ngkin hadirku mengacaukan pesta saat itu, tapi aku tak ingin tahu, aku tak yakin apa rumput - rumput itu memang melakukan sebuah tarian, lupakan saja bukan rumput yang ingin aku ceritakan.
Menanti senja tiba adalah hal yang menyenangkan meski sebagian orang tidak pernah setuju akan pernyataan itu, baik .. apa itu juga penting untuk di bicarakan ? Bukankah yang terpenting untuk saat ini adalah mengucapkan syukur ? Lihatlah ! Layung akan segera memulai pertunjukannya.
Ah senja,
Kapan kau akan mempertemukan aku dengan dia ? Yah ! Bodohnya aku terus bertanya saat aku sadari senja tidak pernah bercerita, baik ... biarkan aku saja yang menceritakan semuanya, dengarkan senja, jangan tutup telinga, bahkan aku tidak tahu apa kau punya telinga atau tidak, jangan katakan kalau aku ini gila, jiga aku gila lalu bagaimana dengan mu yang memiliki pemuja orang gila sepertiku ? Maaf bukan marah hanya saja aku memastikan diriku jika aku masih layak untuk menapak.Air danau menuliskan puisi untuk senja, lalu burung-burung akan membacakannya untuk para pemuja, lantas dimana ikan-ikan itu ? Ah aku tak pernah melihat mereka beriringan mengucapkan salam atau sekedar memperlihatkan batang hidungnya, lagi-lagi apa ikan mempunyai hidung ? Aku memegang hidung ku lalu bersyukur setelah aku rasakan hembusan nafasku yang hangat, syukurlah ... masih bisa di gunakan untuk bernafas.
Sebagian dari pasukan burung mereka sangat sibuk saat itu, sepertinya mereka sedang ingin menyombongkan diri, biarkan saja mereka tidak tahu jika tidak punya sayap itu terkadang menyenangkan dan makan dengan tangan juga lebih mudah daripada menggunakan paruh, lupakan saja jangan di dengarkan, aku tidak tahu apa yang sedang aku bicarakan. Maaf.
“Hei ? Apa kau Tya ?” Hmm, sekarang giliran persembahan ku yang di ganggu, baik ... siapa dia ? Beraninya mengganggu pemuja senja,
“Eh kau ?” Ah ternyata aku mengenalnya, seorang pria dengan kulit gelap, tapi hidungnya sangat mancung.
“Aku melihat sepedamu tadi.”
“Oh baiklah, lalu ?”
“Karena aku pikir aku bisa menemani mu disini.”
“Menemaniku ?”
“Ya.”“Apa kau yakin ?”
“Aku juga sendiri, tidak ada salahnya aku menemani mu.”
“Kau tahu mengapa aku sendiri ? Karena mereka tidak percaya.”
“Tidak percaya akan apa ?”
“Kalau aku bisa menghibur.”
“Oh ya ?”
“Ya.”
“Berarti kau bisa menghibur ku.”
“Waw, kau akan menjadi orang pertama yang ku hibur.”
“Aaaah, belum juga mulai kau membuat ku merasa terhibur.”
“Aku merasa tersanjung. Baiklah tugas ku sudah selesai, kau bisa pulang.”
“Apa hanya itu ?”
“Ya, pertunjukan ku tidak gratis.”
“Dengan cara apa aku bisa membelinya ?”
“Ada, belikan ku dua eskrim pelangi.”
“Es krim pelangi ?”
“Ya.”
“Kita beli sekarang juga.”
“Kita ? Kau saja, tiketnya akan gugur jika aku ikut pergi.”
“Tapi aku tidak tahu es krim nya yang mana.”
“Baik, apa kau pernah melihat pelangi ?”
“Pernah.”
“Apa kau tau bahasa inggrisnya pelangi ?”
“Rainbow.”
“Pergilah, kau sudah tahu semuanya, yakinlah pada dirimu, hati ku akan menuntun mu untuk menemukan es krim itu.”
Laki-laki hidup manjung itu malah tertawa, siapa yaang menyuruh nya tertawa, bukan kah tadi aku menyuruh nya untuk pergi beli es krim ? Ah semoga saja telinganya bisa bekerja dengan baik.
Syukurlah, laki-laki itu pergi untuk membeli es krim, akhirnya hari ini aku bisa menghemat Rp. 7000,- semoga dia tidak salah memilih. Well ... aku harus lanjutkan persembahan ku sebelum pria itu kembali mengacaukannya.
Ada yang belum ku buat narasi, ya ! Sepeda keranjangku, aku membelinya 6 bulan yang lalu. Banyak konflik hampir semua orang mendo’akan sepeda ku rusak, sepeda yang malang, tapi tenang saja aku akan mencintainya dengan sempurna, (aish, bagaimana aku bisa melupakan mu jika sepeda saja aku cintai dengan begitu dalam). Sepeda itu selalu ku simpan di samping ku, menemani ku melakukan sebuah persambahan senja.
Lengkap, kini aku akan mengakhiri persembahan, jika rumput, air, ikan dan sepeda telah ku ceritakan kini tinggal senja sendiri yang belum ku buat narasi, baik ... dengar kan ini.
“Apa ini yang kau inginkan ?” Huh well, dia datang, tunggu jangan tutup telinga mu.“Ya, waw ! Kau menyelesaikan dengan benar.”
“Yes ! Sekarang aku siap untuk di hibur.” Laki-laki itu tersenyum dengan sangat manis, oh well, senja mulai tiba.
Ku harap kalian masih ingin mendengar,
Baru kali ini kulihat layung menyentuh kulitnya yang gelap, senyuman nya dapat merontokan penat setelah seharian menghadapi ocehan, bias cahaya itu mengerakan kerlingan matanya yang lembut, sungguh aku merasa ini jauh lebih indah.Sebelumnya tak ada yang ingin menemaninku disini kecuali dia, dia yang tiba-tiba datang menghampiri, dia yang seketika ingin ku hibur dan dia yang telah menjadi teman setelah 7 detik berkenalan. Aku melihat tawanya yang menahan senja seakan dia abadi.
“Ternyata kau lah yang menghiburku sore ini.” Hatiku bergumam, ku lihat matanya dengan dalam, ku simpan bayangan nya di sana, agar rindu akan datang padanya dan membicarakan tentang ku nanti malam.
Aku mulai.
Senja dengan sempurna menghadirkan teman hari ini, senja kau bekerja sangat baik aku hampir saja melampaui batas ku dalam memujamu.
Layung mu begitu indah, kabar baik dari mu aku telah menerimanya dari giringan angin yang menambahkan rasa di pertemuan kita hari ini.
Semoga saja malam akan hadirkan kerlingan mataku di bola matamu, semoga saja kau ingat begitu indahnya kita menikmati senja bersama, ku harap senja kali ini akan menjadi candu agar kau mencariku bahkan yang aku ingin kan, kau selalu berharap aku ada di samping mu. Jangan takut jika aku akan melupakan mu, kerlingan lembut mu membuat ku tak bisa lupa akan hal itu, pertemuan singkat kita ? Oh jelas sudah, aku positif terkena candu kini giliran mu, aku sellau menunggu senjadi di tepi danau ini, jika suatu saat kau lelah mencari maka disini lah aku berada, di tepi danau menungu mu pula, kerlingan mata senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KERLINGAN MATA SENJA
Dla nastolatkówAh senja, Kapan kau akan mempertemukan aku dengan dia ? Yah ! Bodohnya aku terus bertanya saat aku sadari senja tidak pernah bercerita, baik ... biarkan aku saja yang menceritakan semuanya, dengarkan senja, jangan tutup telinga, bahkan aku tidak ta...