"Persahabatan bukan hanya sekedar kata,
yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,
tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci,
yang ditoreh diatas dua hati,
ditulis dengan tinta kasih sayang,
dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa"..
**
"Miku... sini dech cepetan, aku ada sesuatu buat kamu", panggil clara suatu sore.
"Iya, sebentar, sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau aku gak bisa melihat", jawab seorang gadis yang dipanggil miku dari balik pintu.
Tachibana Miku , begitulah nama gadis tadi, meskipun lahir dengan keterbatasan fisik, dia tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani bahtera hidup tak pernah padam. Lahir dengan kondisi buta, tidak membuatnya berkecil hati, secara fisik matanya tidak bisa melihat warna-warni dunia, tapi mata hatinya bisa melihat jauh ke dalam kehidupan seseorang. Mempunyai hoby melukis sejak kecil, dengan keterbatasannya, Miku selalu mengasah bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia menyerah.
Duduk di bangku kelas VIII di sebuah Sekolah Luar Biasa di kotanya, Miku tidak pernah absen meraih peringkat dikelas, bahkan guru-gurunya termotivasi dengan sifat pantang menyerah Miku. Sejak baru berusia 3 tahun, Miku sudah bersahabat dengan anak tetangganya yang bernama Clara Sinonono, Clara anak seorang direktur bank swasta di kota mereka. Clara cantik, pinter dan secara fisik Clara kelihatan sempurna.
***
Seperti sore ini, Clara sudah nangkring di rumah Miku. Dia berbincang-bincang dengan Miku, sambil menemani sahabatnya itu melukis.
"Mik, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu ngadain pameran tunggal ya, biar semua orang tau bakat kamu", kata Clara membuka pembicaraan.
"Hah", Miku mendesah pelan lalu mulai bicara, "Seandainya aku bisa ra, pasti sudah aku lakukan, tapi apa daya, aku ini gak sempurna, seandainya aku mendapat donor kornea, dan aku bisa melihat, mungkin aku bahagia dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini" ucap Miku dengan kepedihan.
"Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada yang mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik kamu," timpal Clara akhirnya.
Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi halangan di dalam jalinan persahabatan antara Clara dan Miku, kemana pun Clara pergi, dia selalu mengajak Miku, kecuali sekolah tentunya, karena sekolah mereka berdua kan berbeda.
Sedang asik-asiknya dua sahabat ini bersenda gurau, tiba-tiba saja Clara mengeluh,
"aduuh, kepala ku"
"Kamu kenapa ra, sakit??" Tanya Miku.
"Oh, ngga aku gak apa-apaMik, Cuma sedikit pusing saja", ucap Clara sambil tersenyum.
"Minum obat ya ra, aku gak mau kamu kenapa-napa, nada bicara Miku terdengar begitu khawatir.
"aku ijin pulang dulu ya Mik, mau minum obat" ujar Clara sambil berpamitan pulang.
Di kamarnya yang terkesan sangat elegan, nuansa coklat mendominasi di setiap sudut ruangan, Clara terduduk lemas di atas ranjangnya,
"Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan menjemputku untuk menghadapmu?" erang hati Clara.
Di vonis menderita leukimia sejak 7 bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Clara, usianya yang baru 14 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend Forever
Short StoryProtected under the copyright laws of the Republic of Indonesia _ Undang - Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 19 tahun 2002 _ Cameo.©2017,widyaana. All rights reserved ------------------------------------------------------------- Novel in Baha...