Sebenarnya, suka itu apa, sih?
Kalau definisinya Anin, suka itu kalau kamu lihat si doi suka tiba-tiba nyengir sendiri. Kalau sukanya sudah parah, kamu biasanya tiba-tiba hyper gara-gara salah tingkah. Gamon sepuluh tahun sudah bikin Anin paham kalau selama ini dia bukan sekedar suka sama dia.
Beda lagi sama Cherry. Suka itu buat dia adalah perasaan dimana kamu merasa nyaman dengan keberadaan seseorang dan orang itu bisa membuat kamu senang. Klise, yah? Tapi bukannya itu definisi suka yang sesungguhnya? Kalau kayak Anin yang jadi salting gara-gara ketemu 'dia', sih, lebih mirip cinta monyet yang cuma asal lewat.
Kalau buat Pita, suka itu ... Skip. Pita masih kecil.
Kalau buat Rany, suka itu apa, sih? Dia sendiri bilang kalau dia fobia sama laki-laki. Memangnya Rany pernah diapain sama laki-laki? Pacaran saja belum pernah, 'kan?
Kalau menurut Anin, Rany itu masih suka malu buat open up sama laki-laki. Tipikal anak mama yang kerjaannya sekolah-pulang-sekolah-pulang, nggak ada waktu buat mikirin laki-laki. Itu bagus, sih, artinya Rany itu menjaga diri dengan sangat baik. Rany itu pemalu, suka merasa rendah diri. Padahal, Rany itu satu-satunya orang yang positivitynya paling tinggi. Lihat saja feeds Instagramnya. Estetik.
Jangan salah, feeds Instagram itu mencerminkan kepribadian orang. Jadi kesimpulannya satu: Rany itu aesthetically pleasing. (Tuh, Ran. Sadar dong!)
Kembali ke topik utama.
Jadi waktu tahu kalau Rany suka sama member grup dance sebelah, berarti dia sudah nggak fobia lagi, dong? Tapi saking malunya Rany sama anak laki-laki, dia kadang suka melakukan hal yang diluar nalar untuk mengekspresikan rasa malunya. Banyak yang bisa diingat, tapi satu saja yang ditulis.
Malam itu, Anin, Rany dan si kecil, Pita, habis pergi makan buat ngehabisin voucher karena mereka sudah menang lomba. Biasanya, anak-anak ini pantang pulang kalau belum betul-betul capek (ya bayangkan saja, pulang latihan saja bisa lebih dari tengah malam kalau sudah benar-benar keasyikan). Jadi karena mereka pantang pulang, mereka memutuskan buat jalan-jalan dulu sebentar ke salah satu mal.
Nah, karena mal itu dekat sekali dengan tempat latihan mereka (dan tempat latihan seabrek grup dance cover lain), mereka menyempatkan untuk mampir dan parkir motor di sanaㅡsoalnya malas bayar parkir. Alibi lainnya, mereka lebih suka jalan kaki sambil menikmati udara Kota Malang di malam hari.
Di situ lah segalanya bermula.
Ternyata, anak laki-laki yang menjabat crushnya Rany sedang makan malam bareng anak-anak lain di kantin dekat tempat latihan. Heboh? Jelas. Salting? Pasti, dong. Saking saltingnya, Rany sampai heboh sendiri waktu bercanda sama anak lain dan sama sekali nggak sadar kalau doi lagi merhatiin dia. Tanpa Rany tahu, anak laki-laki itu sebenarnya menanggapi bercandaan dia, lho, walaupun cuma bilang "tetew". Dia juga nggak tahu kalau si anak laki-laki sebenarnya sedang asyik merhatiin dia sambil nyebat.
Ternyata, salting bisa bikin hilang fokus dan unaware sama situasi sekitar, ya? Buktinya, Rany sampai nggak mau lihat anak laki-laki itu. Tapi waktu diceritakan kronologinya, dia malah kegirangan seperti habis menang lotre liburan ke Warner Bros. Studio buat ketemu Harry Potter.
Hayo, Ran, yakin masih fobia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls Beat, U-YE!
Short StoryKumpulan cerita fiksi dan non-fiksi, dengan tema dan genre campur-campur. Jangan dibaca, nanti geli. This book is dedicated to myself, Cherry hyung, Ayik, Rany, Ara and Pita.