1 - He Kissed Me

693 53 22
                                    

Krystal POV

"Sehuuuun, lo dimana?" seruku ketika memasuki ruang baca rumah Sehun. Aku masih terkesima dengan ruangan ini meski aku sudah jutaan kali memasuki ruangan penuh buku ini. Keluarga Sehun memang suka sekali membaca, ya walaupun Sehun lebih banyak membaca fiksi setidaknya ia tak pernah benar-benar lepas dari buku, sayang jarang orang percaya dia kutu buku dengan dandanan yang cukup kasual sekaligus stylist .

"Haloo Sehuuun," panggilku lagi, bocah ini kalau sudah sama buku males banget memperdulikan orang.

"Bagian komik," jawabnya singkat. Aku tak tahu dimana bagian komik, tapi kudengar suaranya tak jauh dariku. Oke, baiklah mari mengikuti insting saja.

"Cumiiiii," seruku sambil memeluknya singkat setelah menemukan dia jongkok di hadapan rak komik, dia tampak serius menata tumpukan komik di lantai ke rak. "Kapan balik ke Indo?" tanyaku akhirnya, aku memutuskan duduk di lantai tepat di sebelahnya.

"2 hari lalu? Lupa gue." Jawabnya, masih tak menghiraukanku. Sehun memang selalu menyebalkan. Ia tiba-tiba berdiri sambil membawa beberapa komik di tangan, sepertinya ia berniat akan menata komik-komik itu di rak paling atas.

"Biar gue aja yang naruh!" Ucapku, merebut komik di tangannya.

Sehun menatapku curiga, tapi ia tak menghalangiku ketika aku mulai menaiki tangga.

"Taruh yang rapi." Ucapnya singkat, aku memonyongkan bibirku sekilas. Kenapa dia menjadi perfeksionis ketika bersama buku?

"Iya, Baginda Raja!" Ejekku, aku mendengarnya mendecakkan lidah kesal. Aku tahu betul dia paling tidak suka dengan sebutan "Baginda Raja", panggilan sayang dari papanya. Menurutnya, dia seperti anak manja dengan panggilan itu.

"Ada lagi yang ditaruh atas?" Tanyaku setelah memastikan komik-komik sudah kutata rapi.

Sehun melihat komik-komik yang bertengger di kakinya sekilas, "no, turun aja." Ucapnya, lalu memegangi tanganku membantuku turun dari tangga.

Aku menuruni tangga perlahan, aku senang melihat Sehun mendongak melihatku. Rasanya menyenangkan karena biasanya aku yang harus mendongak ketika berbicara dengannya, tinggi badannya memang kurang ajar.

"Cepet turun," ucapnya sambil melihatku dengan mata elangnya. Aku baru sadar dia memakai kaca mata, benar-benar hal yang baru kuketahui sekalipun sudah bertahun-tahun mengenalnya. Biasanya dia memakai lensa kontak. Jangan tanya kenapa, karena aku sendiri tidak tahu. Jarang sekali bukan laki-laki berpenampilan santai--apalagi Sehun-- mau ribet dengan pakai lensa kontak.

Aku menuruni satu anak tangga, tinggiku hampir sejajar dengannya. Aku meletakkan kedua tanganku di bahu Sehun, memeganginya karena aku berniat melompati 3 anak tangga sekaligus. Sehun sepertinya paham dengan pikiranku dan dia mendengus. Dia mendekatkan diri, mungkin takut aku jatuh karena usahaku setelah ini.

Aku menatap warna mata Sehun, yang untuk pertama kalinya kusadari. Abu-abu muda. Bagaimana mungkin dia menyembunyikan warna seindah ini dengan lensa kontak hitam setiap hari? Bagaimana mungkin aku yang mengenalnya hampir seumur hidup tak pernah melihatnya? Apakah aku pernah dan aku melupakannya?

"Gue baru tahu warna mata lo abu-abu." Ucapku tanpa sadar, aku tiba-tiba lupa aku ingin lompat dari sisa anak tangga yang kupijak.

"Hmmm." Gumam Sehun, ia tampak bingung.

"You have beautiful eyes, Sehun." Ucapku lagi-lagi tanpa sadar. Aku tersentak ketika merasakan tangan Sehun melingkari pinggangku, membawaku turun dan berpijak ke lantai yang sama dengannya. Dia masih menatapku. Atau kita masih bertatapan. Entah! Aku tak mengerti! Mataku masih terpana melihat mata abu-abu miliknya.

"What did you said?" tanyanya pelan, dia mendekat ke arahku. Memisahkan jaraknya dariku, aku tiba-tiba sulit bernapas. Aku tak pernah berhadapan sedekat ini dengan Sehun!

"You heard."  Ujarku dan memonyongkan bibir tanpa sadar. Aku merasakan tangan Sehun merayap ke rahangku lalu menarik wajahku mendekat, aku tak mengerti bagaimana tiba-tiba bibir Sehun sudah menempel di bibirku. Mencium lembut bibirku. Ciuman kecilnya memabukkan! Kini, dengan bodohnya aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya dan balas mencium bibirnya.

Tangan Sehun kini berada di tengkukku, tangannya yang lain berada di pinggang bawahku. Ia memperdalam ciumannya, ia mulai menggigiti bibir atasku. Aku tersentak kaget dan membuka mulutku sedikit dan... sial aku merasakan lidah Sehun memasuki mulutku. Menari di dalam mulutku. Sial, aku tahu aku harus berhenti tapi yang kulakukan justru melakukan hal yang sama. Meneruskan ciuman kami yang semakin dalam.

"Hun, gue mau pinjam buku eko..no..mi..." Seru seseorang merusak momenku dan Sehun. Bentar, aku bilang merusak? Merusak?!

Aku mengamati punggung seseorang itu, dia memunggungi kami. Sial, kenapa harus dia orang yang memergokiku ciuman dengan Sehun?

Sehun menghentikan ciumannya, aku bisa melihat dadanya naik turun menunjukkan ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. "Lo pulang." Ucap Sehun tanpa menatapku, ia berjalan ke arah rak di sisi kanan ruang baca. Jika tebakanku tepat, ia pasti mengambil buku yang akan dipinjam Sehun.

Aku melewati Sehun yang masih terpaku di tempatnya, aku yakin dia menatapku tapi aku sedang tidak berminat menyapanya. Yaa, sudah lama aku memang tak menyapanya.

"Hati-hati, Krys." Aku mendengar Kai bersuara. Aku meringis, masih sakit juga mendengar suaranya.

Morning Glory: Sehun & KrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang