Abi menatap rumah orang tuanya dengan gelisah. Bendera kuning tertancap di pagar putih yang menjulang tinggi itu. Retta tidak berbohong, saat matanya membaca sederet huruf di bendera kuning itu.
Desta Seinan
Mertuanya telah tiada, kaki-kaki panjang Abi menyusuri taman kecil di rumahnya menatap beberapa asisten rumah tangga yang sedang membereskan kursi-kursi yang berjejer di depan kediamannya.
Di depan pintu, Retta sudah menunggu Abi dengan tatapan garang. Mulutnya siap melunjurkan ceramahannya untuk putranya itu.
"mi please ngomelnya nanti aja. Sekarang di mana Key?" sela Abi sebelum Retta membuka bibirnya.
"dia ada dikamar kamu."
Abi membuka pintu kamarnya tergesa-gesa. Ia menghembuskan nafas lega melihat Keevana yang sedang tertidur di ranjang. Perlahan-lahan Abi naik keatas ranjang berbaring didepan Keevana yang sedang tertidur dengan posisi meringkuk seperti bayi.
Ia menyelipkan rambut Keevana yang terjatuh disamping telinga gadis itu. Ibu jarinya mengusap pipi Keevana menghapus jejak air mata di sana. Abi tidak sadar apa yang ia lakukan. Yang ia tahu hatinya ikut goyah bersama kesedihan Keevana.
=obsession=
Keevana mengerjapkan matanya berkali-kali. Matanya masih terasa perih. Mungkin karena ia menangis seharian sejak kemarin hingga akhirnya ia kelelahan dan tertidur. Ia melirik jam yang menempel didinding sudah pukul 4 sore. Ia sudah tertidur tiga jam rupanya. Cukup lama karena sejak kemarin Keevana tidak tertidur.
Otaknya kembali memutar kejadian semalam, dimana ia melihat Desta yang sudah tidak bernyawa saat ia baru sampai dirumah sakit. Ayahnya meninggal karena bunuh diri. Keevana tidak bisa membendung air matanya. Ia sendirian sekarang. Ayahnya sudah bersama ibunya. Meninggalkannya seorang diri.
Sendiri. Ulang Keevana.
Ia tidak punya siapa-siapa sekarang. Keevana kembali mengerjapkan matanya, bola matanya kembali memanas. Ia sudah tidak mempunyai keluarga lagi. Keevana tersenyum kecut. Dia lupa sesuatu. Ia masih memiliki suami. Suami yang tidak pernah menghargainya. Suami yang sebentar lagi akan mendepaknya. Keevana hanya tinggal menunggu waktu. Sampai semuanya benar-benar berakhir.
Cukup lama Keevana larut dalam pemikirannya sendiri sampai ia menyadari ada seseorang yang berbaring disebelahnya, ia menatap lengan kokoh yang melingkar di pinggangnya. Dengan perlahan disingkirkannya lengan itu. Ia memutar tubuhnya tidak percaya menatap Abi yang tertidur disampingnya.
Sejak kapan suaminya itu disini?kenapa Abi tidak membangunkan Keevana untuk mengusirnya?
Teringat kembali pertengkarannya dengan Abi kemarin. Semuanya terasa bergulir dengan cepat. Ia masih ingat jelas betapa sakit hatinya terhadap perlakuan Abi. Seakan Tuhan belum puas mengujinya. Di hari yang sama Tuhan menjemput ayahnya.
Keevana bangkit dari ranjang dengan hati-hati, ia hendak keluar kamar. Tapi sebelum itu. Ia membetulkan selimut yang membungkus tubuh Abi.
=obsession=
"sudah lebih baik sayang?" tanya Retta yang sedang menyusun beberapa makanan untuk acara mengajian nanti malam saat Keevana menghampirinya. Keevana tersenyum tipis, setidaknya ia masih beruntung. Retta memperlakukannya sangat baik. Bahkan Retta mau membantu menyiapkan acara pengajian untuk papanya.
"sudah mi. biar Key bantu." Keevana mengambil beberapa bungkus kue dan meletakkannya dipiring. Ia mengamati Retta, dua tahun menjadi istri Abi. Keevana merasa memiliki ibu baru. Retta memperlakukannya sama seperti anaknya. Keevana tidak bisa membayangkan, saat nanti Abi mendepaknya. Ia harus kehilangan seseorang yang menyayanginya lagi. dan saat itulah ia akan benar-benar sendirian.
YOU ARE READING
Obsession
Lãng mạnKeevana Aileen Seinan hanya ingin dicintai, setidaknya dengan suaminya sendiri. MENGANDUNG UNSUR 21+ (BIJAKLAH DALAM MEMBACA)