Satu

12 4 1
                                    

Matanya menatap nyalang kepada seorang lelaki yang memakai seragam yang sama dengannya itu. amarahnya sudah tidak bisa terkendali lagi, rasanya ia sangat ingin memukul wajah itu. Namun mau bagaimana lagi, seseorang di depannya adalah ketua osis yang dihormati siswa-siswi dan guru karena ke kepintarannya dan karena dia adalah anak ketua yayasan yang memberikan dana untuk sarana dan prasarana sekolah.

Bagaimana kalian tidak kesal baru masuk jam pelajaran ke satu sudah kena rajia dadakan osis, karena tidak tau informasi razia dadakan tersebut ya otomatis Ana dan teman sekelasnya atau lebih tepatnya kelas kena rajia.

Kalian jangan tanya kenapa mereka bisa kena razia dadakan osis, orang hp mereka semua gak dikumpulin ke kotak hp ya otomatis kena razia deh.

" Kenapa handphone kalian gak dimasukin kedalam kotak hp".
Tanya ketua osis

Tak ada yang berani menjawab pertanyaan tersebut. Mereka hanya menunduk kepala dan diam membisu, karena mereka yakin jika menyangkal pertanyaan osis itu akan menambah keadaan tambah ruyam.

"Saya tanya sekali lagi kenapa hp kalian tidak dimasukin kedalam kotak hp". Tanya nya sekali lagi.

"Masih tidak ada yang menjawab pertanyaan saya".

Dan lagi-lagi tidak ada yang menjawab pertanyaan ketua osis itu.

"Saya heran sama kalian semua, kelas ini banyak melanggar aturan sekolah, bahkan guru-guru kewalahan menangani sikap kalian semua" Ucap ketua osis itu.

"Kalau gue sih, udah maklum sama kelas 2_ Ap 1, murid di kelas ini kan biang onar semua". Timpal adit dengan menyeringai meremehkan.

" Ahh dan satu lagi. kelas ini paling selalu rendah nilai ulangannya, kurasa kelas tidak mempunyai kadar IQ yang tinggi dengan kata lain kalian terlalu bodoh".

"Enak aja dia bilang kelas disini muridnya bodoh semua, awas aja lo aldi cuma jadi wakil ketua osis aja belagunya selangit, gue aja entar yang mau jadi presiden gak belagu kayak lo". Monolog Ana dalam hati..

"Karena kalian kena rajia, hp kalian akan saya sita, jika ingin mengambil hp kalian kembali kalian harus menghadap guru bk dan jangan lupa bawa orang tua kalian masing-masing". Putusnya
"Makanya patuhi peraturan sekolah, kalau kalian masih tidak menaati peraturan sekolah sebaiknya kalian cari sekolah baru". Ucap adi dengan nada tegas.

"Iya kak". Jawab mereka serempak.

<<_>>

Dilain tempat terdapat empat orang laki-laki tengah bercengkrama satu sama lain, tepatnya berada dikantin sekolah. Mereka tidak menghiraukan tatapan memuja sisiwi-siswi yang berada dikantin.

"Ehh. tadi gimana rajianya, banyak gak yang kena rajia. Eh tapi pasti banyak yang kena razia". Tanya Vian

"Eh. Lo bloon amat sih, situ nanya jawab sendiri. Masih waras gak lo".Ejek Akra tertawa cekikikan karena mendengar pertanyan vian.

Diantara mereka berempat Arhan sashiadi, adit nugraha, Akta prasetyo, dan yang terakhir Vian Parulian.memang cuma vian saja yang tidak terlalu pintar.

"Lo kaya gak tau aja, emang kan yang gak waras diantara kita berempat". Timpal adit menatap vian.

Dari kejauhan tempat dikantin. Meja dipojok dekat jendela terdapat tiga siswi yang merenung memikirkan bagaimana nasib handphone mereka yang terkena sita.

Sesekali Ana dan dua teman perpuanya menatap kearah meja yang menjadi perhatian siswi-siswi yang dikantin.

"Gimana nih, lo pada mau sama orang tua mgambil handphone_nya".Tanya ana pada dua teman perempuannya.

"Gue gak tau An, kalau gue mengambil_nya sama orang tua gue. Bisa-bisa gue digampar nyokap bokap gue". Jawab Zia menelungkupkan wajahnya ke meja kantin sambil memejamkan mata untuk berfikir bagaimana caranya mendapatkan handphone mereka tanpa membawa orang tua untuk mengambilnya.

Ketiga perempuan yang sedang merenungi nasib sial mereka yang tak lain Ariana Angraina N. Zia anatasya, utami Mahendra.

"Kalau menurut gue, gak ada jalan lain selain bawa orang tua kita masing-masing buat ngambil tu handphone" Ucap tami dengan serius.

" masih ada cara buat ngambil tu handphone tanpa bawa orang tua"

"Gimana caranya ana" Jawab tami dan zia kompak.

"Ikut gue sekarang. Gue bakalan tunjukin gimana caranya"

Sesuai dengan intruksi Ana, Utami dan Zia mengikuti ana yang mempunyai cara untuk bisa mengambil handphone mereka tanpa membawa urang tua masing-masing.

Tak terasa mereka sudah sampai di ruang osis.

"An kenapa lo bawa kita berdua ke ruangan osis, jangan bilang kita mau labrak para osis cuma karena dia razia handphone". Tanya Tami menatap tak percaya terhadap Ana.

"Ya ampun ana lo sadis amat mau labrak para osis cuma karena masalah sepele doang" sahut Zia membetulkan perangsangan utami.

"Lo berdua kenapa sih, berprasangka buruk mulu ke gue. Gue kesini cuma mau minta handphone gue balik dengan meminta secara baik-baik, oke". Jelas ana menatap kesal temannya itu.

Sementara ana dan temanya berdebat di depan pintu ruangan osis. Dilain tempat tepatnya diruangan osis yang sedang mengadakan kumpulan osis yang tengah membahas bagaimana cara menertibkan siswa-siswi agar lebih tertib.

Saat sang ketua osis sedang memulai menbicaraan ia tidak bisa fokus saat mendengar perdebatan yang terasa di dekat telinga. merasa tergangu dengan perdebatan itu Arhan berinisiatif untuk menghentikan perdebatan.

"Dewi coba kamu lihat siapa yang ribut diluar" Titah  Arhan.

"Iya"

Saat dewi membuka pintu ruang osis sudah terdengar dengan jelas keributan yang di timbulkan Anna dan temannya.

"Permisi, kalau mau ribut jangan didepan ruang osis. Kalian semua mengganggu kumpulan osis". Lerai Dewi

"Heh, iya maaf ya kak kalau kita ganggu acara kumpulan osisnya, saya kesini cuma mau ketemu sama ketua osis aja kak, ada gak." Tanya Tami dengan sopan sembari tersenyum ramah.

"Mau ngapain kalian pengen ketemu saha Arhan, ahh gue lupa lo semua yang kena razia kan, kalau mau minta hp lo, gak bakalan dikasih. Lagian Arhan gak ada waktu buat ngadepin kalian, jadi lebih baik lo semua balik sana" Usir Dewi sinis memandang mereka.

Itu mulut makan apaan sih, pedes banget tuh omongan. Gue racun juga baru nyaho lo". Monolog Anna.

"Kita minta tolong ya kak, panggilin ketua osis siapa namanya tadi Arhan ya, tolong ya kak". Mohon xia memelas

"Kalau gue gak mau gimana, lo mau apa hah"

" kalau gak mau yaudah biar gue aja yang panggilin". Jawab Anna.

"Hey lo ketua osis, keluar lo gue mau bicara sama lo" Teriak Anna 
Di lain tempat Arhan sedang menjelaskan materi yang akan di bicarakan, merasa terganggu dengan teriakan diluar. Saran pun akhirnya keluar untuk melihat apa terjadi diluar.





























Semoga kalian suka sama cerita aku, jangan lupa buat vote.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang