Awal dari semua ini

50 7 1
                                    

Malam itu diatas gedung aku cobra mendapat tugas membunuh mangsaku seorang pengusaha china di hotel sekar jarakku sekitar 200m dari lokasi mangsa, kutunggu selama sekitar setengah jam dengan tenang dan bersembunyi diatas gedung depan hotel sekar, mataku tak luput dari scope senapan laras panjang  ber peredam yang baru kubeli.

*tringgggg….triinggg* (Suara telfon genggamku)

“Halo..”

“Halo.. cobra 5 menit lagi dia keluar cepat kau bereskan tanpa sisa” (Suara pelangganku)

“Anggap sudah beres”

Kututup telefonnya, dan kulihat mangsaku sudah didepan pintu kaca dengan dikawal 2 bodyguardnya.

“hmmmmpphh…” *tarikan nafas panjang*

“just do it all human are shit must kill them all, just for pay and just for revenge” (bicara pelan sambil mengincar mangsa buruan dengan senapan)

Kulihat dari scope AWSM ku “ini mangsaku si kelinci yang tak bisa apa apa, lebih baik memang pantas mati.” (memantapkan diri dalam hati)

*dettttcccchh..* suara senapanku melesatkan pelurunya
And gotcha tepat dikepalanya segera aku pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Perasaan ini perasaan senang bercampur sedih jika mengingat waktu itu, waktu dimana ini semua dimulai waktu dimana semua rasa sakit setiap hari ini berlangsung ya waktu itu..

13 tahun yang lalu

“Ardiiii..” (suara wanita yang kupanggil ibu)

“iya bu..” *sambil duduk di teras*

“Ambilin koper ibu ayo cepat berangkat” (suruh ibuku)

“halah bu kakak aja aku malas.” Jawabku

“cepat nak turuti kata ibumu” (sahut my hero yaitu ayahku)

Ohh ya kenalkan aku Ardi ini saat aku berusia 6 tahun sebelum aku terjun kedunia itu ini masa laluku, aku lahir dari keluarga berada dan bisa dibilang kaya ayahku adalah pengusaha tambang minyak terbesar di Negaraku ini aku anak sulung dari 3 bersaudara aku punya satu orang kakak perempuan berumur 17tahun dan satu laki laki berumur 19tahun.

“Dasar malas..” (Suara kakak perempuan sambil mencubit pipiku)

“Aduh kak sakit atuh, walaupun aku malas tapi kakak sayang kan wekkk….” (godaku)

“Siapa bilang?” (elaknya)

“au ah tak mau berteman” *ngambek*

“godain terus godain, bukannya bantuin kemas kemas” (kakakku yang laki laki dari arah belakang sambil ngangkatin barang barang buat dibawa ke mobil)

Ohh ya lupa pagi hari ini aku mau wisata sama keluargaku ke puncak ke villa kami disana.

“Aduh kak andi aku sama kak tiara lagi capek kak kakak aja yang angkat sendiri ya kakak kan kuat hihihi..” (godaku ke kakak laki lakiku)

“nah.. ini baru adekku yang kusayang” (lanjut kakak perempuanku sambil mencubit pipiku lagi)

“kak sakit ihh diulangin lagi”

“hmmpphh..” (suara kakak laki lakiku sambil mengosek kepalaku)

“Aduh kakak berdua jahat… ayah ibu kakak jahat sama aku” (teriakku ke orang tuaku yang sedang  berkemas didepan)

“Udah jangan pada bercanda ayo segera berangkat” (suruh ayahku)

“hahahaha… liat ayah ga peduli sama kamu wekk..” (ejek kak andi padaku)

“udah ayo pergi kita senang senang ke puncak.” (jawab kak tiara sambil menadah tangan mau menggendongku)

“asyik puncak…” (senangku sambil menangkap gendongan kak tiara)

Kamipun semua naik mobil dan berangkat menuju villa di puncak. Siangpun datang, mentari mulai tinggi diatas ubun ubun dan akhirnya kamipun tiba di villa kami.

“Horee sampai…” (senangku sambil berlari keluar mobil menuju villa kami)

“Ardi awas jatuh.” (Teriak ibuku)

Malampun tiba, malam yang sungguh tak bisa kulupakan masih teringat sampai saat ini betapa keji dan seramnya saat itu saat tengah malam di villa. Aku dan keluargaku tengah tidur lelap menunggu sang mentari membangunkan kami nanti, aku waktu itu tidur dengan kedua orang tuaku dan kakak kakakku tidur ditempat terpisah masing masing.
Tengah malam datang.
Aku tebangun karena ingin buang air kecil.

“ahh pengen pipis, ayah temenin ke kamar mandi” (pintaku)

“hmm.. udah pergi sendiri kan adek udah besar biar jadi lelaki pemberani” (jawab ayahku sambil masih memejamkan mata)

“alah ayah adek takut, temenin adek ke kamar mandi” (rengekku)

“udah dek, jangan takut lakuin aja ayah tunggu disini biar kamu jadi anak pemberani ayo dek just do it don’t think anymore ayah ada disini tungguin kamu” (jawab ayahku sambil duduk dan memegang bahuku menyemangatiku dengan senyuman agar aku berani ke kamar mandi sendiri yang kebetulan kamar mandi itu didepan kamar orang tuaku)

“hmm.. baiklah yah” (semangatku tersulut)

Ntah senyuman ayah saat itu terasa asing bagiku terasa seperti ada sesuatu hal buruk yang akan tejadi tapi ntah apa itu dan kuabaikan saja saat itu karena aku kurang mengerti. Akhirnya aku mulai bergerak ke kamar mandi kututup pintu kamar mandi separuh dan tak kunyalakan lampu waktu itu, dua menit berlalu tiba tiba aku dengar suara tapak kaki yang kukira ayahku, kumulai bersih bersih dan memegang gagang pintu kamar mandi terkejutnya aku ada dua sosok pria besar memakai topeng serba hitam bergerak kearah kamar orangtuaku dan satunya lagi ke kamar kakakku yang paling kuingat waktu itu adalah dua orang itu memiliki tato kalajengking kecil di ujung tangan kanan mereka.

“siapa mereka” *fikirku dalam hati sambil ketakutan*

Jantungku waktu itu berdetak kencang tak beraturan, rasa takut dan gelisah menghampiriku waktu itu tapi apa daya waktu itu aku tak bisa berbuat apa apa. Tiba tiba kudengar ayahku berteriak
“siapa kalian !!”

Sekejap itu juga kudengar suara dua tembakan dan kulihat sinar cahaya dua kali meletup dari kamar orang tuaku ohh tuhan aku waktu itu tak bisa berbuat apa apa kakiku terasa beku mataku melotot tak tau apa yang harus aku lakukan saat itu, mataku mulai berkaca kaca setelah kudengar suara yang sama di kamar kakak kakakku. Kakiku mulai gemetar lututku mulai beradu saat kedua orang itu bilang.
“bukannya ada 3 anak dimana satunya lagi?” (Tanya satu orang itu kepada temannya)

“aku tak tahu ayo cepat cari, boss menyuruh menghabisi semua tanpa tersisa”

“menghabisi? Apa keluargaku sudah?” (fikirku mulai tak karuan, jantungku semakin kencang berdetak seakan rongga paru-paruku tak ada tempat lagi untuk nafas, aku bersandar ke dinding kamar mandi dibelakang pintu sambil duduk jongkok ketakutan)

“apa yang harus aku lakukan, apa? Apa?” (fikirku kacau)

“coba kau cari di kamar mandi itu !” (suara salah satu dari mereka)

Apa?, ayah aku takut. Badanku tak bisa bisa bergerak semakin kaku serasa semua uratku mati, kudengar langkah salah satu dari mereka bergerak kearah kamar mandi yang kutempati, kututup mulutku rapat dengan tangan, berdiam diri dibalik pintu mengharap keajaiban.

“adek sayang ayo sini, om bawa permen lho ayo sini” (ucap salah seorang dari mereka yang mencariku)

Tap.. tap.. tap.. suara langkah kaki itu semakin dekat kearahku waktu itu sampai sekarang ku masih ingat betapa takutnya aku waktu itu, kupejamkan mataku yang sudah banjir air mata dan kututup erat mulutku dengan tangan agar tak ada suara yang terdengar.

*kreeekkk* pintu mulai bergerak gagang mulai berputar dan akhirnya…

Bersambung...

Just Do ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang