Menurut kebanyakan orang, hidup itu pilihan. Sedangkan menurut yang lainnya, hidup itu takdir. screw this!
Hyunjin tak peduli apakah hidupnya merupakan pilihan atau takdir, yang jelas, Hyunjin sama sekali tak menyukai kehidupannya saat ini.
Bermula dari beberapa bulan lalu, saat dimana rasa menyesalnya muncul karena dirinya telah melakukan hal yang fatal, terutama untuk dirinya sendiri.
Malam itu begitu gelap, dimana orang-orang lain akan tertidur pulas di tempat tidurnya yang empuk, tapi tidak untuk seorang Hyunjin.
Dirinya barusan beranjak dengan cepat mengambil jaket yang tergantung di pintu lemarinya, kemudian mengambil kunci mobil yang ada diatas meja dengan terburu-buru. Iya, barusan dirinya menerima pesan dari temannya- ah ralat, sahabat terbaiknya yang berisi
'hyunjin'
'r u still awake?'**
Dan di sinilah mereka berdua sekarang, Hyunjin- dan Perempuan itu, yang notabenenya berperan sebagai sahabatnya sekaligus perempuan yang Hyunjin cintai dalam diam, menyedihkan.
Kedua remaja itu duduk di tengah kesunyian, tanpa bersuara, saling kalut dalam pikirannya masing-masing. Hyunjin dengan sabar menunggu sahabatnya ini membuka bibir, untuk memulai ceritanya seperti biasanya. Jika sudah begini, Hyunjin tak akan berbuat apa-apa selain memperhatikan si perempuan dengan tatapan sendunya.
"Hyunjin.." panggil perempuan itu disebelahnya, membuat Hyunjin yang sedari tadi melamun juga menaikkan alisnya sembari berdehem menjawab panggilan si sahabat.
"Hm? Kenapa?"
"Ayah gue pulang." Satu kalimat itu berhasil membuat Hyunjin kembali terdiam, keduanya tau kalau masalah ini datang, ini bukan masalah yang main-main.
"Terus?" Jawab Hyunjin setenang mungkin, padahal pikirannya juga berkecamuk sendiri.
"Bawa temennya juga kerumah" Hyunjin makin tak tenang, jarinya kini saling bertautan, sambil dirinya menggigit bibirnya sendiri. Sesuatu yang tak biasa terjadi, kali ini lebih parah.
Si gadis tak langsung melanjutkan ceritanya, melainkan melirik Hyunjin dengan tatapan ragu-ragunya, seakan berpikir haruskah ia beritahu Hyunjin atau tidak. "Hm.. Tapi lo jangan marah ya?"
"Iya"
"Janji kan?"
"Janji."
"Gue bakalan ikut Ayah pindah"
Lagi, Hyunjin terdiam. Kali ini berharap bahwa telinganya salah dengar. Apa katanya barusan? Ikut pindah ayahnya? Hell! Bahkan dari dulu ia sendiri yang berkata ia tak akan sudi untuk menemui ayahnya, kenapa sekarang malah ikut pindah bersama?
"Apa?"
"Iya, gue ikut ayah nanti, Hyunjin"
Hyunjin tertawa, seakan meledek perempuan didepannya tak percaya, "Bercanda lo"
Tapi tidak, si perempuan tak ikut tertawa. Malah menundukan wajahnya sembari menghela nafas singkat, menolak untuk menatap Hyunjin. "Gue keliatan bercanda? Kalo iya bercanda, buat apa gue manggil lo malem-malem gini?"
Tawa pemuda itu tak terdengar lagi, kali ini hanya ada suara angin malam yang menemani mereka. Entahlah, ini terlalu tiba-tiba untuk Hyunjin. Terlalu sulit untuk bisa dipercaya.
"Kenapa?" tanyanya lirih, "Lo yang janji duluan kalo kita nggak bakal kepisah. Lo sendiri yang bilang bakal ngejauh dari bokap lo yang abusive itu. Lo tuh nyiksa diri sendiri! Gue nggak mau ya. Gue nggak mau lo kesakitan sendiri. Gue nggak mau lo-"
Si perempuan rupanya tak mempersilahkan Hyunjin untuk berkata lebih jauh, Ia menangis, mencoba untuk menjelaskan pada sahabat lelakinya itu. "Gue tau, gue juga sadar. Tapi ini Ayah gue, gue nggak bisa lagi ngehindar. Gue nggak punya pilihan lain, Hyunjin."
Jika ditanya kapan masa-masa paling menyakitkan di hidup Hyunjin, mungkin cowok itu akan menjawab saat sahabatnya -yang diam diam Ia sayangi- harus menghadapi kenyataan terberatnya, dan ia tak bisa berbuat apa-apa.
Dirinya merasa seperti orang yang tak berguna.
Ia marah, tapi tidak dapat mengubah apapun. Sahabatnya itu tetap pergi bersama sang Ayah. Dan kini, dirinya hanya bisa meratapi keadaan bahwa perempuan itu tak ada dalam hidupnya lagi.
Satu hal yang paling Ia sesali sampai saat ini, dia tidak sempat untuk menyatakan perasaan sayangnya pada perempuan itu.
Dia tidak sempat membuat perempuan itu merasa disayangi, setidaknya sebelum dirinya harus berhadapan dengan Ayahnya yang sama sekali tak memberikan kasih sayang.
Dia gagal, menjadi sahabat- tidak, menjadi laki-laki yang baik untuk sahabatnya.
Dasar Hyunjin bodoh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
misstycia ㅡ00line
Short Story〃ᴍɪɴᴅ ᴛᴏ ʀᴇᴀᴅ ᴀʟʟ ᴏғ ᴛʜᴇɪʀ ᴜɴᴛᴏʟᴅ sᴛᴏʀɪᴇs?〃 ー ⓒᴛsʏᴄʀᴏᴄɪᴀ