Dua

13 0 0
                                    




dua

"ish, bener iye ini rumahnya galuh?" batin Azra sambil melihat ke kertas di tuliskan galuh tadi.
rumah yang yang cukup sederhana ini dengan cat berwarna putih dan warna coklat pastel di dekat garasi.
Azra melihat seorang lelaki keluar dengan motor ninja merahnya. Azra kira itu Galuh, ternyata itu...
"cewe disini sendirian siapa kamu?" ucap lelaki itu.
"gua mau kerumah galuh." jawab Azra dengan polosnya.
"lu siapa nya galuh?" tanyanya lagi.
"gausah bacot ya, gue permisi."
tangan Azra tertarik paksa dengan lelaki itu. "lepasin gue lepasin." Azra berhasil menghibas tarikan dari lelaki itu. Azra langsung lari dan pergi meninggalkan perkarangan rumah itu.

"gile lu ya. gue kira lu dapet di percaya tau nya engga." sentak Galuh di depan wajah Azra. membuat para siswa melihat galuh dan Azra.
"gue minta maaf gal, abisnya ada co..."
belum selesai berbicara, Galuh malah memotongnya.
"ga perlu penjelasan lo." pergi meninggalkan Azra di koridor. Azra hanya melihat punggung galuh yang segera menjauh itu.
Azra sampai hampir terdorong karena langkah galuh tadi. galuh. dia cowo egois, terkadang selalu membantu ketika temen sekelasnya susah untuk mengerjakan tugas, galuh tidak pernah turun dari 5 besarnya. mungkin karena kepintaran nya dia terus berada di 5 besar. dengan keegoisan Galuh, Azra malah sempat tidak percaya kalau dia selalu masuk 5 besar. Azra mulai tidak mempedulikannya. hanya saja Azra ingin menjelaskan dan menanyakan cowo yang kemarin membuat Azra tidak jadi menemani ibunya Galuh.

"kenapa lu di sentak?" tanya dari sumber suara. Devan. "kenapa?"
"eh...gue ga bisa jelasin sekarang maaf gue harus pergi dulu." sambil menunduk dan jalan cepat meninggalkan Devan.
lagi dan lagi, Azra meninggalkannya lagi.
'harus usaha apa lagi biar lu ga ninggalin gue?' batin Devan dan meninggalkan tempat yang sempat membuat Devan sedikit kecewa.

bel pulang berbunyi, Azka dan Gilang, gilang adalah sahabat dekatnya Azka. mereka menyempati ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang udah ia pinjam kemarin.
"lang, tau Azra?" suara nya memecah keheningan.
"kenal kenapa? lu naksir yee? emm" senyum geli gilang membuat Azka jengkel.
" ya kaga, eh gatau deh" ragu Azka.
" ah gua ma yakin nih, sahabat gue lagi naksir orang."
"bantuin gue hehe" senyum manja Azka yang membuat bulu kuduk Gilang berdiri.
"alay lu geblek. iya dah" menoyor kepala Azka. "by the way nih, lu emang deket sama dia?"
"kalo menurut lu, gue kenalan kemarin lusa udah deket?"
"astaga otak lu kek udang, ya belom lah gembel" tangan menepuk dahi Azka dengan agak keras. "ya lu makanya sekarang deketin aja."
"haha iya dah" ketawa Azka.

beberapa siswa mulai meninggalkan kelas dan sekolah untuk segera pulang Azra masih diam di kelas dengan memasang earphone nya dan menghadap jendela, entah apa yang dipikirannya membuat beku ketika ia sedang memikirkan Devan. ya, Azra sangat menyukai Devan sejak kelas 10. memori dengan Devan membuatnya beku, rasanya ingin kembali normal dan baik baik saja. Azra tahu, kalau dia emang udah salah, salahnya adalah meninggalkan dan mengecewakan Devan. Azra malah memilih Galih dibandingkan Devan, devan pernah nembak Azra, tapi Azra lebih memilih Devan sebagai sahabatnya. Sejak itu, persahabatan mereka merenggang, bahkan Azra menganggap Devan telah berubah. Devan bersikap dingin karena tidak ingin menyukai cewe disekolahnya, hatinya tetap memilih Azra untuk menjadi takdirnya.

'lebih baik gue kehilangan lu, daripada gue harus dilupain lu.'

"Fik pulang sama siapa?" tiba tiba Karin menghampiri fikri.
"sama devan kenapa?" kiri alis Fikri terangkat. "nitip makanan? biar gue yang kasi."
"kaga, pengennya pulang sama dia sih." sambil membenarkan headband dikepalanya. "kalo udah sama lu jadi males."
"sebenernya gue bawa motor, gue anterin pulang mau?" tawar Fikri
"katanya sama Devan."
"kaga, devan kan lagi..." ceplos Fikri
"eh itu devan ga jadi pulang pulang.. eh dia aduh.. hehe dia mau nganterin Azra pulang"
"HA WHAT? aslian devan?."

Azra diam di dekat jendela hingga hujan pun turun dengan deras, membuat Azra akan telat untuk pulang.
"Azra.." suara laki laki itu memecah keheningan di dalam kelas Azra.
"pulang bareng gue yu?" Tawar dio "jam segini bukannya udah pulang malah diem disini mikir apaan lu?"
"ga mikir apa apa ah" sambil menggantelkan tasnya ke bahu dan pergi dengan rangkulan Dio menuju parkiran dan menunggu hujan berhenti.
sementara, Devan yang ingin mengajak Azra untuk pulang bersama, sedikit kecewa, lagi Devan melihat Azra di rangkul dan Diantar pulang oleh Dio.
"sial!" memukul kepala dirinya sendiri.

hujan berhenti. Azra dan Dio segera pergi dan meninggalkan parkiran dan menuju rumah Azra. Dio sudah tau keberadaan Azra yang sederhana dan selalu sendirian di rumah.
"Ra, sendirian di rumah?" tanya Dio sambil mengegas motornya.
"apa? ga kedengeran" kepala Azra mendekati helm Dio. " oiya lupa kan gue te make earphone hehe"
"untung syaang gue te da kalo engga udh gue turunin di sini sekarang juga." gas motor menjadi semakin cepat membuat Azra memeluk Dio erat.
"kenceng kenceng gue mati lu tanggung jawab?!" sentak Azra.

sesampai di rumah, Dio masuk kedalam rumah Azra.
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam" jawab Azra sendiri. "mau minum dl ga?"
"iya deh boleh" sambil duduk di sofa depan.
"sip kalem ya boy"
Dio melihat sekeliling ruangan ini, ia melihat foto sosok Akbar di foto, ya ini kaka kelas Dio. dulu juga Dio dan Akbar seperti kaka dan adik. sempat sedih dan merasa kesepian saat tidak ada Akbar yang dulunya selalu menjahilinya dan menganggap adiknya Akbar ada dua Dio dan Azra. Akbar memberinya pesan terakhirnya
"jagain adik gue azra ya, lindungin dia. kalo gue udah ga ada Si Azra kangen gue nih" sambil mengacak rambut Azra dan berbicara dengan Dio. " jangan pernah nyakitin dia pokonya. hindarin dia dari hal hal yang negatif ya. jagain dia kaya adik lo sendiri. ribet kalo gue udah ga ada." Itulah kata kata terakhir Akbar yang masih terngiang ngiang di kepala Dio.
"gue udah jagain dia apa yang lo bilang waktu itu ke gua ka." batin Dio.

"nih minumnya gapapa ya coklat panas?" sodor Azra pada Dio.
"gapapa lah enak kan haha"
"terserah elu ah gue ke kamar dulu ganti baju"
"ikut ya?"
"eh? ga ah apa apaan?!"
"idihh ambiguan ya adik gue. orang gue mau ikut ke toilet." mencubit pipi Azra dan pergi menuju kamar mandi.
"ya lu ga bilang lengkap sih." dengan malu malu Azra menaiki anak tangga untuk kekamarnya.

Dio kembali duduk di sofa dan meminum sedikit coklat panasnya. Azra yang udah ganti baju turun kebawah dan menemui Dio.
"za lu sendiri di rumah ga?" tanya Dio sambil memindahkan channel tv.
"ya kayanya, soalnya ayah gue bakalan nginep di hotel deket kantornya. ada tugas numpuk jd kehotel biar bsk di kumpulin cepet." jelas Azra
"oh gue temenin lu ya?"

"iya gimana lo aja"
" nah sip " mengacungkan ibu jarinya.

'makasih ka, kaka udah nitipin Azra ke orang yang Azra sayang banget dan Dio peduli dan sayang sama Azra. makasih ka'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories to forgetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang