Part 1
Malik terbangun dari tidurnya, ia melihat jam di gadgetnya waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima, Adzan subuh hampir berkumandang, ia keluar dari kamarnya, dari jauh ia sudah melihat ibunya sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya, Fahri dan Hamzah pun keluar dari kamar mereka, Hamzah melanjutkan tidurnya di sofa dan Fahri melanjutkan dengan melihat gadget.
Malik melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang tak jauh dari dapur tempat ibunya memasak. "Masak apa mi..!" Tanyanya seraya mendekap tubuh ibunya yang biasa mereka panggil mami.
Mami bukan gaya kebaratan, tapi mami adalah singkatan dari mama umi, dulu sekali sebelum Malik aktif diorganisasi keislaman di SMP, mereka memanggil ibunya dengan sapaan mamah, sejak ia masuk SMP ia menyapa ibunya dengan umi, adik-adiknya juga Ayahnya merasa kebingungan dengan sapaan tersebut, akhirnya mereka sepakat untuk menyapanya dengan mami. Ibunya adalah wanita tercantik dirumahnya, ia sangat diagungkan dirumahnya, dimanjakan dan paling disayang.
" hmmm .. Semur ya mi.. " teriak Fahri yang aromanya merambat hingga luar. " Sudah sana cepat bergegas kita ke masjid " teriak ibunya kencang meminta mereka untuk bersiap-siap ke masjid.
Ibunya sangat beruntung memiliki tiga anak laki-laki yang sangat menurut padanya, keluarganya bukan keluarga yang yang religious, hanya saja kebiasaan sholat berjamaah dimasjid selalu menjadi kebiasaan rutin bagi mereka sejak kecil, jarak masjid kerumahnya pun hanya 50 meter, sangat dekat.
Malik adalah anak pertama dari tiga bersaudara, Ayahnya sudah meninggal 7 tahun lalu, kini ia menjadi pemimpin dikeluarganya, syukurnya Ayahnya meninggal disaat Malik sudah bekerja sehingga kebutuhan rumah bisa diambil alih olehnya, hanya tersisa hamzah yang masih duduk dibangku kuliah semester akhir. Ia anak yang paling taat dalam beragama dirumahnya ketimbang Fahri dan Hamzah, diantara ketiganya yang hampir tidak pernah membawa perempuan kerumahnya adalah malik, ia bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang arsitektur.
Sejak ayahnya meninggal maliklah yang mengatur pundi-pundi uang untuk kebutuhan keluarganya, Fahri kuliah dan Hamzah masih duduk dibangku SMA saat ayahnya meninggal hingga ia harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan rumah, kini Fahripun sudah bekeraj dan sukses, usianya hanya terpaut dua tahun dari Malik.
"Assalamualaikum...Assalamualaikum...!" suara perempuan terdengar dari luar rumah, saat itu jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi, Fahri, malik dan hamzah sedang sibuk menyiapkan diri untuk berangkat.
"Sarah...!" Teriak Hamzah ... "Waalaikumsalam masuk..sarah "sambung ibunya.
"Sarah bawa oleh-oleh umi... !" ucapnya seraya meletakkan bakpia patok kesukaan fahri dan malik diatas meja, kemudian ia melanjutkan membantu menyiapkan sarapan dimeja makan.
Suara percakapan dua wanita terdengar dari kamar malik, mereka berbicara lembut sesekali tertawa, suara adukkan teh terdengar jelas dari kamar, sepertinya sarah membuatkan teh lemon kesukaannya, teh lemon buatannya ,memang sangat enak, dan pas, rasanya tidak segetir yang biasa ia minum ditempat lain, kadang yang membuat ia rindu dengan gadis manja ini adalah teh buatannya. ia sudah tidak sabar keluar.
Gadis itu adalah kilau matahari di musim dingin. Sosok yang selalu menjadi penerang di rumah itu sejak sepeninggal ayahnya, sosok yang selalu hadir untuk menghibur ibunya juga menularkan keceriaan disetiap ruang, ibunya memang selalu berharap memiliki anak perempuan dan ia selalu bersamanya layaknya anak perempuan yang butuh kasih sayang ibunya.
Gadis yang pesonanya dikagumi banyak orang. Dikagumi tidak hanya karena kecantikan fisiknya, tapi juga karena kecerdasan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Dialah Sarah Amelia, ia lahir dari keluarga yang tidak lengkap, ia hanya dibesarkan oleh tangan seorang laki-laki, ibunya meninggal saat melahirkannya, makanya tak heran jika ia selalu bermain kerumahnya dan dekat dengan ketiga anak laki-laki dirumahnya.
YOU ARE READING
Sirah Cinta
RomanceMalik sangat kaget saat tau bahwa Sarah wanita yang ia kagumi selama ini juga mencintainya, namun apa daya ia sudah terlanjur melamar Syahnaz orang yang ia kenal juga cukup baik. demi syariat juga janji ia pun tidak bisa menerima ajakan Sarah untu...