Wrong Bouquet

25 8 3
                                    


Ini kali kedua aku mengulas lipstik merahku. Sebelum kembali mematut bayangan di cermin, aku menyenangkan hati. Mengangkat sudut bibir lalu meraih hand bouquet yang telah di rangkai sedemikian indahnya. Mawar putih, favoritku.

Perhatianku teralihkan, pria dengan tuxedo putih menepuk pundakku, menawarkan jemari lantas memamerkan deretan gigi putihnya.

Aku beranjak dari kursi. Mengekorinya hingga hilang di balik pintu. Lalu mengambil posisi, menunggu seluruh kursi terisi penuh.

Ia mencuri pandangan ke arahku, tak lupa lesung pipi yang menonjol adalah salah satu daya tariknya. Dadaku menghangat. Hanya beberapa detik, hingga akhirnya suara khusyuk dari seorang tetua yang berdiri di depan mulai mengalun perlahan, menggema memenuhi ruangan.

Aku tak berdaya, mataku hanya menatap sosoknya. Sebelum hatiku benar-benar patah ketika bibirnya bertemu dengan pasangannya. Tepat hingga aku hampir saja mengacaukan segalanya.

"Kau melakukannya dengan sangat baik." Senyumnya kembali menyapa, membangunkanku dari lamunan. Aku teringat masih menyentuh batang-batang not putih semenjak hatiku hancur seperti  nada yang ku alunkan berakhir. Bahkan tanpa sadar hanya aku yang tertinggal disini.

Ku lihat sosoknya melambai di ujung pintu, di temani sosok cantik menyerupaiku yang kini memeluk lengannya erat. Memakai pakaian dengan warna dan corak senada, berulang memanggilku tanpa melepaskan senyum.

Tuhan, apakah berlari ke arahnya adalah sebuah dosa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BouquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang