Dengan kerutan di dahi, kujawab pertanyaannya dengan tanya lain. Kenapa dia bisa berpikir seperti itu? Dalam hal apa yang ia maksud?
Dia tersenyum, sesekali menunduk sambil memainkan jemari di atas meja kayu. Suara ketukan juga terdengar dari kakinya yang bermain di lantai marmer. Kemudian, dengan santai anak itu berkata, jika dia terlalu sering mengeluh akhir-akhir ini.
Bagiku pribadi, itu bukan masalah. Dalam pandanganku saat ini, ah, maksudku selama ini dia tidak mengeluh. Hanya berbagi cerita mengenai apa yang ia rasakan ketika dia merasa hatinya tak lagi punya spasi untuk menyimpannya seorang diri. Temanku hanya berbagi.
Namun, seringkali orang-orang tidak mengerti. Mereka tidak mau repot-repot memahami keadaannya, ketika dirasa tidak ada hal menguntungkan yang bisa diambil.
"Aku jarang sekali membuat permintaan. Aku ingin menukar jadwal, alasannya karena mataku semakin membengkak. Dan aku harus istirahat. Saat kubilang tidak bisa terlalu lama berhadapan dengan komputer, mereka malah tertawa. Seperti mengejek keadaanku, mereka bilang aku terlalu banyak menangis karena menonton film sedih. Lalu mereka bilang aku berlebihan."
Hela napas mengalun di tengah jeda yang ia buat. Sarat akan rasa sesak.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Petals
Short Story#longlist wattys 2018 Tentang si bodoh yang terus mengasihani dunia. [COMPLETED]