prolog

8 3 2
                                    

"Pacaran? Duhh boro-boro, mikirin tentang pacaran aja gk apalagi sampai pacaran? Never" ucap si gadis mungil yang mengenakan tudung(hijab) di kepalanya yang di depannya ada seseorang yang sebagai sahabatnya menerima mendengarkan semuanya baik-baik walaupun kupingnya agak sedikit bergetar.

"Heyy Tiara Xaviera, tenangkanlah dirimu!" sahabatnya pun mengangkat suara setelah mendengar semua penjelasan yang terdengar dari mulut Ara.

"Ta...tapi bagaimana ini, a...aku suka ama dia, ta...ta...pi aku juga gk mau dapet dosa" ucap tiara yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kau harus ingat tiara, kita ini seorang muslim. Tidak sepantasnya kita pacaran dan itu dilarang. Kau tau kan konsekuensinya jika kamu melanggar larangan Allah? Apalagi pacaran itu termasuk zina" jelas Nuraeni Rizkiya selaku sahabatnya Tiara Xaviera.

Tiara pun mengangguk mendengar penjelasan sahabatnya itu dan berdiri, tangannya pun terkepal. "Aku janji, aku gk akan pacaran meskipun dengan seorang laki-laki yang aku sukai. Tolong pegang janjiku, Eni"

Nuraeni hanya memutar bola matanya seraya berkata "Sudah kukatakan Ara, jangan panggil aku dengan sebutan Eni. Sebutlah aku Iya"

"Sebutan itu manis Eni, gk papa yaaaa" pinta Ara dengan mata berbinar. "Terserah kau sajalahh Ara" Ara pun tersenyum senang mendengarnya.

"Ku pegang janjimu Ara. Ingat jangan melanggar. Kamu juga pegang janjiku yaa, aku juga gk akan pacaran, kalau dia bukan jodohku. Kalau aku melanggar cubit saja hidungku, aku berjanji"

"Siapp bosque" ucap Ara dengan tangan hormat.

"Lagian kamu juga ngapain suka ama anak bocah, bandel lagi" ucap Eni jengkel lalu berjalan cepat meninggalkan Ara

"Heeyyy kita hanya beda satu tahun" teriak Ara

---------

"Aku ingin menjawab pertanyaan yang kau tanyakan kemarin" Ara menarik nafasnya dalam-dalam.

"Aku udh mikirin baik-baik ini dan aku memilih memutuskan kita tidak pacaran" Ara lancar mengatakannya walaupun mentalnya tidak kuat. Ara pun melirik pintu kelas 11A yang terdapat sahabatnya disana. Sahabatnya pun mengacungkan kedua jempolnya buat Ara.

"Tapi kenapa?" ucap cowok tersebut sedih. Ara melirik Eni lagi karena bingung untuk menjawab apa. Eni tidak terlihat disana mungkin dia ngumpet biar tidak ditanya sama Ara. Ara pun merasa kesal sekaligus bingung.

"Maaf, saat lulus nanti, aku akan menjelaskannya. Semuanya. Permisi, aku duluan, byeee" Ara pun meninggalkan Riza sendiri yang merenung.

"Sepertinya sia-sia saja aku menembaknya kemarin. Hufttt gk jadi dehh punya pacar yang ke 230. Gagal teing mak" ucap Riza mengoceh sendiri.

!!!!!

Hayyy guyysss welcome to my story. No plagiat-plagiat club ok.

(Hasil murni karangan sendiri.)

Senin, 09 Juli 2018

My Boyfriend? NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang