Satu

17 4 0
                                    

" Aaawh," Ringisan seorang perempuan remaja saat tersandung batu.

" Hia kenapa? Apa yang sakit? " Tanya seorang laki - laki yang sedang bersamanya lalu meraba kaki perempuan itu.

" Ih kok di pegang sih El sakit, kaki Hia terkilir tau, " Kata Erinska.

" Maaf - maaf yaudah sini El gendong, " Tawar Elios lalu membungkuk- kan badannya, agar Erins bisa naik ke punggung nya.

Erins naik ke punggung Elios dengan perlahan tapi mulutnya tetap saja tidak bisa diam karna selalu meringis, setelah sudah berada di punggung Elios, Erinska tidak mau memeluk leher Elios, Elios yang jahil akhirnya, pura - pura menjatuhkan tubuhnya dengan reflek Erins langsung takut dan memeluk lehernya. Erins mendumal selama perjalanan, tak kunjung berhenti juga.

Elios berlari menuju rumah membuat Erins berteriak kepadanya, sesampainya di depan gerbang rumah Erins menepuk - nepuk punggung Elios karna kesal.
Hari memang sudah menjelang malam, mereka melihat semua kendaraan orang tuanya yang terparkir rapih di garasi, Elios menepuk jidatnya sendiri, kenapa dia tidak terpikirkan kalau semuanya sudah di rumah, Elios berpikir bagaimana caranya mereka masuk rumah tanpa di ceramahi oleh kaum ibu - ibu di dalam rumahnya.

Erins melihatnya kesal sendiri, kenapa dia tidak di ajak masuk oleh Elios, padahal dirinya sudah lelah akibat jogging mengitari perumahan mereka. Erins menepuk pundak Elios pelan, seakan bertanya kenapa tidak masuk ke dalam rumah. Elios membisikkan kenapa mereka masih di luar sampai sekarang, membuat Erins memukul kepala Elios karna geram dengan sepupunya ini. Elios mengusap kepalanya yang menjadi korban tangan panas sepupunya itu, jangan kalian tanya kenapa tangannya di sebut tangan panas, karena dia kalau sudah memukul atau menampar orang maka bekasnya langsung memerah dan panas tentunya.

" Hei sepupu ku yang pintar sangat ini apa kau lupa bahwa di halaman belakang ada tangga yang langsung menuju ke lantai atas, ayolah kapan kau bisa mengingat dan berpikir Elios, " Kata Erins jengah melihat kelakuan sepupunya yang tidak pernah berubah.

" Bagaimana jika orang tua kita sedang menikmati kopi di halaman belakang?" Tanya Elios.

" Yaa mungkin kita di takdirkan untuk bertemu mereka atau kita sedang tidak beruntung hari ini," Kata Erins langsung di angguki oleh sepupunya itu.

Mereka akhirnya masuk ke dalam perkarangan rumah dan menggabil jalan langsung ke halaman belakang rumah, di sana mereka tidak menemukan siapa - siapa, mereka langsung menaiki tangga menuju lantai dua.

Setelah mereka sampai mereka membuka pintu lalu masuk ke dalam ruang keluarga di lantai dua ini. Elios berjalan dengan santainya, sedangkan Erins sudah menepuk - nepuk bahu Elios sedari tadi.

" Ihh Hia kenapa sih, jangan berisik nanti kita ketahuan," Kata Elios, berjalan mindik - mindik.

" Ketahuan sama siapa Elios??" Kata Elina - mamih Elios yang sedang menjewer telinga Elios.

Elios meringis kesakitan karena telinga nya tak kunjung dilepas oleh mamihnya. Elios merapalkan kata ampun kepada sang mamih yang tangan nya masih setia berada di telinganya. Mamih nya mulai jengah dengan kelakuan anaknya, dia menurunkan tangan nya yang berada di telinga Elios. Kate dateng menuju ke arah Elina, lalu menepuk pundak Elina.
(Kate itu mamih nya erins ya)

" Biar aku saja lina." Kata kate lembut.

" Mah jangan dong, jangan di jewer lagi kuping Elios." Kata Elios merengek.

" Siapa bilang mama, mau jewer kamu lagi, yaudah turunin Erins nya kasian tuh di anggurin di punggung kamu," Perintah Kate yang tangan nya mengelus kepala Elios lembut.

Akhirnya Erins turun dari punggung Elios, Elios membantu Erins untuk berjalan menuju sofa. Lalu, Erins duduk di sofa di sebelah nya ada Elios yang baru saja mendudukan dirinya disitu. Erins melihat Elios mulai menundukan kepalanya, Elios pasti sangat gugup, tidak biasanya dia seperti ini. Tapi Erins tau pasti apa penyebabnya, pasti karna Elios takut di marahi lagi karna tidak bisa menjaga Erins lagi. Erins sangat kasian pada saudaranya sepupu nya yang satu ini, pasti kalau terjadi sesuatu pada Erins dia yang akan di marahi oleh kedua perempuan yang pernah menggandung mereka dan membesarkan mereka ini.
Erins menggenggam tangan Elios yang ada di atas pahanya, Erins mulai mengelus tangan Elios. Elios mulai tenang karna sentuhan tangan Erins.

Yaa semua orang yang dekat dengan Erins pasti tau ini, julukan tangan Erins selain tangan panas adalah tangan malaikat yaa memang kalau sudah berlaku kasar dengan tanganya memang sangat mudah membuat bekas. Tapi, dengan Erins yang sering membantu lah tangan nya di beri julukan tangan malaikat, dia sering membantu dan memberi siapa pun apalagi dengan paras muka cantiknya dia sangat cocok dengan sebutan malaikatnya. Tapi kalau sudah marah sebutan malaikat itu berubah menjadi malaikat maut.

" Hia kenapa bisa sampe kayak gini Elios?" Tanya kate lembut.

" Hia kesandung, terus kakinya terkilir, "
Jawab Elios yang masih menundukkan kepalanya.

" Elios kan mamih udh bilang kamu harus jagain Hia, kenapa bisa jadi kayak gini? " Tanya Ellina yang mulai meninggikan nada suaranya.

" Maaf Elios udah ceroboh terus bikin Hia celaka," Permintaan maaf Elios di mulai di terima oleh Kate tapi tidak dengan Ellina.

" Ellina kenapa sih kamu nekan Elios biar bisa jagain Erins terus - terus?"
Kata Ernest mulai kesal dengan sikap istrinya.

" Karna Erins itu gadis paling muda di keluarga kita, jadi sebagai laki - laki Elios harus bisa jaga Hia." Ellina mulai mengotot.

" Erins, Elios kalian mending istirahat dulu terus nanti bersih - bersih baru turun buat makan malem," Kate menyudahi perkataan Ernest, karna tidak mau ada keributan lagi di rumah ini.

Elios dan Erins berjalan ke arah kamar mereka berdua dengan Erins yang di papah oleh Elios, Erins dan Elios masuk ke pintu yang sama. Erins membuka pintu lagi yang berada di samping tempat tidur Elios. Yaa, kamar mereka bersebelahan dan kamar mereka punya pintu penghubungnya. Elios langsung membantu Erins untuk tiduran di tempat tidurnya. Sedangkan Elios duduk di sofa di kamar Erins. Elios mengambil handphone- nya dari dalam saku celana trainigya. Dia memainkan game favorit- nya dengan sangat serius. Tiba- tiba Erins memanggil Elios. 

" El mulai sekarang lo gausah jagain gue kek dulu lagi, gue gak enak sama papa Ernest," kata Erins yang tidak enak pada om - nya itu.

" Gak pa-pa kali Hia lagian papi kan cuma gak mau gue di marahin sama mamih Elina," Sergah Elios.

" Mungkin yaa, yaudah Hia mau istirahat dulu deh, Hia capek." Kata erins lembut.

" sleep well Hia, nanti kalo udh mau makan malem El bangunin." Kata Elios yang beranjak dari sofa lalu berjalan ke arah Erins yang sudah mulai terlelap, Elios duduk di pinggiran kasur dan mulai mengusap rambut Erins.

...

Tbc.

Hai ketemu lagi sama gue, kengen gak?

Maaf yaa baru update sekarang, soalnya gue baru sempet buat ngetik lagi, sekali lagi gue minta maaf

votement boleh???

Ini gue revisi yaa, panggilan Erins jadi Hia, diambil dari nama tengah nya Yoshia.


Because Changes [ Hiat / Writer Block ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang