[ONE SHOOT]
"Chan, lo harus janji di pemakaman gue nanti lo harus tersenyum ya?" ucap Xavi kala itu.
"Lo ngomong apaansih?"
"Gue serius Chan,"
"Emang kapan lo mati?"
"Anjir, lo doain gue mati cepet, hah?"
"Ya abis lo ngomong mati-matian sih."
"Ya an...
Selamat datang di karya ke-enam ku. Jangan lupa sebelum baca siapin ini :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juga ini :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Atau mungkin boleh tambah ini :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hehe Enjoy!
•••
Perempuan itu menatap pemandangan kota di hari minggu yang sangat ramai. Dengan rambut yang terurai hitam legam, dia melangkah anggun menyibak hordeng dan kembali menjatuhkan diri di kasur hotel sambil tertunduk lesu. Ini sudah satu minggu sejak kepergiannya dari rumah.
Diraihnya handphone yang sudah satu minggu pula ia simpan dalam koper.
Ya, mungkin ini waktunya. Ia harus menyalakan handphone meski ia sendiri tak yakin lelaki itu akan menghubunginya.
Ratusan mungkin ribuan notif langsung masuk ke handphonenya. Menaruh handphone itu sejenak kesampingnya, ia membiarkan notif itu berhenti sendiri, kemudian beralih mencari nama lelaki itu.
Nihil, lelaki itu bahkan tidak peduli terhadapnya lagi.
Ia tertunduk lesu sekali lagi, "Chan, bahkan lo gak mencari gue. Sebenernya lo sahabat gue atau bukan sih?"
