CINTA DALAM HIJRAH

25 3 0
                                    

“Hijrah ...”
Ku dengar hati ku bergumam lalu mulutku membisu dan mataku mengadu, membuat rindu mendekat setelah jauh melangkah saat diri ini lelah lalu mengalah, jiwa kini di rasuki rindu yang terbata-bata dalam berkata, ada hina yang sedang berlutut tak ingin di tuntut.
“Hijrah ...”
Bisikan angin yang membawa kabar baik. Mengheja setiap sajak-sajak cinta untuk sang pencipta, seperti cahaya yang tiba-tiba datang dalam gulita, kini sang pendosa mulai memaksa.
“Hijrah ...”
Ku dapati damai yang sampai ke jiwa, setelah berbisik pada langit hati ikut berisik, mengheja rindu yang diburu pada setiap cinta yang terkirim lewat do’a, lalu ku temukan diri hina kembali berdiri tuk memuja.
***
Ku temui Dia dalam rinduNya saat malam hening di situlah rinduNya berdering, air wudhu selalu berhasil membuat ku kagum, wudhu membuat ku berubah pikiran untuk tidak kembali terpejam dan memilih untuk berkedip lalu sebuah ritual rindu pun dimulai.
Ku tuliskan bait-bait cinta dalam setiap bacaan sholat, aku mengadu lalu mengeluh dengan berbisik di setiap kali aku bersujud, Rabb ku bahkan mengerti jauh sebelum aku memulai ritual ini.
Sajak cinta ku tak berakhir dengan sebuah salam, ku lanjutkan rayuan dalam setiap do’a yang ku panjatkan, aku yakin Rabb ku mendengar.
***
“Kamu yakin ? Nanti kamu tidak dapat pekerjaan terus loh.” Suaranya yang lembut membuat ku kembali berpikir, bayangan Ibu mengambang diatas air mata cinta, ragu ku seolah-olah merayu untuk kembali berjalan mundur, Ibu terus saja menanyakan hal yang sama tentang keputusan ku dalam berhijrah.
Sudah 2 bulan aku menganggur, Ibu tak ada hentinya menyalahkan niat ku, dia tahu salah satu alasan mengapa aku keluar dari tempat kerjaku yang dulu. Ya ! Karena waktu dhuha dan pakaian ku yang tidak sesuai dengan peraturan perusahaan.
Memang saat itu aku meminta waktu 10-15 menit pada jam kerja untuk melaksanakan sholat dhuha, karena jam masuk kerja di buka masih sangat pagi. Seminggu pertama tidak ada masalah aku masih bisa menemui dhuha ku dengan tenang, namun masuk minggu kedua aku di protes oleh karyawan lain.
“Neng ? Sholat dhuha ? Sudah bilang Mister belum ? Nanti kamu bisa di keluarkan loh gara-gara sholat dhuha ?”
“Saya sudah ijin pada atasan saya, tak masalah jika mister tahu, aku lebih baik kehilangan pekerjaan ku saat ini di bandingkan harus kehilangan dhuha ku.” Karyawan yang berpapasan dengan ku saat mengambil air wudhu pun berlalu dengan komat-kamit yang entah dia mengucapkan apa, aku tidak mendengarnya biarkan saja toh niatnya baik.
Belum lagi karena pakaian ku, selalu kena teguran satpam karena memakai kerudung panjang dan rok hitam tebal.
“Haduh, bisa gak sih kamu ganti pakai celana ! Ribet saya periksa nya, belum lagi nih kerudugng mu, kepanjangan ! Gak susah apa kerja pakai baju kaya gitu, inget ya ! Ini kerja bukan pengajian ! Yang hanya duduk saja dan mendengarkan.” Sedikit sakit mendengar kata-katanya, apalagi satpam menegur ku saat semua orang melewati pintu keluar, nyaris menjadi pusat perhatian sebagian ada yang melihat dengan iba dan sebagian lagi ikut mengolok-olok.
Tidak berhenti di pintu keluar, bahkan saat aku keluar gerbang pun tak jarang aku mendengar mereka kembali mengucapkan mantra.
