagi. Kamu aman di sini."

Disty mengerutkan dahi.

"Di sini?"

"Ya."

Matanya masih menatap wajah pemuda berhidung mancung di hadapannya. Sampai akhirnya terlihat Kaffiar tertawa kecil sambil menepuk pipi gadis itu penuh rasa sayang.

"Disty ... ini rumahku."

"Rumahmu?" Bibir Disty separuh terbuka. "Jadi ... dua penculik itu ... suruhanmu?"

"Hahaha, ya!" Kaffiar tertawa. "Aku cuma mengerjaimu!"

"Jahaaat!"

Kaffiar semakin tertawa saat Disty memukuli bahunya dengan kesal bercampur rasa lega. Hingga detik kemudian mereka saling berpelukan erat.

"Akhirnya kita ketemu! Kamu lebih cantik dari semua foto-foto di facebook!"

Ciuman hangat mendarat di kening Disty. Seketika gadis itu merasakan rasa panas menjalar di kedua belah pipinya.

.

Next








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang