[a/n: kali ini aku mau coba bikin dr pov Seno dan bakal kubagi jadi 2 part, dgn part pertama spoiler doang. This may be change the pov of all story on the next part, just stay tune guyz! laf ❤]
a little warn: bcos part ini kubuat based on lagunya Om Chrisye yg judulnya "Seperti yang Kau Minta", so genre-nya putar haluan jadi rada2 baper gez. (tau sendiri lagunya alm. Om Chrisye baper semua :') )
I give u the fmv above, sungguh abal-abal dan MAAFKAN WATERMARK NYA 😂 , soalx yg bikin amatiran huehe.
pesenku, ojok nangez yo, hehe.]
--------------------------------
—Maafkan aku tak bisa memahami maksud amarahmu
Membaca dan mengerti isi hatimu—
"Nad! Tunggu!"
Cewek itu, cewek dengan rambut sepanjang punggung yang pada hari-hari biasa kupanggil dengan sebutan sweety pie, atau pumpkin, atau strawberry—semua panggilan yang dibencinya karena bagi dia sebutan-sebutan itu terlalu cheesy alias melankolis. Hari ini sesuai keinginannya, aku memanggilnya dengan nama aslinya.
Mungkin, di luar hari-hari superbiasa yang selama ini kami jalani layaknya pasangan lain, hari ini adalah hari luar biasa kami. Lazimnya, kata 'luar biasa' di kategorikan sebagai sesuatu yang sangat baik dan di luar ekspektasi. Tapi bagi kami hari ini, kata 'luar biasa' berarti sesuatu yang buruk.
Cewek itu berhenti sebentar, tapi cuma itu. Lalu dia jalan lagi, hampir berlari.
"Nadine! Please, biar gue jelasin."
Dan ketika akhirnya dia menoleh, dia memberiku ekspresi yang selalu kuingat jelas, bertahun-tahun lamanya.
Cewek cantik itu mengambil napas sejenak, "Apa, Sen?" tanyanya kalem seperti biasa, namun kali ini ada nada sendu dalam suara itu,"Apa lagi yang harus dijelasin?"
Untuk sesaat, dengan begonya aku menikmati momen langka ini. Langka, karena hampir dua minggu terakhir kami adalah zona perang dingin yang tak pernah berujung.
Untuk sesaat, aku mengamati hal-hal yang sudah hampir ku lupakan; bagaimana lekuk tulang pipinya yang selama ini ku kagumi, tengkuk belakangnya yang dulu sering ku kecup ringan—sekedar memberi efek geli, lalu rambut panjangnya yang lebih sering dia ikat daripada di urai (yang lantas membuatku kesal karena pasti cowok lain jadi melirik leher cantiknya itu), dan matanya—yang kecoklatan dan sangat indah, dengan tatapan yang tidak akan pernah bisa kulupakan sampai kapanpun.
—Ampuni aku yg telah memasuki kehidupan kalian
Mencoba mencari celah dalam hatimu—
Aku menghela napas, mencoba menghimpun semua keberanian yang ku punya. "Sebenernya gue udah mau ngomong ini dari lama, Nad..."
Bisa kulihat kaki Nadine yang dia goyang-goyangkan dengan gelisah. Aku hafal itu. Tingkahnya waktu lagi gelisah, khawatir, dan... takut.
"Antara gue sama Diana, itu—"
"Stop." Tiba-tiba dia bicara.
Aku otomatis naikin alis, "Kenapa, Nad?"
Nadine yang tadinya nunduk ngeliatin sepatuku, akhirnya mendongak, "Biar aku yang ngomong dulu."
Aku ngangguk-ngangguk bego. Anggukan yang sampe detik ini sangat kusesali, karena seandainya waktu itu kuselesaikan penjelasanku sebelum dia bicara, mungkin masih ada kesempatan untuk berbaikan dengan Nadine—
—cinta pertamaku.
"Kita putus aja, ya?"
Betapa hebatnya cewek ini. Bahkan di saat terakhir hubungan kami, dia mampu membuatku tak sanggup berkata-kata. Di saat terakhir hubungan kami, dia dengan kalemnya bertanya padaku, seolah memohon agar aku mengijinkan kami untuk putus. Dia bertanya. Bukan meminta. Suaranya tenang, tapi aku tau dia setengah mati menahan air matanya agar tidak jatuh.
Mata itu—
Mata terindah yang pernah kulihat selama 18 taun hidupku yang membosankan, lantas menjadi berwarna begitu saja sejak Nadine hadir di hidupku. Mata itu, memohon dengan kesakitan agar aku mengakhiri hubungan ini.
"Ya."
Lalu Nadine menangis.
---------------------------
YOU ARE READING
I LINE U (so much!) ✔
FanfictionFresh cover! RANKINGS: #19 out of 328 in SCHOOLROMANCE [11/07/2018] #8 out of 108 in WANNABLES [07/07/2018] #8 out of 84 in SCHOOLPROJECT [06/07/2018] #12 out of 50 in KPOPLOKAL [02/07/2018] #8 out of 41 in WANNAONEFANFICTION [01/07/2018]