“Eh tau gak karyawan yang kerudungnya panjang itu?”
“Iya tadi aku dengar dia di marahi sama Bu Maryam.”
“Iya, katanya si dia juga suka sholat dhuha.”
“Ih enak sekali tuh anak, anak baru udah berani cari masalah.”
“Aliran sesat kali tuh.”
“Iya lagi pula islam ga gitu gitu banget.”
“Jangan-jangan bener lagi dia ikut aliran sesat, yang suka panatik-panatik gitu.”
“Eh eh jangan kenceng-kenceng di belakang ada orangnya.”
Tak butuh waktu bertahun-tahun untuk di kenal, gosip tentang wanita syar’i menyebar begitu cepat bahkan karyawan di gedung sebelah pun ada yang tahu tentang ku, “Hualah jadi terkenal.” Tukas ku dalam hati.
“Kamu baik-baik saja ?” Tanya Ka  Liha,
“Aku akan selalu baik-baik saja dan aku yakin semakin banyak orang yang menghujat semakin besar pula cintaNya padaku dan insyaAllah semakin mantap langkah ku untuk tetap istiqamah.”
“Aku percaya, kau tak pernah berpikir negatif tentang mereka.”
“Karena dengan berprasangka buruk semua masalah tidak akan selesai. Manusia itu tempatnya salah maka jika mereka tidak bisa mengerti, makan kita yang harus mengerti mereka, lagi pula Allah menghadirkan seseoramg dalam hidup semata untuk memberikan kita pelajaran, tidak ada salahnya kita belajar dari kesalah orang.”
Lalu aku memutuskan untuk mengundurkan diri, tanpa pikir panjang aku pun kembali pulang ke kampung halaman. Bahkan aku tidak memikirkan apa nanti aku akan kembali medapatkan pekerjaan dengan mudah ? Yang ada di benak hanyalah pulang dan aku yakin Allah akan membukakan jalan bagi siapapun hambaNya yang meminta.
Ujian hijrah ku ternyata belum selesai, kini setelah 100 hari aku menganggur Bapak juga ikut kehilangan pekerjaannya, saat itu banyak hal yang aku pikirkan, belum lagi akan masuk bulan ramandhan dan lebaran, pengeluaran akan menjadi lebih banyak dari bulan biasanya, ah entahlah disana aku mulai kacau.
Sebenarnya banyak yang menawari aku bekerja, tapi kebanyakan harus memakai celana bahkan ada yang mengharuskan tidak pakai jilbab, untung saja aku punya waktu dhuha, yang menyambungkan setiap kepercayaan ku padaNya, mengisi kembali energi positif ku agar tetap istiqamah dan menambah terus keimanan ku agar tidak pernah lelah.
“Percaya saja, Allah tidak akan membiarkan mu setelah kamu susah payah memperjuangkan perintahNya, percaya saja .. diwaktu dekat ini kau akan segera mendapat pekerjaan.” Aku menegaskan hatiku, terus mempercayai Rabb ku dan cintaNya  juga keyakinanNya.
Air mata cinta terus melintas di pipi tanpa permisi, bahkan saat-saat sedih seperti itulah aku bisa menikmati rindu ku, menemui Rabb ku dengan tersenyum dan memohon.
Ada sebuah keajaiban yang kulihat jelas di depan mata, saat Bapak berhenti bekerja adan aku menganggur, keluargaku masih bisa merasakan kenyang, bahkan menu buka puasa kami selalu serba ada, kurma, es kelapa, kolek semua menu-menu andalalan buka puasa lainnya, dan ternyata kedua orang tuaku mendapat baju baru dari saudaranya. Hingga sampai bulan syawal kami masih punya bekal, Ibuku masih bisa belanja sayuran untuk dimasak, sungguh akupun tidak tahu uang itu darimana datangnya, yang jelas Allah tidak akan membiarkan hambaNya mati kelaparan, yang membuat ku sedih Ibu tak jarang menangis dalam sholatnya berterimakasih atas semua perhatian Rabb ku pada keluarga kecilnya, sungguh aku mencintai Mu wahai Engkau dzat yang agung.
