Midnight #2

423 97 11
                                    

"Mau pesan minum tidak?" tawar Jungkook ketika memasuki caffe kecil di dekat kampus bersama Suzy.

"Boleh, aku mau es kopi satu!" kata Suzy disela kesibukannya dengan buku ditangannya.

"Jangan es, nanti kau sakit. Kopi hangat saja, sekarang musim dingin," tolaknya. Suzy hanya menggeleng kecil, pasrah asalkan dia bisa minum.

Jungkook selesai memesan dan dua kopi hangat sudah ditangannya, ia berjalan ke tempat duduknya. Meletakkan milik Suzy diatas meja dan meminum kopinya sendiri.

"Jadi kau itu tetanggaku ya, aku baru sadar. Kemana saja aku," Jungkook berujar cepat. Membuat Suzy menutup bukunya kembali dan memasukannya ke dalam tas.

Ia mengangguk lalu meraih kopi miliknya dan menyeruputnya nikmat.

"Mungkin kau terlalu sibuk untuk memperhatikan sekelilingmu. Lagi pula kau baru pindah ke sana, tapi aku sudah tahu keberadaanmu."

Aku tahu, bahkan diam-diam aku selalu memperhatikanmu, kook.

Jungkook manggut-manggut, ia paham. Lalu dia mengambil ponselnya ketika benda itu berbunyi cukup nyaring. Ia melihat layar ponselnya, dan saat ia menemukan tulisan Krystal, wajahnya berubah menjadi lebih ceria.

"Ini Krystal!" jelasnya. Suzy hanya tersenyum tipis, lalu memalingkan wajahnya seraya meneguk kopinya kembali.

"Hallo ... ada apa menghubungiku? Apa akhirnya kau merindukanku, ...,"

Obrolan itu tak singkat. Hampir sepuluh menit Suzy seperti orang bodoh disana melihat Jungkook yang mengobrol dengan Krystal lewat telepon. Ia sangat bosan dan jenuh. Wajah Jungkook benar-benar bahagia ketika mendapatkan panggilan dari Krystal. Wanita yang paling populer di kampus. Tak begitu buruk, bahkan Jungkook termasuk beruntung bia dekat dengan wanita yang pernah mendapatkan predikat juara umum di kampusnya. Dia terbilang pintar dan baik, meski kadang dia manja dan menyebalkan. Tapi Suzy dan Krystal pernah beberapa kali mengobrol.

Sampai 10 menit itu berakhir, Jungkook tak sadar kalau wanita yang bersamanya sudah tak adalagi di tempatnya.

"Zy? Suzy?!" ucap Jungkook agak keras dan matanya kelabakan kesetiap sudut mencari Suzy. Tapi wanita itu sudah tidak ada.

"Dimana Suzy?" tanyanya, bicara pada diri sendiri.

Dan tak lama kemudian, Suzy mengirim pesan singkat pada Jungkook kalau dia pulang lebih dulu.

Suzy: maaf, Jung. Aku pulang duluan, aku tidak enak badan. Aku mau bicara denganmu, tapi aku tidak enak kalau harus mengganggu pembicaraan kalian.

"Astaga, kenapa dia pulang lebih dulu, padahal tinggal bilang saja." Jungkook bergerutu kesal, mengambil tasnya kasar lalu pergi dari caffe.

.
.

"Ia aku baik, aku sedang makan. Kakak tidak usah cemas, lagipula aku sudah besar. Jadi dirumah sendirian bukanlah hal yang perlu ditakutkan," ponselnya ia jepit diantara bahu dan telinganya. Karena tanganya yang sedang memegang mie instan dan sendok.

Makan malamnya yang sederhana, ia terlalu malas keluar atau memasak.

"...,"

"Baiklah, sampai jumpa." Suzy berjalan ke meja makan. Ia menyantap mie instan yang sudah jadi itu dengan lahap.

TING NONG!

Suara bel rumah Suzy berbunyi. Ia menoleh kebelakang, lalu terpaksa meninggalkan mie instan yang hanya tinggal kuahnya saja. Terlalu disayangkan, karena meski tinggal kuahnya Suzy selalu menyeruputnya sampai habis.

"Iya sebentar!" teriak Suzy.

Lalu memutar kunci pintunya dan melihat sosok Jungkook yang tersenyum ramah di hadapannya.

"Boleh aku masuk? Sudah pasti boleh, yah." Jungkook langsung masuk tiba-tiba ke dalam rumah Suzy.

"Eh?!"

Jungkook menjatuhkan tubuhnya di sofa. Lalu menarik tangan Suzy dan ikut duduk disana. Suzy mulai kikuk, ia terlalu penasaran dengan tingkah Jungkook.

"Katanya tidak enak badan," punggung tangan Jungkook menempel di kening Suzy, membuat Suzy memundurkan kepalanya, "agak panas, sudah minum obat belum?"

"Jung!" Suzy menangkis tangan Jungkook darinya dengan suara melirih sebal.

"Kenapa?"

"Kau yang kenapa, tiba-tiba seperti itu. Aku baik, tidak perlu obat. Aku rasa ini cukup," gumam Suzy kecil.

"Kalau kau tidak minum obat nanti semakin parah. Aku tidak mau melihatmu sakit," ucap Jungkook. Lalu meraih kedua tangan Suzy lembut dan mengusapnya.

Ada debaran kencang dari dalam tubuhnya. Jantung yang memompa hebat itu tiba-tiba membuatnya salah tingkah. Dia tak mau Jungkook melihatnya gugup. Oke cukup, Suzy harus menetralkan jantungnya. Itu keterlaluan, tidak seharusnya Suzy merasa gugup.

"Sungguh?"

Jungkook mengangguk dengan bibir yang melengkung indah.

"Aku tidak mau melihatmu sakit. Karena kau satu-satunya teman wanita yang ku punya. Aku mau kau membantuku mendekati Krystal!"

Ada sesuatu yang berteriak kemudian mati di dalam hati Suzy. Ia yang semula tersenyum mesem-mesem berubah datar. Menarik kedua tangannya dari genggaman Jungkook. Lalu memalingkan wajahnya tak kuasa.

"Benar, kau benar. Kau, maksudku aku. Ya, hanya aku yang bisa membantumu?" semuanya salah. Tak sesuai ekspektasi Suzy selama ini.

Teman? Itu tak terlalu menyakitkan jika Jungkook masih menganggapnya teman.

Membantunya mendekati Krystal untuk Jungkook?

Aku mohon jangan aku, Jung. Carilah orang lain.

Batin Suzy menangis.

"Iya, hanya kau yang bisa. Aku hanya punya dirimu, teman wanita satu-satunya yang dekat denganku dan juga Krystal."

"Aku tidak sedekat itu dengan Krystal, sungguh!" tegasnya, mencoba meyakinkan pria dihadapannya.

"Jangan bohong!" komentarnya, "aku tahu kau dekat dengannya. Kalian pernah beberapa kali satu kelompok tugas dengannya kan?"

"Tapi ...," Suzy ingin menyangkal, tapi Jungkook memasang wajah menakutkan dan membuat Suzy kesal. Suzy menghela napas, "baiklah, aku ... akan membantumu..

Jungkook tak tahu lagi harus berkata apa. Dia terlalu bersemangat untuk menantikan hari dimana Krystal akan menjadi miliknya. Ia memeluk Suzy erat, membuat Suzy sesak.

"Terima kasih, Suzy. Selain cantik kau sangat baik." Suzy hanya terdiam di dekapan Jungkook. Meksipun ia sdar ia harus bersikap dewasa. Ia tersenyum.








Tbc.

Nyelekit anjirr 😥😥
Maaf ya twinsnya akuh 😣

Jangan lupa komen please.. 😄😄😙

Thanks..

MIDNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang