Happy reading!
Asha terbangun dari tidurnya ketika suara alarm dari ponselnya berbunyi. Gadis itu membuka aplikasi Line. Membaca chat dari grup yang sudah ramai meskipun masih jam lima pagi. Asha menguncir rambut panjangnya secara asal dan bergegas untuk mandi.
Kamar yang tadinya rapi kini berubah layaknya kapal pecah. Asha telah mengeluarkan seluruh pakaiannya dari dalam lemari. Hanya untuk memilih baju mana yang cocok untuk ia gunakan hari ini. Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok lelaki yang lebih muda lima tahun darinya.
"Kenapa dek?" Tanya Asha kepada Janos, "Jadi ketemu cowok yang kakak ceritain semalam?" Asha mengangguk semangat. "Tolong bantuin kakak dong. Pilihin baju yang bagus." Ucap Asha diiringi kekehan.
"Gimana kalau yang ini?" Ucap Janos, mengangkat kaos putih polos serta jumpsuit berwarna hitam selutut. Asha mengangguk lalu mengambil pakaian itu dari tangan adiknya.
****
"Good morning guys. I'm Mustika and now let's we having fun together in dufan with Frankie Rossi." Ucap salah satu crew. "Hai semuanya. Aku harap ini akan menjadi hal terindah dalam hidupku selama berada di Jakarta. Aku sangat bersemangat untuk hari ini. Apakah kalian juga?" Ucap Frankie dengan senyum yang melekat diwajahnya.
"Of course. Kami selalu bersemangat dan sangat senang menghabiskan waktu bersamamu, Frank." Ucap salah satu fans yang diketahui bernama Tasha. Karena tak ingin membuang waktu, akhirnya mereka mencoba menaiki wahana pertama.
Suasana di taman bermain ini sudah cukup ramai. Mereka harus sabar mengantri sebentar untuk menaiki wahana demi wahana.
"Hmm kita coba wahana mana lagi nih?" Tanya Asha, "How about rollercoaster, huh?" Alesha memberikan pendapatnya. "It's good. Oh, come on, guys!" Ucap Frankie, membuka tutup botol mineralnya dan meneguknya.
"Guys, sorry. I can't. I'm afraid." Ucap Naila gugup. Frankie mendekati Naila, "But why, girl?" Ucap Frankie dengan nada lembut.
'Oh my god. He's sweetest person ever' Batin Asha.
"Aku takut seperti film final destination." Ucap Naila dengan jujur. Frankie langsung memeluk Naila untuk menenangkannya. "Everything is gonna be okay, dear. You save if you with me." Setiap kata yang terlontar dari mulut Frankie selalu saja membuat Asha tersipu. Padahal bukan dirinya yang sedang diajak bicara oleh Frankie.
Kini mereka sedang beristirahat sambil bercengkrama. Asha membuka kamera ponselnya. "Hai Frankie, bolehkah aku selfie denganmu?"
"Tentu, mengapa tidak? Ayo sini mendekat denganku." Ucap Frankie dengan senyum yang tak pernah luput dari wajahnya. Begitupun dengan Asha. "Mengapa tanganmu gemetar seperti itu?" Tanya Frankie. "Uhmmm a-aku hanya gugup." Frankie pun langsung memegang kedua tangan Asha memberinya ketenangan. "Apakah sudah lebih baik?" Asha mengangguk sambil tersenyum, "Baiklah, ayo kita berfoto. Biar aku yang memegangnya." Ucap Frankie mengambil alih ponsel Asha.
"Apa kau besok akan datang lagi?" Tanya Frankie mengembalikan ponsel Asha. "Tentu. Karena aku ingin bertemu denganmu lagi." Frankie dengan spontan mengelus puncak kepala Asha.
"Oh god help me! Frankie selalu saja membuat jantungku berdetak tak karuan."
"Asha,"
"What happen Frank?"
"Sepertinya aku ingin menetap di kota ini beberapa saat atau mungkin selamanya."
"Maksudmu, kau ingin pindah?"
"Bisa jadi."
"Kau hanya bergurau kan?"
"Sepertinya tidak. Aku akan memikirkan hal itu kembali."
"Tapi mengapa kau ingin menetap di sini? Padahal di kotamu sana jauh lebih baik."
Frankie hanya tersenyum dan menatap Asha. Membuat gadis itu salah tingkah. "Cukup Frankie! Jangan menatapku seperti itu!" Ucap Asha sedikit kesal.
***
Matahari telah terbenam. Kini mereka sedang menikmati makan malam sambil sesekali tertawa saat ada yang membuat lelucon.
"Rupanya kau sangat jahat kepada temanmu itu, Frankie!" Ujar Mustika.
"Oh stop guys! Itu semua demi kebaikan. Hahaha."
"Ya untuk dirimu. Tapi tidak untuk temanmu yang kau tinggal sendiri di dalam hutan." Sambung Sandra lalu meneguk air minumnya.
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Acara hari ini pun telah selesai dan Asha menelpon papanya untuk dijemput. Frankie dan para crew pun sedang menunggu mobil.
Asha melihat Frankie tertidur di sofa restoran. Wajahnya tampak terlihat lelah. Mobil hitam milik papa Asha pun telah datang. Asha pamit dengan semua crew dan teman-temannya yang masih berada di sana. Gadis itu ingin pamit ke Frankie namun ia tak tega membangunkan lelaki itu.
"Kau ingin titip salam ke Frankie, Sha?" Tanya Adla salah satu crew yang menjadi photographer di event ini. Asha mengangguk, "tolong ya."
"Ok, tapi nanti jika Frankie sudah bangun. Jangan lupa besok datang lagi ya. Frankie tak sabar ingin bertemu denganmu lagi." Ucap Adla, "Aku pun juga." Asha berjalan mendekati Frankie lalu mengelus kepala dan pipi lelaki itu.
Asha melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil. Ia mengecek ponselnya dan tanpa sadar ia tersenyum. Sang papa yang melihat tingkah anak gadisnya itu hanya bisa ikut tersenyum dengan senang.
'Yeay, i can't wait for tommorow.' Batin Asha kegirangan.
TO BE CONTINUED...
KAMU SEDANG MEMBACA
Quality Time
Short StoryGadis itu terlalu bersemangat untuk bertemu dengan idolanya.