Ternyata banyak hal yang Rabb ku titipkan.
Karena lama menganggur akhirnya aku bisa menyelesaikan tulisan ku, merapungkan buku pertama bahkan aku berhasil membuat buku ke dua ku, karena menganggur juga aku lebih sering bersama Ibu, membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah, bahkan aku bisa lebih leluasa untuk melaksanakn sholat duha dan yang paling indah aku bisa lebih lama bermanja denganNya.
***
Rindu mulai merasuki ku saat air mata tak bisa lagi ku bendung, saat mulut ini tak ingin berhenti mengagungnkanNya, saat hati ini mulai terpaku mengheja setiap bukti dari cintaNya.  Saat detik berlalu dengan sangat nyaring suara rindu pun menyadarkan ku untuk segera kembali berdiri, memulai sajak baru dalam melodi subuh yang masih bergeming.
***
Pagi ini aku kembali sibuk, memulai hari baru dimana aku tak lagi se-senggang dulu, ya ! Rabb ku akhirnya memberikan ku pekerjaan di ujung sabar, di ujung harap, dan di batas istiqamah, aku kini bekerja  menjadi call center di salah satu penerbangan swasta, sempat memohon agar aku di perbolehkan memakai rok, alhasil manager baru ku itu memberikan ijin, selagi itu tidak mengaggau jam kerja ku.
Satu yang ku pelajari dari perjalanan hijrah ku kali ini, jangan pernah khawatir kita akan kehilangan semuanya karena lebih memilih untuk tetap ada di jalanNya, karena Rabb mu akan menggatikan itu semua dengan ssesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, jangan pernah takut kau akan kekurangan karena sejatinya Rabb mu akan selalu memberi mu rizki yang cukup, bagaimana bisa aku takut kelaparan sedangkan di luar sana masih ada seekor burung yang selalu kenyang di setiap harinya, berpikir positif lah pada apapun dan siapapun, karena dengan seperti itu hidup mu akan lebih mudah dan hati mu tak akan pernah terbelenggu oleh amarah, Kau adalah makhluk yang di ciptakanNya maka dia yang akan bertanggung jawab atas semua kehidupan mu, bukan kah kesulitan akan datang dengan sebuah kemudahan ? Percaya saja maka semuanya akan berlalu begitu cepat bahkan kau akan merasakan kenikmatan mencintaiNya di setiap hari begitupun dengan semuanya akan baik-baik saja.
Dan akhir dari cerita hijrah ku ...
Aku masih bisa berpakaian syar’i, masih bernafas, masih bisa berkedip , berbicara dan mendengar bahkan aku pun masih bisa bekerja. Lagi-lagi aku melihat keajaiban. Rabb ku sungguh mengagumkan, aku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumya, janji Allah itu benar adanya, Dia tidak akan pernah mengingkari satupun dari apa yang telah Dia firmankan.
“Orang lain hanya menilai apa yang mereka lihat bukan apa yang kamu kerjakan, semua orang berubah dengan sebuah proses dan setiap proses pasti memiliki hambatannya masing-masing, jadi saaat kamu memilih untuk hijrah, maka kau harus bisa menutup kedua telinga mu dari semua perkataan yang melukai hati mu, atau biarkan saja mereka bicara seperti yang mereka inginkan dan kamu tetap pada apa yang sedang kau perjuangakan, mereka yang menghujat tidak mengerti betapa indahnya janji Allah bagi siapapun yang berhijrah di jalan Nya mulailah berjanji akan tetap istiqamah dalam setiap prosesnya dan ku mohon menangkan dirimu dari setiap hambatan-hambatan yang datang pada mu.”
Ingat satu hal, batas sabar adalah kematian jadi jika kau merasa sudah tidak sisa sabar maka matilah saat itu juga, maaf tapi memang begitu adanya. Dan aku menemukan cinta dalam hijrah.
Keep hamsah dan tetap istiqamah,
Sahabatku salihah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA DALAM HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang