Cafe di sabtu malam bukanlah sebuah tempat yang cocok untuk sekumpulan wanita karir yang sedang menghabiskan waktu akhir pekan mereka. Kedai minum yang menjual kue beras dan beberapa makanan lain beserta Soju adalah pilihan tepat. Tidak, bukan karena Irene, Krystal, Solar, Tiffany, Yoona dan Sunmi adalah wanita karir yang biasa-biasa saja atau pun kere. Mereka semua adalah sekelompok pekerja keras yang punya uang fantastis di rekening masing-masing, cukup untuk reservasi di restoran mewah.
Tetapi ayolah, siapa yang tak suka menikmati Ddeokbokki beserta makanan lain dan beberapa botol Soju di kedai malam yang berisik akan orang-orang di sabtu malam?
Mungkin hanya orang-orang yang berstatus single lah yang akan melakukan hal itu. Namun sekelompok wanita cantik ini tidak semua sedang lajang, mereka punya pasangan. Hanya saja, terkadang mereka punya waktu untuk berkumpul bersama teman lama.
Irene menyesap Soju-nya dengan tenang dan memperhatikan salah satu dari mereka memulai kebisingan dengan mengoceh tak jelas. Yoona adalah peminum yang buruk, ia mudah sekali mabuk hanya dengan beberapa gelas saja.
"Yah, apa kalian tidak tau? Hyesun-unnie. Aku bingung dengan sikapnya yang begitu lembut. Aku selalu berantakan dan dia masih saja sangat memperhatikanku. Mengapa sekumpulan dari makhluk seperti kalian bisa begitu tahan dengan sikap kami yang begitu dominan ingin berkuasa?" ujarnya dengan suara linglung khas orang mabuk.
Tiffany yang duduk di samping Yoona melirik tajam, ia mengernyit jijik melihat kawan lamanya itu mudah mabuk seperti biasanya.
"Apa yang kau maksud dengan 'kami', Yoona-ya?" geram Tiffany, menyendokkan lagi ddeokbokki ke dalam mulutnya.
Keributan kecil ini gampang terjadi, antara Yoona dan Tiffany yang sejak masa SMP telah saling mengenal. Yoona pertama kali mengaku bahwa ia berkencan dengan perempuan juga pada Tiffany.
"Tentu saja kami. Aku, Taeyeon-unnie, Moonbyul-unnie, Amber... ah maaf Krystal, aku bingung harus menyebutnya 'unnie' atau 'oppa', lalu Seulgi-bear baby~" Yoona menyebut beberapa nama orang yang dikencani oleh para teman-temannya itu satu persatu sambil menunjuk mereka dengan sumpit di tangannya.
Irene terkesiap saat Yoona menunjuknya dan menyebut nama kekasihnya menggunakan embel-embel menggemaskan yang selalu jadi bahan lelucon para teman-temannya saat mereka berkumpul.
"Kami dominan. Dan mengapa kalian sangat menerima sifat, juga sikap kami yang sangat berantakan."
CTAKK!!
"AW! YAH?!!"
Yoona memekik saat Tiffany baru saja menghadiahinya sebuat pukulan kecil dengan sumpit di kepalanya. Ia mengusap pelan kepalanya yang kesakitan. Semua temannya tertawa, kecuali Irene yang masih jadi karakter paling diam di antara mereka semua.
"Apa maksudmu? Taeyeon memperlakukanku dengan sangat baik. Dia tidak seberantakan dirimu. Dia hanya sangat pandai membuatku memberantakkan sprei tempat tidur kami setiap malamnya."
"Aigooo~ Taeyeon super sekali!"
"Hahahahaha!!!"
Teman-teman Irene tertawa mendengar lelucon Tiffany mengenai tempat tidur. Mereka semua berusia lebih dari dua puluh satu tahun, dan ini adalah pembicaraan yang sangat wajar untuk dibahas.
Namun diantara keseruan mengenai pembahasan itu, Irene berdiam diri dan hanya mendengar apa pun yang kawan-kawannya bicarakan tentang tidur, pose, mainan, keringat, perih, dan semacamnya. Dirinya gelisah dengan ponselnya, menunggu kekasihnya Seulgi membalas pesannya.
Teman-temannya begitu berisik membahas itu, ia sampai hampir tak menyadari ponselnya bergetar lama saat ada panggilan masuk. Irene buru-buru mengangkatnya dengan semangat, Seulgi-nya menelepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUGHTY DESIRE
FanfictionIrene berusia dua puluh delapan tahun, dan ia mangalami masalah tentang hasratnya untuk bercinta berkat kekasihnya yang terlalu manis, Seulgi. Semua teman-temannya meledeknya, dan Irene sampai pada titik frustasi. Ia tak tau bagaimana caranya dapat...