Sudah dua jam yang lalu sarapan sudah siap diatas meja. Semua tampak lezat, aku duduk diantara mereka yang sudah siap sarapan sejak satu jam yang lalu. Seluruh pandangan di ruang makan tertuju padaku saat aku menuruni anak tangga.Hari ini pertama masuk sekolah setelah libur panjang. Seperti biasa hasil ujian di bagikan dan semua siswa di minta menceritakan liburan mereka diatas kertas bufalo sebanyak dua halaman. Aku hanya memandangi kertas putih tanpa goresan tinta sedikitpun sampai waktu bell istirahat berbunyi.
Teman sebangkuku bertanya dengan nada lirih "Bukankah kau berlibur ke negara lain? Tulislah." Aku hanya membalas dengan senyuman tipis.
Liburan kemarin aku pergi ke negara tetangga bukan liburan apalagi bersenang-senang. Aku tidak menikmatinya sama sekali, semua tampak mengecewakan. Kami pergi karena menemaninya mengerjakan tugas disana. Kami tidur di sebuah hotel yang sederhana. Aku tidur sendiri dengan kedinginan dan keheningan yang menyelimuti kami.
Pulang sekolah semua siswa yang sebelumnya berwajah lusuh tiba-tiba menjadi sumringah dan berlarian menuju gerbang sekolah menemui orang tuanya yang menunggu kepulangan mereka. Aku hanya bisa menunggunya menjemputku dan mengantarku pulang lebih lambat dari mereka yang sudah pulang sejak beberapa jam yang lalu.
Seperti biasanya kepulanganku menjadi keheningan kami yang sebelumnya mereka saling berbagi cerita saat tiba di rumah. Umurku sangat kecil tetapi aku mampu memahaminya. Aku berlari menaiki anak tangga menuju kamar. Ku buka ransel sekolahku dan mengeluarkan hasil ujian. Semua nilai di atas rata-rata. Lihatlah nilai rapotku bagus bukan, aku saja bangga apalagi dia.
Dengan wajah senang bersamaan dengan bangga, aku berjalan menuju kamarnya dengan tujuan untuk memberi tahu bahwa aku bukan lagi pemalas. Aku mengetuk pintu kamarnya namun tidak ada balasan darinya. Tak sabar lagi perasaan senang ini menyuruh untuk membuka pintu dan melihatnya sedang menatap laptop dengan dokumen-dokumen disampingnya. Aku menaruh hasil ujianku di atas kasur karena tak ingin mengganggu konsentrasinya, berharap ia akan meluangkan waktu untuk melihat hasil ujianku.
Setelah bangun tidur aku berlari menuju kamar yang ku datangi kemarin untuk melihat apakah dia sudah membacanya atau belum. Saat tiba di depan pintu kamar, aku mengetuk tapi tak ada balasan sama seperti kemarin. Aku memberanikan diri membuka pintu melihat atas kasur yang sudah rapi, tetapi hasil ujianku tidak ada diatasnya. Aku merasa sedih bercampur bahagia antara dia sudah membacanya atau mengacuhkannya.
Saat menuruni anak tangga semua sudah memulai sarapannya. Aku duduk dan menikmati sarapanku dengan suasana hening sama seperti biasa. Makanan ini memang lezat tetapi aku tidak melihat kebahagiaan disana.
Makanan ini menjadi hambar bersamaan dengan situasinya.