03 // 1 hour.

336 55 9
                                    

.

.

.

.

Lima belas menit telah berlalu, dan selama lima belas menit itu tak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Bagus sih, tapi tetap saja hal ini malah membuat Daniel semakin sakit perut. Sudah kebiasaan sejak cilik bagi Daniel, jika gugup ia akan sakit perut.

Manik Seongwoo menoleh kearah sosok manis yang sedang duduk disampingnya, Seongwoo dapat melihat jelas bahwa sosok manis disampingnya sedang gelisah.

" Kamu kenapa, sakit perut? "

Daniel gelagapan, Seongwoo tidak boleh tahu kalau dirinya sakit perut karena gugup. Daniel menggelengkan kepalanya, menyanggah.

" T-tidak hyung, aku tidak apa-apa. "

" Jangan bohong, aku tahu kamu itu sedang sakit perut. Kenapa? gugup karena bertemu denganku lagi, hm? "

skakmat.

" T-tidak, siapa bilang? jangan geer! "

Seongwoo terkekeh, sudah sangat jelas terlihat bahwa si manis ini pasti tengah sakit perut karena gugup, Seongwoo sudah hapal sekali.

" Hyung tahu loh, kebiasaan kamu kalau sedang gugup kan pasti bawaannya gelisah dan sakit perut, siapa tahu kamu gugup karena bertemu dengan hyung kan? "

skakmat untuk yang kedua kalinya.

Daniel memberi tatapan aneh dan membuang wajahnya yang kini bersemu merah, kalau boleh jujur memang iya jika Seongwoo lah yang membuat Daniel sakit perut.

" Dari dulu hyung tidak berubah ya? masih saja percaya dirinya tinggi sekali, heran. "

Seongwoo tersenyum. " Kamu juga, tidak berubah, tetap manis. "

Salah tidak kalau sekarang Daniel tersipu malu? hey ㅡ bayangkan jika kalian bertemu dengan orang yang kalian suka lalu memujimu dengan sebutan manis?!

God, tolong Daniel.

" Hyung apasih? aku ini tidak manis, tapi tampan! "

" Iya iya kau tampan kok, tapi tetap saja masih lebih tampan hyung "

dasar kantung plastik.

" Huft ㅡ terserah hyung saja. U-uhm ... omong-omong hyung ada keperluan apa di Amerika? " tanya Daniel, mencoba basa-basi agar tidak terjadi suasana canggung diantara mereka. Nanti yang ada Daniel malah sakit perut lagi.

" Oh, biasa. Urusan perusahaan papah, masih ingatkan kalau dulu hyung bilang bahwa hyung lah yang akan menggantikan papah setelah lulus? "

Daniel mengangguk, ia tidak pernah lupa bagaimana semangatnya Seongwoo ketika menceritakan bahwa saat besar nanti ialah yang akan menggantikan ayahnya. Hampir setiap hari Daniel mendengar ocehan Seongwoo tentang dirinya yang akan menempati posisi direktur pada perusahaan itu.

" Ternyata cita-citamu kesampaian juga ya, hyung? tak disangka kalau ocehanmu dulu benar-benar terjadi " Daniel terkekeh, Seongwoo meletakan kembali koran yang tadi ia baca dan memfokuskan pandangannya pada Daniel.

" Tentu saja, kau tahu? aku berusaha mati-matian agar bisa mendapatkan posisi itu, dan ya akhirnya semua usahaku terbayarkan juga. Aku menjadi direktur termuda disana. "

Daniel tersenyum bangga, masih tak menyangka bahwa Seongwoo yang terkenal akan kecerobohannya itu sekarang menjadi seorang direktur.

" Oh ㅡ Nielie, apa kau mau jelly? kau masih suka jelly kan? kebetulan aku membawa beberapa bungkus di dalam tasku. "

Masih ingat ternyata.

Seongwoo menyodorkan sebungkus jelly pada Daniel, si manis menerimanya sembari tersenyum kikuk.

" Terima kasih, Seongwoo hyung "

Seongwoo tersenyum melihat kelakuan si manis, gemas. Ia mengusak rambut Daniel hingga sedikit berantakan, Daniel mengerucutkan bibirnya kesal dan merapihkan rambutnya.

" Sama-sama, Nielie "

Tanpa Daniel sadari Seongwoo memang selalu menempatkan bungkusan jelly didalam tasnya, hitung-hitung jika suatu saat Seongwoo bertemu dengan Daniel kembali ia bisa memberikan jelly itu padanya, dan saat-saat yang ditunggu Seongwoo telah datang, akhirnya ia bisa mengeluarkan jelly yang selama ini selalu ada dalam tasnya ㅡ yang selalu ia ganti dengan yang baru lima hari sekali.

Sementara Seongwoo kembali dengan korannya diam-diam Daniel tersenyum sembari memakan jelly pemberian Seongwoo.

Perut Daniel terasa seperti digelitiki sesuatu, di dadanya juga terdapat rasa aneh. Rasa aneh yang membuatnya nyaman, entah berasal dari mana ㅡ tapi Daniel tak perduli, ia malah berpikir bahwa karena jelly lah yang membuatnya seperti ini, sepertinya Daniel harus mengurangi makan jelly sekarang. Atau karena yang memberikan jelly ini padanya?

Diam-diam ternyata Seongwoo tengah memperhatikannya yang tengah menghadap jendela dan bergumam sendiri dengan senyum yang melekat di bibirnya. Seongwoo gemas, ingin menarik si manis dan mencubiti serta menciumi pipi tembamnya itu.

Tapi apalah dia? dia bukan siapa-siapanya Daniel, kecuali teman masa kecil. Hanya itu, tidak lebih.

Merasa diperhatikan Daniel menoleh dan ia mendapati Seongwoo yang sedang menatapnya, dengan koran yang masih terbuka lebar di tangannya. Daniel mengerut, orang ini sedang membaca koran atau membaca dirinya?

" Hyung? "

" Seongwoo hyung? "

Daniel menepuk pelan lengan Seongwoo, membuat Seongwoo tersadar dan sedikit gelagapan.

" A-ah, iya? kenapa? "

Dahi Daniel kembali mengerut, " harusnya aku yang bertanya, kenapa hyung memperhatikanku seperti itu? kasian koranmu dianggurkan hyung " mata Daniel menunjuk kearah koran yang masih dibuka oleh Seongwoo meskipun dianggurkan.

" Tidak apa, aku rindu dengan wajahmu. Masih tak menyangka bahwa aku akan bertemu lagi denganmu, Daniel. "

Perasaan aneh itu muncul lagi, perut Daniel sakit lagi sekarang. Daniel tersenyum canggung " A-aku juga tidak menyangka, hyung "

" Senang bertemu denganmu lagi, Daniel. "

Satu jam pertama dihabiskan Daniel dan Seongwoo dengan mengobrol ringan, masih sedikit canggung apalagi setelah Seongwoo berbicara seperti tadi. Tapi jauh didalam pikiran Daniel, satu jam pertamanya dengan Seongwoo tidak terlalu buruk.

" Tidak begitu buruk sebagai awalan, semoga sebelas jam kedepan akan terus seperti ini. Kalau bisa lebih baik lagi

dan tolong, kapan sakit perutku ini akan hilang? "














To be continue . . .

Twelve Hours // OngNiel [ BAHASA - BoyxBoy ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang