Teh dan Hujan

392 42 8
                                    

"Haa ... badanku pegel banget. Tiba-tiba aja gerimis lagi. Nyebelin banget," keluh Mafu saat tiba di rumahnya dalam keadaan basah kuyup.

"Hari ini aku bener-bener sial."
Dilemparnya tasnya dengan malas ke sofa sambil melepas jas dan sepatu.

"Mungkin lebih baik aku minum teh setelah mandi," gumam Mafu.

Teh adalah minuman favorit lelaki berusia 27 tahun itu. Terlebih lagi, teh melati.

Mafu suka meminum teh bahkan saat ia sibuk mengurus pekerjaannya, hingga seolah menjadi pemandangan sehari-hari bagi rekan kerjanya.

Membuat teh atau membeli dua-tiga botol teh melati di minimarket sudah menjadi kebiasaan rutin Mafu.

Bahkan penjaga minimarket sampai hafal kebiasaan Mafu yang selalu membeli teh.

Seusai menikmati masa berendamnya di air hangat, ia pergi ke dapur dengan mengenakan kaus hitam dan sweater kesayangannya. Tak lupa memakai legging hitam karena udara yang dingin.

Setelah menyeduh air rebusan dengan sekantung teh, ia mencampurkannya dengan rebusan air melati.

Aroma melati yang menguar dari teh melati dalam cangkir vintage itu, sungguh membuat indra Mafu yang sedari tadi stres menjadi lebih rileks.

Ditambahkannya 2 sendok gula pasir sebelum membawanya ke ruang tamu. Suasananya dipenuhi suara rintik hujan diluar jendela.

Kegiatan membuat teh barusan bisa membuat Mafu sedikit melupakan permasalahannya untuk sesaat.

"Di luar hujannya deres banget ..." gumam Mafu sambil memandang kaca jendela yang penuh dengan tetesan air hujan.

Ia mulai meneguk tehnya. Setiap tegukan teh hangat itu benar benar membuatnya rileks. Itu salah satu penyebab ia menyukai teh.

Dapat ia ingat bagaimana tadi managernya terus menerus tidak puas dengan hasil kerjanya.

Tiba-tiba memarahi karyawan, tiba-tiba ketus, tiba-tiba bercerita hingga berujung curhat. Selalu seperti itu. Mafu hanya bisa mengiyakan kata-kata si manager.

Mafu menghela nafas berat sebelum kembali meneguk tehnya.

"Kenapa si tua itu mood nya ngga konsisten gitu, sih." Mafu mendecak frustasi.

Namun, saat ia melihat derasnya hujan diluar, senyum tipis terulas di paras manisnya.

Ia ingat betul, kala ia masih kecil, ia suka sekali bermain di luar saat hujan seperti ini.

Ibunya tak pernah marah melihatnya pulang dengan keadaan basah kuyup dan pakaian kotor.

Ibunya justru tersenyum dan mengeringkannya dengan handuk. Kemudian membuatkan teh hangat untuk si Mafu kecil yang kedinginan.

Aromanya, rasanya yang khas, kehangatannya, juga kasih sayang ibunya yang tersalurkan melalui secangkir teh tak lekang dari ingatannya.

Lemon Tea. Aroma lemon yang hangat bersatu padu menenangkan hatinya.

Sejak itulah dirinya mulai menyukai teh, bahkan sampai membujuk ibunya mengajari cara membuat teh.

Mafu tertawa kecil kala mengingat masa kecilnya.
Begitu manis setiap tegukan tehnya bagaikan kenangannya di masa kecil.

-Kamu sedang stres ? Mungkin yang kamu butuhkan ialah istirahat sejenak dansecangkir teh-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Kamu sedang stres ? Mungkin yang kamu butuhkan ialah istirahat sejenak dan
secangkir teh-

Secangkir Teh✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang