Setiap malam memori pekat itu selalu saja menghapiri dan mengundang air mata untuk keluar dari sarangnya.
Sentuhan mu, tatapan mu, nada-nada indah yang pernah kau nyanyikan teringat di benak ku. Jika aku bisa mengulang waktu dan merasakan masa itu lagi aku akan menikmati setiap detiknya dengan rasa syukur. Ditemani angin malam aku memutar lagu favorit mu, teringat aku pernah menyanyikan lagu tersebut bersamamu, mengalunkan kata demi kata perlahan dengan rasa hati gembira, lalu tertawa di bawah langit senja. Lalu air mataku pun keluar dari sarangnya. Tetes demi tetes membasahi pipi ku, lalu aku membuka puisi lama yang pernah aku tulis untuk mu. Aku membacanya perlahan mengingat kenangan itu lalu tertawa sendiri layaknya kehilangan akal. Rasa sakit itu telah menusuk hingga kedalam sukma, menyayat kembali hati yang tadi siang terobati. Berusaha melupakan mu tetapi memori itu sudah menyatu dalam tubuhku layaknya darah, lalu kapan aku bisa berpaling dari mu?
-R 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Pieces
PoetryBeberapa kata-kata yang ditujukan untuk si tuan perebut hati.