Gevara-1

43 3 2
                                    

Hembusan angin menyapa wajahku malam ini. Aku tengah berdiri di atas balkon kamarku. Menikmati setiap sendi pemandangan yang tuhan ciptakan dan menatap bintang yang berkilau dengan manisnya. Aku menarik dalam napasku, mencoba melupakan semua kejadian yang terjadi. Aku ingin pergi.. Pergi sejauh yang ku bisa, tapi aku masih punya tanggung jawab disini.

Baru saja ku pejamkan mataku menikmani angin yang tak segan menyentuhku, tiba-tiba ku dengar teriakkan Difa, adik bungsuku.

"Kak Geva..." Teriaknya dengan lantang memasuksi kamar pribadiku. Belum sempat aku mengeluarkan suara.. "Kak Mikaela kumat lagi kak."

Aku langsung menoleh ke arahnya dengan perasaan tak karuan, "Deva mana?" Ucapku.

"Bang Deva ditahan kak Mikaela dikamarnya kak," Isaknya kepadaku yang membuatku langsung meluncur ke kamar Mikaela.

Ketika aku memasuki kamar miliknya, suasana disana sudah seperti kapal pecah. Barang-barang tidak tertata pada tempat seharusnya bahkan cermin hias yang ada disana telah hancur menjadi kepingan-kepingan beling yang menakutkan. Ku lihat Mikaela mengguncang-guncang tubuh Deva dengan kasar, rambutnya sudah acak-acakan, "KENAPA LO SEMUA REBUT KEBAHAGIAAN GUE? HA? JAWAB JUE JAWAB!" Teriaknya dengan keras.

Melihat itu langsung aku berlari meyelamatkan Deva, ku tarik Deva dari hadapan Mikaela.

"Deva pergi menjauh," Ujarku pada Deva yang mengangguk dengan sesenggukannya karna ia menangis.

"Haha sang pahlawan datang," Tawa Mikaela dengan kondisi masih sama.

"AARHH PERGI LO DARI SINI!! PERGI DARI KEHIDUPAN GUE!!" Teriaknya padaku sambil mengacak-acak rambutnya.

"Kaela.. Sadar Kaela," Aku memeluk Mikaela dan tubuhnya langsung meronta-ronta saat kupeluk.

"AAH..PERGI LO! JANGAN PELUK GUEE.. GUE GAK SUDI... GUE JIJIK SAMA LO.." Kaela masih meronta dalam pelukanku dan kemudian dengan tenaganya dia mendorongku ke arah pecahan kaca yang berserakan di lantai alhasil lengan kananku yang ku jadikan tumpuan, terluka mengeluarkan darah segar yang terus menetes di lantai tak lupa juga kakiku terkena pecahan kaca itu. Perih? Pasti. Tapi aku tetap bangkit demi menyelamatkan Kaela.

Tangan Mikaela sudah menggenggam sebuah potongan kaca yang ingin ia tusukkan ke tubuhnya. Darah segar mengalir di telapak tangannya akibat menggenggam benda itu.

Dengan rasa perih ini aku berlari ke arah nakas, mengambil sebuah suntikkan dan mendekati  Mikaela lalu menyuntikkannya.

Beberapa detik kemudian, tubuh Mikaela langsung melemah. Bius yang aku suntikkan bekerja dengan cepat.

Aku memapah tubuh Kaela menaiki tempat tidur dengan kondisinya dan kondisiku yang belumur darah. Aku langsung menelfon Kak Adina—psikiater khusus Mikaela—untuk segera datang.

Aku bersihkan luka Kaela terlebih dahulu dan Bi Imah membersihkan kamarnya yang berantakan.

"Hati-hati saat membersihkan kacanya Bi," Ucapku

"Baik non."

Setelah selesai membersihkan luka Mikaela aku ke kamar tidurku untuk membersihkan lukaku. Sangat perih yang ku rasa karna sepanjang tangan kanan serta kakiku penuh dengan goresan kaca.

Sebelum aku mengecek keadaan Mikaela kembali, aku pergi ke kamar Deva dan Difa, adik kembarku.

"Deva, Difa," Panggilku

Mereka berbaring di tempat tidur masing-masing namun belum sepenuhnya tertidur, tadi mereka ditenangkan oleh Bi Imah saat aku mengurusi Mikaela.

Mereka menoleh kearahku dengan mata sembab. Ku hampiri tempat tidur Difa dan ia langsung memelukku diikuti Deva yang berlari dari tempat tidurnya untuk ikut memelukku.
Tangis mereka pecah dalam pelukanku. Kupererat pelukanku sembari membelai rambut mereka.

"Kak, Difa takut," Lirihnya padaku.

Aku menahan tangisan yang ingin sekali ku pecahkan. Ada rasa sesak dihatiku saat melihat mereka menangis.

"Kalian jangan takut ada kakak yang selalu jaga kalian disini," Ucapku sembari menghapus jejak air mata di pipi gembul mereka.

"Kakak jangan pergi tinggalin kita ya," Ujar Deva padaku.

"Iya sayang."

"Janji," Ucap mereka serempak

"Iya kakak janji," Tuturku yang disambut pelukan hangat dari mereka.

Maaf kakak belum bisa jadi yang terbaik untuk kalian semua.

***

11/07/18

GevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang