Chapter 1

124 10 0
                                    

"Keluar dari rumah ini sekarang juga, Flavia Charallo!!!!"

"Tuan, ku mohon jangan usir aku. Hanya rumah ini yang kumiliki sekarang, aku janji melunaskan hutang-hutang ayahku. Tapi kumohon izinkan aku untuk tinggal disini. Kumohon" Pekikku mengiba.

Apa yang bisa ku lakukan selain memohon iba pada sekelompok rentenir dihadapanku? Rumah ini adalah harta satu-satunya milikku sekarang. Aku sekarang sebatang kara, yatim piatu! Orang tua ku baru saja meninggal akibat kecelakaan dua hari yang lalu.

"Kau gila?! Bahkan rumah yang kau anggap istana mu ini belum cukup membayar semua hutang-hutang keluarga Charallo!! Sekarang pergilah! Dan ingat, kau harus tetap membayar setengah hutangmu lagi!!" Pria dengan tubuh kekarnya berkata dengan lantang mengusirku.

Apalagi? Pupus harapanku. Jujur, aku muak melihat wajah rentenir yang selalu datang kerumahku setiap harinya. Namun, aku sangat mencintai rumah ini. Disini banyak kenangan akan keluargaku dan masa kecilku. Ayolah, aku hanya seorang gadis yang berumur 19 tahun!. Masih sulit untuk menerima kenyatan-kenyataan hidup yang berat seperti ini. Ku langkahkan kakiku keluar menuju trotoar jalanan. Kubiarkan kaki ku menapak di aspal yang aku sendiri tak tahu kemana arah dan tujuannya. Air mataku terus berjatuhan dipipi mulusku. Sangat miris. Aku tak pernah menyangka akan begini kehidupanku. Cuaca kali ini mendukung. Alam pun menangis dengan deras. Seolah-olah menangisi nasib burukku.

"Byurrr!!"

"Arghh!! Sialan!" pekik Ku. Mobil mewah itu melaju dengan kencang mencipratkan air yang mengenai pakaianku.

Lama kuperhatikan, keluarlah seorang pria tua dari dalam sana dengan sebuah payung di tangannya. Pria tua? Ralat! Revan mapeli! Seorang pengusaha yang terkenal dikalangan bisnis! Siapa yang tidak mengenalnya? Namanya tersohor di negeri ini bahkan ke luar negeri sana. Untuk apa dia menghampiriku? Aku sedang tidak ingin berdebat dengan orang kalangan atas yang pasti sombong sepertinya.

"Eumm, nona. Saya minta maaf" ucapnya ramah. Tidak kusangka seorang yang kukira sombong tadi meminta maaf padaku.

"Nona?"

"Ehh, maaf tuan. Maafkan saya" panggilannya tadi memecahkan lamunanku seketika.Ku tundukkan kepalaku sebagai tanda hormatku.

Lama tidak terdengar balasan dari pria kaya itu, aku mendongakkan kepalaku. Dia tersenyum ramah kepadaku.

"Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Aku minta maaf. Supir ku tidak melihat lubang disana yang membuatmu basah seperti ini."

"Ahh, tidak apa-apa tuan."

Aku merasa diperhatikan sekarang. Tuan Revan melihatku dengan tatapan ibanya.

"Kau membawa koper? Kau ingin kemana nona? Aku akan mengantarmu sebagai wujud permohonan maafku" Oh Tuhan, aku baru tahu kalau ada juga orang kaya yang tidak tinggi hati. Tidak bertindak semena-mena, menindas bawahannya.

"Eumm... Aku tidak memiliki tujuan, Tuan." balasku lirih.

"Nona, aku minta maaf. Tapi aku punya apartemen di dekat sini. Kau bisa menempatinya sementara"

Aku menggeleng cepat. "Tidak usah, tuan. Aku tak kan mampu membayar harga semalamnya."

Lagi-lagi ia tersenyum ramah. "Aku bahkan tidak memusingkan biayanya, mari ikut bersamaku". Tidak ada pilihan lain. Aku mengikuti nya masuk ke dalam mobil mewahnya.

Di sepanjang perjalanan aku hanya bisa terdiam. Aku sedikit memijit pelipisku. Lelah rasanya menghadapi pergumulan hidupku.

"Siapa namamu, nona? Kita berbincang sedari tadi, tapi sampai sekarang aku belum tahu identitasmu" Tuan Revan membuyarkan lamunanku untuk kesekian kalinya. Aku tersentak, menjulurkan tangan kanan ku sopan lalu berucap "Flavia charallo, tuan".
"Charallo?" gumamnya yang terdengar seperti bisikan sembari menjabat uluran tanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mahal, I Love you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang