BAB 2

26 3 1
                                    


Januari 2016

Retha benar-benar tahu bagaimana rasanya dicintai dan mencintai seseorang. Retha bukanlah orang yang apatis seputar cinta. Bagaimanapun juga, Retha adalah remaja yang berhak mendapatkan itu semua. Masa dimana setiap hormon-hormon dalam tubuhnya bekerja dengan giat-giatnya. Namun tidak dengan hari ini, Retha masih tertunduk lesu di meja kelasnya dengan buku matematika sebagai alasnya.

Jika Retha memikirkan lagi, bagaimana hidupnya sangat-sangat kacau saat ini. Orang yang sangat Retha sayangi selama hampir dua tahun lamanya berani bermain api di belakangnya. Namanya Nanta, orang yang telah menorehkan luka yang tak kunjung pulih di hatinya. Dan apabila Retha boleh berkata jujur, Retha akui bahwa Ia sedikit trauma. Atau lebih tepatnya memang trauma dengan memiliki suatu hubungan untuk saat ini.

"Reth, Mau ke kantin ga?" Ucap Rosa—teman sebangku sejak kelas 10 yang juga sahabat Retha.

"Oh, ngga deh Ros nanti aja, lo kalau laper duluan aja."

"Pasti lo masih galau soal Nanta kan? Ngaku kaga? Gue tau kali tabiat lo kaya apa."

" Gue? Galau? Yakali" balas Retha dengan guyonannya.

" Udahlah, yuk keluar. Mau lo sampe boyotan di sini juga si Nanta yang ada malah kesenengan soalnya bikin lo trauma model begini dan gue jadi pengen nonjok hidungnya yang mekar kaya bunga bangke itu." Ujar Rosa geram.

Dan hal itu adalah satu-satunya yang membuat Retha tersenyum serta bersyukur pada Tuhan yang sudah sangat berbaik hati kepadanya karena dia tidak harus menghadapi semuanya sendirian. Selain Rosa, Retha juga memiliki satu sahabat lainnya bernama Indy, namun Indy tidak sekelas dengannya.

Jika kalian berpikir mengapa Retha setakut itu, itu karena Nanta adalah tipikal orang yang sangat sangat overprotective bahkan Retha sendiri bingung mengapa bisa sebodoh itu bertahan selama 2 tahun lamanya. Bayangkan bagaimana setiap harinya Retha harus selalu berada di sisi Nanta saat berangkat, istirahat, hingga pulang sekolah. Nanta juga akan marah jika Retha berada dengan satu kelompok dan terdapat laki-laki di dalamnya walaupun itu bukan kehendak Retha untuk memutuskan siapa yang menjadi anggota kelompoknya. Dan syukurlah hari-hari kelam tersebut telah berlalu.

" Tadi si Indy juga udah chat gue kalau dia udah di kantin duluan soalnya doi takut kaga kebagian tempat. Mending sekarang buruan kita cabut sebelum kita buat dia murka karena udah bikin dia lumutan.Sorry sorry aja nih,Reth. Gini-gini gue masih sayang badan gue." Ujar Rosa lagi. Seketika Retha tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti keinginan sahabatnya itu.

Bisa ditebak bagaimana padatnya kantin saat istirahat tiba. Retha mengedarkan pandangannya menelisik di mana keberadaan Indy dan sebetulnya tidaklah sulit menemukannya. Siapa lagi yang berada di kantin dengan cardigan hijau neon menyala jika bukan Indy? Setiap kali Retha dan Rosa menanyakan cardigan kesayangannya itu, dia hanya menjawab bahwa dia terlihat cantik dengan warna neon dan pacarnya menyukainya. Klise memang, tapi biarkan saja sudah.

"Demi neptunus, kenapa lo berdua lama banget?" omel Indy saat Retha dan Rosa baru saja duduk di kursi.

" Ya sorry gue harus jadi penghibur macam boneka mampang dulu sebelum kesini buat si kutu kupret bin najisun ini." Sindir Rosa.

" Reth, jangan bilang lo masih sedih karena si bajul ijo itu? " tanya Indy. Sementara Retha hanya menarik senyum yang sedikit sendu. Indy kemudian menghela nafas berat, sedih dengan keadaan sahabatnya itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 08, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SUNWhere stories live. Discover now