satu

44 5 9
                                    

moga suka yaaaaaak😚💕

"haaaa happy birthday Azraaa" teriak acha dipagi ini membuat mata Azra sontak kaget mendengar suara cempreng Acha.
"duh cha berisik, biasa aja kali hehe by the way makasih udh ngucapin." sambil beranjak dari kasur untuk segera memeluk sahabatnya yang sedari diam di ambang pintu sambil membawa sebuah bolu kecil dan satu lilin kecil berwarna biru putih. Azra diana putri. perempuan cantik, berkulit putih, berambut sebahu ini dulunya mempunyai seorang kaka laki lakinya bernama Akbar rezamadhan. Diusia 13 tahun, Azra kehilangan sang kaka. Akbar meninggal akibat kecelakaan lalu lintas kehendak pergi karena adanya touring dari komunitas jurnalisnya. kecelakaan membuat orang tua Azra menjadi jarang untuk berkomunikasi, dan ibu Azra pindah untuk sementara ke jakarta untuk menenangi dirinya akan kejadian 4 tahun yang lalu. Azra hanya bisa ngobrol lewat via suara. dan ayah Azra tetap untuk sabar dan merelakan Akbar dan menemani Azra di tempat tinggalnya di bandung saat ini. sejak kejadian itu, Azra sedikit canggung dikarenakan jarang ngobrol, makan malam, sarapan, dan jarang pergi belanja sama sam dengan ayahnya. Azra hanya ingin ayahnya dan ibunya kembali normal dan selalu ada untuk dirinya.
"Azra, kamu hati hati disekolah. sarapan ada di meja makan, ayah udah bikin nasi goreng sama telur ceplok mu, dan pulang sekolah jangan sampai malam malam. ayah berangkat duluan ada urusan penting di kantor."
begitu kata ayah Azra, ia hanya menyimpan dan menempelkan note di kulkas rumahnya.
"iya ayah." batinnya

Hari ini Azra berangkat sekolah bersama Acha. Acha sudah mengerti apa yang Azra rasakan saat tidak ada dukungan apalagi rasa kekeluargaan itu. Acha lah yang selalu menyemangati Azra untuk selalu ingat dan beribadah kepada-Nya.
ujian akhir semester sudah terlewati. Azra masuk ke kelas XI Ipa-2 dan terdapati anak laki laki yang baru Azra lihat hari ini.
"hai, kenalin namaku Azka." sambil mengulurkan tangan kanan nya ke arahnya. "kamu Azra kan? kita cuma hanya beda huruf "r" dan "k" haha."
"oh iyaa, salam kenal juga." membalas uluran tangan Azka sambil mengayun atas bawah. "anak murid baru ya?"
" oh iya anak murid baru, aku dari medan ra,"
" weh jauh bett."
" Ra, ganteng banget kenalin gue ke dia dong." bisik Acha pada Azra. Azra hanya senyum geli melihat tingkah laku sahabatnya ini.
"iya gue kenalin" bisik Azra kepada Acha. "Ka, kenalin ini Acha sahabat aku dari SMP."
"Azka."
"Acha. hehe"
" udah kenalannya? aku mau ke bangku dulu ya Azka."
" iya ra hehe semangat belajarnya kalian berdua." sambil mengangkat tangannya dan mengepalnya seperti takbir di sekolah swasta (islam).

pelajaran di hari pertama masuk itu adalah Fisika dan biologi. pelajaran yang sangat membosankan ini membuat Azra hampir tertidur dikelasnya. Azra yang selalu mengutuk dalam hati guru killer fisika ini Pa hamid. karena ia selalu memberi tugas yang sekalinya banyak.
"ada yang mau di tanyakan?"
"ada pa." ucap salah satu murid yaitu Galuh. " Pa, Azra tidur di belakang."
seketika murid murid seisi kelas membalik badannya dan melihat Azra tertidur pulas dengan kepala menghadap jendela dagu sebagai titik tumpu untuk diam di sisi jendela.
" hei kamu, siapa namanya dia teh?" dengan nada logat sunda. "oh iya AZRA BANGUN KAMU."
"Azra wey bangun itu Pa hamid." Acha mencubit paha Azra dengan cengegesan sendiri.
" Pangeran gue man... eh iya paa maap ketiduran." sambil bangun perlahan menjadi tegap lurus duduknya.
'mampus kena hukuman'
" kamu lagi pelajaran bapa malah tidur kumaha jadi jelema teh teu baleg" ( gimana jadi orang ga bener ) sambil menghapus papan tulis. "Azra keluar kamu ikut bapa sekarang."
serentak siswa didalam kelas menjadi sangat hening. Azka yang sembari terus tertawa melihat mimik wajah Azra yang cemberut tadi.
'murid baru aja lo udah main ketawain gue, laknat lo semua ah'

panas terus diam dibawah terik matahari pagi ini di lapangan SMA. sambil tangan dengan keadaan hormat kearah tiang bendera sang merah putih. Azra melihat Dio. Dio adalah salah satu kaka kelasnya yang Azra sudah anggap sebagai kaka kandungnya sendiri. Dio berbadan tinggi, berkulit putih, berrambut yang persis sama dengan rambut shawn mendes itu dengan jambul yang sedikit tidak terlalu badai. ayah Azra sudah tau itu kaka kelasnya, dan begitupun juga bunda dan ayah Dio mengetahui Azra. Dio dan Azra sebelumnya sempat bertemu dengannya Di SMP sebagai kaka kelas Azra juga. Azra menganggap Dio sebagai kaka kelas sekaligus seperti kaka kandung mulai sejak Dio hampir menyatakan perasaannya. Azra hanya ingin Dio terus menjadi kaka kelasnya dengan menjadi pengganti kaka kandungnya saja Akbar. akhirnya Dio memutuskan untuk terus menjaganya layaknya seperti kaka dan adik saling melengkapi.
"Ka diooooo, Azra di hukum nih" wajah cemberut Azra mulai kumat. " Ka diooo"
" Azra heiii, kenapa lo disini sih?" sambil mengacak ngacak rambut Azra yang sudah menjadi kebiasaannya saat bertemu di sekolah. "ohh di hukum pasti"
"kan gue udah bilang ke lu Ka idih" sambil memukul bahu Dio.
"iya iya gue tau. mau gue beliin minum ga? sekalian gue kekantin dl ga ada minum gue juga."
"peka dong gue kepanasan seharusnya dapet apaa?"
"oh lu teh kepanasan? ya maap abis baca ayat kursi tadi haha," tertawa Dio membuat tangan Azra refleks menutupi mulutnya.
"geblek ah lu ma ka, beliin sana cepetan."
"ih duitnya mana?"
"beliin ke plisss," sambil mencubit pipi kanan Dio.
" iya daah gue beliin." sambil melangkah menjauh ke kantin.
Azra tersenyum tipis dan selalu mengingatkannya pada sang kaka Akbar.

bel istirahat pun berbunyi, hukuman Azra sudah cukup sampai saat ini. Azra menuju kantin bersama Acha, Dio dan Azka.
"Ra kantin ada makanan apa aja?" tanya Azka di sebelah Dio.
"ya lu kira Azra yang jualan gitu? suka ngakak" ceplos Acha.
"ya banyak lah ka, ada baso lahh ada apa ajalah pokonya banyak." jelas Azra
"ya kali gitu kantin sepi gembel." Acha ceplos lagi.
"iya iya onyon." jitakan keras Azka mendarat di atas kepala Acha.
" ih gobs banget salah apa gueee"
"salah lu dari tadi ceplos mulu gue kan nnya nya ke Azra."
"terserah elu ah" Acha meninggalkan Mereka bertiga di koridor dan jalan menuju kantin.
"awas ya lo pada benci benci jadi cinta emmm" sinis Dio kepada Azka dan Acha.
"boro boro Ka, gue aja teh kesel liatnya,"
"ya lu ma ngomongnya kesel baru sekarang belom nanti lu bilang nya gue sayang sama lu Cha." Azra mendorong Bahu Azka.

sampai di kantin, Azra dan teman temannya duduk di kursi yang sama.
Azra melihat Devan di kursi yang ada Fikri, Dehan, Naufal, Tirta, dan Kiki.
"van, lu liat ga? tu ada Azra." fikri angkat suara di meja sebrang sana.
"ga gue gamau liat." dingin Devan.
"ah lu ma aslinya dagdigdug melulu" ceplos kiki dengan membawa gitarnya ke kantin.
"goblok ah lu mah ngapain bawa gitar ke kantin, nyempitin sumpah." Dehan sambil mengusir Kiki agar ke pinggir.
"pal kekelas yu sempit asli dah," Tirta kepada naufal. karena Tirta merasa kesempitan juga.
"lu duluan aja lg enak basonya ini hehe"
"yakalo gitu gue ga jadi." Tirta duduk kembali.
senyum geli tercipta di bibir Devan saat melihat perilaku sahabat sahabatnya itu.
Devan adijaya sebastian. Cowo terkenal sangat dingin seantero sekolah. membuat para cewe malas untuk mendekatinya tetapi banyak cewe yang luluh akan ketampanannya. Devan adalah anak basket yang sudah jago tingkat dewa membuat para cewe ketika menontonnya teriak histeris karena menurut mereka dia adalah cowo ideal. Devan sangat banyak mendapatkan banyak surat cintalah, makanan atau minuman yang biasanya di beri oleh para siswi di SMA. tapi sayangnya, Devan mendapatkannya lalu di kasih kepada sahabatnya dikelas itu. bahkan Devan sekarang mendapati posisi menyebalkan. sebangku dengan Karin. Devan tidak begitu tertarik dengan Karin, cewe centil sekaligus selalu berteman dengan yang centil juga yaitu Devi dan Gerina ini selalu membully anak anak yang suka pada Devan, yang seolah olah, Devan itu miliknya dan tidak boleh dimiliki siapapun. Devan dulu pernah menyukai satu orang, Azra. sampai saat ini, Devan tetap ingin meperjuangkannya. tetapi devan sangat benci dari satu hal dari Azra yang membuat Devan mencintainya dengan menutupnya dengan sifat dinginnya yaitu Azra pernah meninggalkan Devan di saat kelas 10, Devan merasa kecewa saat mendengar Azra pacaran dengan anak X Ips-4 Galih. dan meninggalkan Devan begitu saja sampai kini. dahulunya Devan dan Azra sudah cukup dekat karena mereka sekelas dari SD 1-6 dan SMA kelas 10 ini saja. Devan rindu Azra yang selalu membuat Devan tertawa, mengejar kejar di koridor sampai pernah kena bk bareng. kenangan itu seperti infinity di dalam memori Devan.
"devan di minum susunya." sodor Karin di sebelahnya.
"ga gue gamau."
"cepetan gue udah beli ini mubazir."
senang mendapati Devan mengambil susu kaleng dari Karin. tetapi Karin malah kesal sendiri karena Devan memberikannya pada Fikri.
"fik minum dari karin." kasih devan pada Fikri.
"mayan euy, makasih karin cantikkk." sambil menoel bahu Karin.

bel pulang pun berbunyi. perlahan siswa siswi memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas dan pulang.
dikelas Azra, Azra mendapati laki laki yang sedang bingung. Galuh winggajaya. laki laki yang tadi mengadukan ku pada Pa hamid saat Azra tidak sengaja tidur di kelas.
"gal belom pulang?" tanya Azra tiba tiba.
"belom, kenapa khawatir ama gue?" pede tingkat super galuh tidak pernah hilang dari sejak kelas 10. "gue bingung. gue ada janjian, cuma mama gue lagi sakit di rumah ra."
"minta alamat lu sekarang biar gue bantu buat nemenin mama lu di rumah."
"seriously? aslian?"
"iya cepet"
"ga nyangka lu yang td gue aduin bukannya marah sama gue malah berbalik baik haha" ketawa galuh memecahkan keheningan.
"berisik amat lu cepetan kasih alamatnya kelamaan gue pulang aja." sambil mengambil tasnya dan menggantelkannya pada pundak Azra.
"iya bentar kek, btw ga ganggu lu kan?"
"engga"
akhirnya galuh memberi alamat rumahnya,

update setiap hari Sabtu okay🙏🏻

Memories to forgetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang