Sedih Itu Mulai Ada

32 2 1
                                    

Pagi ini sama seperti biasanya. Aku berangkat ke sekolah diantar oleh ayahku. Dalam perjalanan menuju sekolah aku asyik dengan novel karya Tere Liye yang berjudul Rembulan Tenggelam Di Wajahmu.

"Mba, Kamu pulang dengan siapa nanti?" Tanya ayahku yang mengagetkanku karena aku sedang asyik membaca.

" Sama Naufal"

"Langsung pulang?"

"Nggak, ada kerja kelompok di rumah Cindy"

"Yasudah, jangan pulang sore-sore ya"

"Iya ayah"

Hari ini memang aku sudah memiliki janji dengan temanku untuk kerja kelompok di rumah Cindy, kebetulan memang dua hari lalu guru Fisika kami memberikan tugas untuk membuat roket air. Jalanan kota Tangerang pagi ini ramai sekali, mungkin karena aku yang sediikit kesiangan. Setibanya di sekolah aku langsung menuju kelasku, dan aku mendapatkan Mr. Stuward sudah berada di dalam ruang kelasku. Mr. Stuward itu guru bahasa inggrisku, beliau berasal dari Afrika, itu merupakan fasilitas yang diberikan sekolahku untuk kelas kami. Dan kalian perlu tahu bahwa Mr. Stuward selalu datang lebih awal 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai.

" Excuse me sir, sorry I'm late" Kataku dengan diikuti oleh senyum tipis di wajahku.

"No problem, lessons haven't started yet. Please sit down" jawab Mr. Stuward dengan senyumnya yang cukup manis menurut Cindy.

Aku langsung medaratkan tubuhku di kursi sebelah Cindy. Tidak berapa lama kemudian pelajaranpun dimulai. Aku suka belajar bahasa inggris dengan Mr. Stuward, beliau selalu membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, walaupun terkadang aku dan teman-temanku sering tak mengerti apa yang dia bicarakan karena gaya bicara Mr. Stuward british English. Mr. Stuward hari ini mengajak aku dan teman-temanku bermain tebak lagu, tetapi Mr. Stuward sendiri yang akan menyanyikannya, lalu aku dan teman-temanku yang sudah dibentuk kelompok olehnya akan menebak judul lagu dan penyanyinya. Kelompok yang nantinya kalah harus membawa makanan untuk kami makan bersama di pertemuan selanjutnya.

"Let's we start the game. Yesterday, all my troubles seemed so far away. Now it looks as thrugh they're here to stay. Oh, I believe in yesterday" Kata Mr. Stuward memulai permainan.

" The beatles , Yesterday" Kata Rizki

"Yes you are right, what is your name?"

" Jhon lenon" kata Rizki yang diikuti tawa teman-temanku lainnya karena melihat wajah Mr. Stuward yang terkejut.

"Really? Jhon Lenon is still alive?"

"Hahaha, my name is Rizki sir"

Aku ikut tertawa bersama teman-teman yang lain karena ulah Rizki yang memang sering ceplas-ceplos sembarangan. Kami semua larut dalam keseruan permainan yang Mr. Stuward pimpin. Sudah ku bilang kan kalau belajar bersama Mr. Stuward sangat menyenangkan.

Akhirnya jam pelajaranpun telah usai, aku dan teman-temanku harus berpindah ruangan ke kelas matematika. Sekolahku memang memberlakukan sistem Moving Class. Diantara teman-temanku yang sudah berjalan keluar kelas Bahasa Inggris, aku baru saja berdiri dan melangkahkan kakiku. Tapi, ada yang aneh sepertinya dengan kaki kiriku. Mengapa kaki kiriku sulit sekali digerakan, aku bahkan tak bisa mengangkatnya sedikitpun, seperti tak ada tenaga.

"Cin, tunggu deh, kaki kiri gua gabisa bergerak tiba-tiba" Kataku menghentikan langkah Cindy.

"Kenapa? Kok bisa? Duduk dulu coba" Kata Cindy dengan nada sedikit panik.

Aku mengikuti saran Cindy, aku duduk kembali di kursiku sambil memijat pergelangan kakiku. Bahkan sepatu sekolahku sudah aku lepas, agar lebih ringan pikirku. Tapi, usahaku tak membuahkan hasil, sampai akhirnya Cindy memutuskan memanggil beberapa temanku untuk meminta bantuan membawaku ke UKS (Unit Kesehatan Siswa). Aku tetap menunggu dikelas Bahasa Inggris, untung saja kelasnya tidak terpakai. Tak lama kemudian, Rizki, dan Rama Adi datang menawarkan bala bantuan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Secercah HarapanWhere stories live. Discover now