Chapter 1

45 3 0
                                    

Ali Abyan Nandana merupakan seorang CEO yang sukses diusianya yang terbilang muda, kesuksesannya tidak lepas dari peran sang istri, yakni Anastasya Aprillyani Latuconsina. Yang merupakan anak dari seorang pengusaha sukses di dunia.

Ali merupakan orang terkaya di Indonesia, bahkan cabang perusahaannya ada di negara lain. Dia juga memiliki beberapa hotel, apartemen, universitas, pesawat pribadi, dan juga mobil dari keluaran terbaru sampai yang paling antik, hingga pulau sekalipun sanggup ia beli. Bahkan, rumahnya saja tidaklah seperti sebuah rumah, melainkan sebuah mansion.

Hingga suatu ketika, saat ia ingin memberikan kejutan pada istrinya. Ia meminta tolong kepada salah satu temannya yang bernama Vino untuk menyiapkan kejutan tersebut di sebuah Vila yang terletak di desa tempat ia dilahirkan dan di besarkan.
Vino pun menyetujui permintaan tolongnya itu.

Namun, saat diperjalanan menuju Vila tersebut, mobil mewah milik Ali hampir saja menabrak seorang wanita parubaya yang terlihat sudah sangat tua. Tetapi, Untung saja mobil itu berhenti di waktu yang tepat.

"Kenapa Bro?" Tanya Vino dengan ekspresi kagetnya ketika Ali mengerem secara tiba-tiba.

"Lo lihat tuh, ada ibu-ibu tua di depan. Masa iya gue mau nabrak dia?!" Jawab Ali dengan nada emosinya.

"Iya, iyaa gue lihat. Ya udah yuk, kita keluar!" Ajak Vino pada Ali.

"Nggak ah, males gue. Udah cepetan Lo aja sana yang keluar. Kalau ibu itu minta ganti rugi, kasih aja alamat Vila gue." Ucap Ali dengan nada malasnya.

Ya, kalau sudah seperti ini apa yang bisa diperbuat Vino. Akhirnya Vino keluar dari mobil mewahnya Ali, untuk menemui ibu itu.

"Ibu tidak apa-apa kan?" Tanya Vino pada ibu itu sambil membantunya berdiri.

"Tidak Nak, ibu tidak apa-apa." Balas ibu itu sambil tersenyum.

"Ya sudah Bu, kalau ibu tidak apa-apa kami pergi dulu yah. Dan ini, jika terjadi sesuatu pada ibu. Ibu bisa datang ke alamat ini." Ucap Vino sambil memberikan alamat Vila Ali.

"Iya Nak. Terima kasih..." Jawab ibu itu sambil menerima kertas yang diberikan Vino padanya.

Melihat Vino, ibu itu teringat pada anak semata wayangnya yang meninggalkannya ke kota untuk mencari kerja.

*****

Sesampainya di Vila, merekapun langsung menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk acara kejutan nanti malam.

"Bro, kayaknya ini udah siap deh. Tinggal nanti malam elo bawa istri Lo kesini aja dan liat reaksinya." Ucap Vino sambil melihat-lihat tempat yang akan dijadikan untuk acara kejutan Prilly.

"Yoi Bro..." Balas Ali dengan mantap.

"Tapi, elo jangan lupa buat beli bunga dulu!" Ucap Vino mengingatkan.

"Siip!!!" Jawab Ali sambil mengacungkan ibu jarinya ke atas.

"Gue nggak sabar deh pengen ngeliat ekspresi istri Lo nanti gimana..." Gumam Vino yang masih terdengar oleh Ali.

"Ya pasti bahagia lah. Lagian Prilly itu kan istri gue, kenapa elo yang nggak sabar sih?!" Balas Ali pada Vino dengan tatapan tajam.

"Ya elah Li,emang gue nggak boleh ngeliat ekspresi lucu istri Lo yang cantik itu?" Ucap Vino dengan santainya saat melihat tatapan tajam temannya itu.

"Ya nggak boleh lah, dia kan cuma milik gue." Kata Ali, lalu pergi meninggalkan Vino sendiri.

"Iya deh yang milik elo tuh." Jawab Vino. "Eh...eh... tunggu donk Li." Lanjut Vino sambil mengejar Ali.

Ali memang mencintai Prilly, apalagi setelah mereka menikah. Ali semakin mencintai Prilly, begitupun dengan Prilly, dia juga sangat mencintai Ali. Apapun yang Prilly inginkan akan Ali turuti meski aneh sekalipun, karena yang Ali inginkan hanyalah Prilly selalu bahagia saat bersamanya. Bahkan jika Prilly menginginkan nyawanya pasti akan Ali berikan, asalkan itu bisa membuatnya bahagia.

*****

Kini, posisi matahari telah tergantikan oleh bulan. Langit terlihat gelap, namun menjadi indah karena adanya bintang-bintang yang bertebaran di setiap penjuru langit. Membuat orang yang melihatnya merasa bahagia.

Saat ini Ali akan mengajak Prilly ke sebuah Vila di desa, untuk memberinya kejutan.

"Honey, emang kita mau kemana sih?" Tanya Prilly pada Ali. Karena Ali bukanlah tipe orang yang suka pergi keluar rumah saat malam hari, kecuali ada urusan penting saja. Katanya sih angin malam itu tidak baik untuk kesehatan, lagi pula malam hari itu waktunya untuk beristirahat. Selalu itu yang ia katakan, jika Prilly menanyakan hal itu. Tapi, kenapa sekarang malah dirinya yang mengajak Prilly pergi di malam hari?

"Kamu juga nanti tau Bie." Jawab Ali sambil tersenyum dan kembali fokus menyetir.

Selama di perjalanan, Ali maupun Prilly sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ali yang sedang membayangkan bagaimana ekspresi istrinya nanti, sedangkan Prilly bingung dengan apa yang akan Ali lakukan selanjutnya.

"Kamu masih mau disini aja Bie? Nggak mau keluar memangnya?" Tanya Ali sambil menaik turunkan alisnya.

"Memangnya kita sudah sampai?" Jawab Prilly yang baru tersadar dari lamunannya.

"Udah..." Ucap Ali. "Tapi sebelum keluar kamu tutup mata dulu yah." Lanjutnya sambil memberikan sarung tangan untuk menutup mata Prilly.

"Emang harus yaa?" Tanya Prilly dengan ekspresi yang lucu.

"Iya donk harus." Jawab Ali dengan kekehan kecil saat melihat ekspresi istrinya itu.

"Nanti kalau aku jatuh gimana Honey?" Tolak Prilly dengan halus.

"Kan ada aku Bie, udah deh sekarang kamu pakai aja dulu." Ucap Ali.

"Ya udah deh." Balas Prilly dengan pasrah, sambil memakai penutup mata yang dibantu oleh Ali.

Kemudian, Ali menuntun Prilly ke tempat yang telah disiapkannya. Setelah itu Ali membuka penutup mata Prilly, namun Prilly belum boleh membuka matanya.

"Nanti hitungan ke-3, kamu buka mata yah." Ucap Ali sambil membuka penutup mata Prilly.

'Satu...'

'Dua...

'Tiga...'

Khansaf02

Apa yaa yang terjadi selanjutnya???
Jangan lupa vomment-nya...

Me and Regret (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang