Youngjae tersenyum lembut saat dirinya menemukan Jaebum tidur disofa dengan televisi yang masih menyala. Posisi tidur Jaebum aneh, salah satu kakinya menjuntai kebawah sedang yang lain dibiarkan lurus diganjal bantal, lalu kepalanya dibiarkan tak ber-alas. Youngjae mendekat untuk membenarkan posisi tidur Jaebum, sedikit terusik pria yang berhasil mendapat predikat sebagai suami Youngjae mengeliat menarik baju Youngjae. Si Istri terkejut bukan main, dia takut membangunkan Jaebum yang memang tengah menunggunya pulang. Dan kalau Jaebum bangun resikonya akan besar. Segala macam introgasi akan dikerahkan oleh Jaebum nantinya. Sungguh dia lelah kalau harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mending kalau berkelas, kalau tidak alias hanya bumbu curiga, bagaimana? Youngjae malas.
Beruntung, sedetik kemudian jemari Jaebum melepas tarikannya membiarkan Youngjae bernafas lega lalu berdiri mengambil remot televisi kemudian mematikan benda tersebut.
Setelah itu Youngjae berjalan menuju dapur untuk minum, dahaganya kering sedari tadi. Propesi DJ sepertinya harus selalu menjaga pita suara agar dapat berbicara dengan lantang dibalik audio radio.
Youngjae menelisik lebih jauh suasana rumahnya dengan Jaebum. Tak terasa sudah 3 tahun berjalan. Youngjae bukan lagi kekasih Jaebum yang menurut apa katanya, tapi selalu menyenangkan dengan tingkah laku jika mereka menghabiskan waktu berdua. Melihat seisi rumah yang terasa sepi membuat hatinya mencelos iba. Tiba-tiba Youngjae rindu seseorang yang pernah menghangatkan keluarga mereka. Seorang anak kecil bermata bulat bernama Yeonsu pernah tinggal di rumah besar ini. Yeonsu yang ceria dapat mencairkan suasana beku antara Jaebum dan Youngjae ketika pertikaian rumah tangga sedang panas-panasnya terjadi. Anak gadis berusia lima tahun yang mengerti tentang cinta kasih orang tua angkatnya.
Hingga tak terasa air matanya tumpah. Mengingat sosok gadis kecil tersebut sudah tiada akibat kecelakaan yang melibatkan Youngjae didalamnya. Rem mobilnya blong, mengakibatkan ia dan Yeonsu menabrak pembatas jalan diperlintasan kota. Yang paling menyakitkan adalah Jaebum. Semenjak Yeonsu meninggal, sosok Jaebum berubah. Jaebum seperti kehilangan jati dirinya. Suaminya bertingkah seolah Yeonsu tidak pernah tinggal di dalam rumah tangga mereka.
Itulah sebabnya dia menjadi Dj sekarang. Youngjae tidak mau berlama-lama tinggal dirumah, tidak mau terus-terusan berdebat dengan Jaebum soal kematian Yeonsu beberapa bulan lalu. Youngjae ingin Jaebum merasakan kesepian yang tengah dia rasakan, dia ingin melihat Jaebum ikut berkabung dalam dukanya.
"Sudah pulang?" Pertanyaan Jaebum sontak membuat Youngjae segera menghapus air matanya. Jaebum mendekat kemudian mencium puncak kepala Youngjae, "aku tidak tahu kau lembur sampai semalam ini. Setidaknya hubungi aku."
Youngjae melirik Jaebum sebentar lalu meraih ponsel disaku sweeter merahnya. "Dia mati, aku lupa bawa charger."
"Kalau begitu, sudah makan malam? Aku tadi membeli kue beras pedas. Tapi saat tiba dirumah kau tidak ada jadi aku menyimpannya."
Youngjae tertarik, "sudah dingin, aku panaskan yah. Kebetulan aku lapar..terimakasih."
Jaebum tidak bisa berkutik jika Youngjae sudah berperilaku seperti itu, meski sudah bertahun-tahun namun tingkah Youngjae selalu mebuatnya terpesona.
***
Gerimis perlahan berubah menjadi hujan deras. Seorang pria tengah mengendarai mobil dimalam hari sambil terus mengoceh tak jelas seputar hujan. Kim Yugyeom namanya, seorang lady disebuah kota bernama Daegu. Yugyeom sering sekali mengendarai mobilnya ditengah malam seperti ini, selain pekerjaannya sebagai seorang lady ia memang sering kelaparan dimalam hari. Rencananya dia akan mencari pedagang kaki lima demi memenuhi permintaan cacing diperutnya, sambil mendengarkan Dj yang sedang siaran disalah satu stasiun radio favoritnya Yugyeom mengikuti gaya bicara si penyiar.
"Sepertinya diluar sedang hujan. Untuk yang masih bekerja atau sedang dalam perjalanan pulang berhati-hatilah. Dannn, aku punya lagu yang cocok untuk didengarkan saat hujan begini, kabarnya dia penyanyi pendatang baru.. jadi ayo dengarkan.. Rainy- Defsoul."
"Defsoul? Hey aku pernah dengar nama itu tapi dimana? Sebentar aku juga punya kartu namanya.." satu tangan Yugyeom beralih pada laci penyimpanan dimobilnya. Matanya tidak fokus memandangi jalan, dia penasaran dengan nama itu. Terlebih saat mendengar suaranya.
Dapat. Tangannya menemukan kartu nama tersebut. Disana tertulis Defsoul group. Dengan nama Direktur Im Jaebum.
"Bernarkan, dia pernah memakai jasaku. Kyahh jadi dia seorang produser musik? Suaranya juga keren, ya ampun aku beruntung sekali."
Tak lama sebuah mobil sport mewah tercermin dikaca sepion mobil yang Yugyeom kendarai. Lalu bunyi klakson tedengar bising, menuntut Yugyeom untuk memberi jalan. Merasa terganggu, Yugyeom menggerutu kesal.
"Apaan sih, jalanya masih luas kenapa tidak ambil kiri saja, bodoh!"
Mobil mewah itu terus mengikuti mobil Yugyeom, tidak mau mati konyol Yugyeom mengalah, dia sedikit menepi memberi jalur luas untuk si pengendara mobil ugal-ugalan tersebut. Untung malam hari, jalanan juga sedang sepi. Jadi tidak terlalu heboh saat Yugyeom mengambil arah berbahaya sekalipun. Sedetik kemudian mobil sport itu melaju kencang melewati mobilnya, hal tersebut sempat membuat Yugyeom merasa gerah ditengah hujan deras seperti ini. Mobilnya terkena cipratan air kotor jalanan.
"Sialan, mau mati yah!" Umpatnya kesal. Jujur saja Yugyeom benci pengguna jalan semacam itu. Mereka seolah mempunyai nyawa berganda. Padahal jika sudah terjadi bukan hanya keluarganya, tetapi si pengendara juga akan merugi. Kalau tidak mati, cacat mungkin ancamannya.
***
Hallo, aku penulis baru di wattpad ini. Minta votenya yah.. makasih.
Salam TuJaeGyeom dari ppyg ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
This is your fault, Im Jaebum.
Fanfictionsebuah memori yang hilang kembali terulang. langsung baca aja^^)