"Kanzaki..."
Suara itu terdengar begitu dekat tapi juga begitu jauh bagi telinganya, dia yang tengah memandang ke sebuah kegelapan tanpa batas maupun ujung hanya bisa mengerenyitkan alisnya pada saat mendengar panggilan tersebut.
Apa yang dipanggil adalah nama keluarga miliknya, dia secara refleks langsung berusaha untuk mencari dari mana asal suara tersebut. Namun, tak ada satu pun hal yang berada di sekitarnya selain kegelapan, bahkan tak ada apa itu yang dinamakan bentuk tubuh fisik miliknya.
Tidak ada kaki, tangan, maupun badan dan lainnya.
Apa yang tersisa dari dirinya, setidaknya dari apa yang dirasakannya, adalah jiwa miliknya yang berhenti bergerak di tempat. Meski dirinya terkejut, tetapi dia bahkan tak merasakan rasa panik atau detak jantung yang menjadi lebih cepat.
Ia pun diam.
Menengok ke berbagai arah, berusaha untuk memastikan keadaan di sekitarnya akan apakah ada keberadaan lain selain dirinya.
"... Touma."
Kali ini nama depannya lah yang disebut, ia menjadi semakin terkalut dalam rasa bingung dan akhirnya dia berusaha untuk bergerak maju ke depan tapi rasanya dia seperti mendapatkan semacam halangan, ada tembok tak terlihat di depannya adalah impresi pertama yang dia dapatkan dan dia tidak bisa melewatinya.
Tapi setelah beberapa saat dia mulai menyadari kalau daripada tembok tak terlihat ada kata lain yang lebih tepat untuk digunakan di sini.
Rasanya seperti terpaku di permukaan tanah, begitu batinnya sembari ia memutuskan untuk memeriksa satu-satunya arah yang belum dipastikannya.
Atas, hanya arah itu saja yang belum ditengoknya.
Dia pun mengadahkan kepalanya, jika dia punya, dan dia bisa menggerakannya.
Sebuah titik cahaya pun masuk ke dalam pandangan miliknya, dia merasakan ada sedikit rasa lega serta bersyukur karena kemunculan dari titik cahaya tersebut di pandangannya.
Ia akan mengeluarkan helaan napas lega andaikan bisa, tapi untuk sekarang dia hanyalah sebuah keberadaan yang bahkan tak jelas. Keberadaannya seolah-olah bisa dikatakan kalau dia menyerupai sosok hantu, tapi apa yang lebih tepat untuk menggembarkannya adalah...
... roh.
Kata lain yang bisa digunakan adalah Jiwa.
Dia merasa kalau apa yang ada di sana sekarang hanyalah jiwanya dan pikirannya mulai merasa tenang pada saat dia bisa mencapai kesimpulan tersebut.
Pandangan matanya, atau setidaknya indra pengelihatannya karena dia sendiri sudah tidak yakin kalau dirinya memiliki mata, menangkap kalau cahaya yang berada di atas sana perlahan turun dan bergerak semakin dekat dengan dirinya.
Tapi sebelum cahaya itu benar-benar bisa turun ke bawah, dia mendengar sebuah suara yang amat dekat dan terkesan menggelegar.
"Kanzaki Touma!"
Akhirnya dunia yang dipenuhi oleh kegelapan dan kekosongan serta sebuah cahaya yang menggantung di atas sana menghilang.
Indra pengelihatan dari seorang Kanzaki Touma terasa seperti terkoyak, dan dia baru saja menyadari kalau ada sesuatu yang tengah melesat ke arah dirinya.
Lalu, dengan refleks dia mengangkat tangannya, yang kini sudah berada di tempat, dan menggunakannya untuk menangkap benda apapun yang tengah melesat ke arahnya.
Sensasi yang lembut kemudian meresap ke dalam tangannya, dia menjadi kebingungan karena dia sempat merasakan hawa yang berbahaya dari sesuatu yang melesat tersebut, dan akhirnya indra pengelihatannya kembali jadi dia bisa melihat apa yang tengah terjadi dengan menggunakan kedua bola matanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamigami no Sensou: Hakyoku
FantasyWaktu berjalan secara melingkar... ... takdir telah ditentukan, bagaikan sesuatu yang telah tertulis di atas batu, yakni dengan kata lain mereka sudah menjadi catatan dan tak akan berubah. Salah satu dari The Seeker yang melawan kehendak dari sang D...