Prolog

784 79 137
                                    

"Snowy! Cari makanan!" Gusion memerintah anjing minipomnya tegas. Anjing kecil berbulu putih lebat itu hanya memandang tuannya dengan tatapan puppy eyes. Mata hitam itu memandang bingung, terlihat sangat menggemaskan membuat Gusion mendadak frustasi.

"Tidak. Snowy." cowok itu memperingatkan. "Jangan beri aku pandangan seperti itu!"

Snowy menyalak protes.

"Apa kau nggak mengerti? Kita ini dalam situasi mendesak!" Gusion berjongkok, bicara dengan serius pada anjingnya. "Royal Caninmu habis dan aku juga nggak punya lagi persediaan untuk makan malam!" Snowy tampak lebih tenang dan memperhatikan Gusion. Mungkin ia menangkap kata 'Royal Canin' dan 'habis' hingga akhirnya mengerti situasi genting mereka. "Sekarang bertingkahlah selayaknya anjing dan deteksi di mana makanan berada. Mengerti?!"

"Guk!" Snowy mulai mengendus-endus udara, menjalankan tugasnya seperti yang telah di perintahkan Gusion.

"Anjing pintar." puji Gusion sambil bertepuk tangan (?).

Snowy mulai menuntun Gusion menyusuri sisi dalam supermarket yang sudah hancur dan ditinggalkan. Barang-barang di rak display sebagian telah berserakan di lantai, beberapa lampu rusak dengan aliran listrik yang sesekali memercik. Gusion masih beruntung karena beberapa lampu masih berfungsi jadi ia tidak perlu mencari makanan dalam kegelapan.

Sebenarnya ia sudah melewati batas jam malam. Setelah matahari terbenam seharusnya Gusion tetap berada di rumah, menutup pintu dan jendela rapat-rapat jika tidak ingin menjadi santapan zombie dan bergabung menjadi salah satu dari mayat hidup itu. Tapi malam ini pengecualian. Gusion meruntukki dirinya sendiri yang teledor karena lupa mengecek persediaan makanan untuknya dan Snowy hingga harus berkeliaran malam-malam seperti ini dan menantang bahaya.

"Guk! Guk!" Snowy menggonggong bersemangat. Napasnya terengah-engah, lidahnya terjulur lucu.

"Kau menemukannya?!" tanya Gusion ikut bersemangat, langsung berlari menghampiri Snowy dan melihat memang mereka berada di bagian display makanan. "Kerja bagus, Snowy!"

Tanpa buang-buang waktu lagi, Gusion segera menuju rak display di mana makanan instan dan sereal di letakkan. Ia membuka ransel besar miliknya dan memasukkan sebanyak makanan yang bisa ditampung ranselnya itu.

"Guk!"

"Iya, tunggu." sahut Gusion tanpa menengok. "Setelah ini kita baru akan cari makananmu!"

"Guk! Guk! Guk!"

"Sabar, oi! Dasar anjing!(?)"

"GUK! GUK!"

"Anj--" kalimat Gusion terputus ketika ia berbalik dan menemukan bahwa dirinya tidak sendiri. Ada sosok manusia dengan pakaian compang camping, kulitnya yang penuh luka tampak hijau kehitaman-- bahkan berlendir menjijikan. Gusion mengumpat pelan. Makhluk itu menatapnya kosong, mata kekuningan itu jelas sudah tidak menandakan kesadaran seorang manusia lagi. Mulut penuh liur itu mengeluarkan suara geraman tertahan, tampak ingin mengunyah sesuatu-- dalam situasi ini Gusion yakin makhluk itu ingin mengunyah lehernya.

"Minggir, makhluk menjijikan!" Gusion menerjang makhluk itu hingga jatuh terbanting ke lantai. Cowok itu dengan cepat segera meraih Snowy dan berlari ke luar supermarket.

"Sialan." umpatnya, mempercepat larinya. "Ngapain zombie sialan itu ada di sini. Beruntung cuma satu."

Gusion mencapai pintu keluar supermarket, sol sepatunya berdecit keras ketika ia mengerem mendadak melihat apa yang ada di hadapannya.

Seketika ia tidak merasa beruntung lagi. Puluhan zombie bergerak perlahan mendekatinya, gerakan sempoyongan mereka membuat perut Gusion mual. Detak jantungnya berdebar keras. Ia tidak berencana untuk berubah menjadi zombie hari ini.

"Kita harus kabur, Snowy." Gusion memutar arah, segera berlari cepat kemudian melompati barisan mobil yang terbengkalai. Jalan memutar akan membuatnya menempuh jarak yang lebih jauh menuju rumah namun Gusion tidak punya pilihan lain. Cowok itu segera melompat, memanjat pagar besi tinggi yang membatasi bangunan supermarket dan jalan utama. Snowy merengek ketakutan, menjilat-jilat pipi tuannya.

"Tenang dulu, anjing manja." Gusion cukup kerepotan memanjat sambil menggendong Snowy. Dengan usaha yang cukup melelahkan, Gusion akhirnya sampai ke puncak pagar. Jarak antara pagar dan jalan beraspal cukup tinggi tapi jika ia memanjat turun maka akan membuang banyak waktu.

"Nggak ada pilihan lain." putusnya kemudian melompat. Hentakan yang begitu keras sempat membuat Gusion oleng sedikit namun cowok itu kembali menemukan keseimbangannya dan menyeringai bangga pada Snowy. "Katakan selamat tinggal pada para zombie itu."

Erangan tertahan mengusik perhatian Gusion. Semakin lama semakin keras, terdengar dari banyak sumber suara dan bersahut-sahutan. Jelas bukan pertanda baik.

Di depan Gusion kerumunan zombie terlihat berjalan mendekat, bahkan lebih banyak dari yang ia temui di depan supermarket. Mata cowok itu melihat bagaimana tiap sisi jalan sudah di blokade makhluk menjijikan itu. Tidak ada jalan untuk melarikan diri. Tidak ada jalan untuk pulang.

"Brengsek."

Ini akan menjadi akhir dari segalanya. Gusion memeluk erat Snowy yang mulai melolong ketakutan.

"Maafkan aku, Snowy." Gusion memejamkan mata pasrah.

Dor... dor...

Suara tembakan terdengar, membuat mata Gusion kembali terbuka. Beberapa zombie yang berada di barisan depan tumbang, dan mengherankannya mereka tidak bangkit kembali.

Wuuussh~

Seorang cowok berambut pirang pucat berpakaian serba hitam melompat dengan mudah dari atas sisi dinding bangunan. Cowok itu memunggunginya namun Gusion bisa melihat ia bersenjatakan sebuah pedang besar. Kemudian satu cowok lagi dengan penampilan sama mendarat tidak jauh dari cowok pirang tadi. Ia memiliki rambut hitam sedikit lebih panjang dan bersenjatakan tombak.

"Kau sudah melanggar batas waktu jam malam." katanya pada Gusion. Terdengar tegas, ditambah lagi laki-laki itu mengarahkan tombaknya pada Gusion, membuat cowok berambut cokelat itu mengkeret.

"Ma-maaf, bang.(?)"

Lalu satu orang lagi melompat menyusul keduanya. Seorang cewek berambut sangat panjang berwarna pink kemerahan. Rambutnya terkepang cantik dengan pakaian yang terlihat badass sekaligus seksi. Ia membawa senapan panjang yang Gusion simpulkan sebagai sumber suara tembakan tadi.

"Apa kita benar-benar harus menyelamatkan cowok bodoh seperti dia?" tanya cewek itu, memandang Gusion malas.

"Well," sahut cowok berambut pirang pucat, "kayaknya kita tidak punya pilihan lain." putusnya.

Gusion lalu menyaksikan bagaimana ketiganya membantai para zombie dengan beringas.

*** rikues imshirosuke yang mau brotherhood alucardxgusionxzilong tapi karena aku gusley garis keras jd kutambah lele :v gapapa ya beb :v

bakal ada 12 chap sesuai judulnya 😂🔫

lelenya kaya gini

lelenya kaya gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twelve Days to Save YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang