Non potevo dire la verità, A Prologue
Adakah hal terburuk di dunia ini selain diasingkan oleh orang terkasih? Sendirian dalam kesepian, ketakutan yang menyiksa, kegelapan yang buruk serta kebencian, semua terasa begitu kental seakan bisa membunuhmu perlahan. Pada siapa akan bersandar? Pada siapa akan berkeluh kesah? Tidak seorang pun akan mendengarnya meski kau berteriak sekuat tenaga. Tidak seorang pun akan peduli.
Kebencian yang orang bangun sejak lama, membuat pria itu hidup dalam kesepian yang panjang. Orang-orang memanggilnya sebagai si pembawa sial. Orang-orang memanggilnya sebagai monster yang membahayakan. Hanya dengan melihat wajahnya sedikit saja orang-orang akan berpaling dan menyumpahinya. Bukan hanya orang luar, bahkan keluarganya, Ayahanda nya sendiri.
Suga.
Pria itu tidak pernah ingin di lahirkan dalam sebuah hubungan terlarang antara kedua orang tuanya. Sang Ayahanda, raja yang disegani di masanya, telah jatuh cinta pada Sang Ibunda, seorang wanita, putri dari tukang kebun kerajaan. Mereka saling jatuh cinta dan menjalin kasih, merajut asmara yang seharusnya tidak mereka lakukan. Tidak, sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu. Manusia tidak bisa memilih dengan siapa dia akan jatuh cinta. Tapi satu hal yang pasti, hubungan antara raja dengan kasta bawah adalah sesuatu yang dilarang. Mustahil, tidak bisa. Mereka akan di cap sebagai pemberontak. Mereka akan di cap sebagai si pembangkang. Meski tidak ada hukuman fisik yang memberatkan, namun hukuman moril yang menyiksa batin tentu akan mereka dapatkan dengan mudah. Mereka harus siap dengan segala pembicaraan buruk dari semua orang, harus siap dengan hinaan dan kebencian yang begitu menyakitkan.
Lalu, apakah mereka akan menyerah? Tidak. Sekuat apapun manusia berencana, tapi tampaknya, Sang pemegang kuasa alam membuat semuanya menjadi mungkin. Meski terlarang, akhirnya mereka mendapatkan buah hasil cinta mereka berdua. Seorang bayi lelaki lahir dari rahim wanita itu beberapa bulan kemudian dan nembawa sebuah fase kehidupan baru untuk si wanita dan sang raja.
Masa itu, takdir itu, adalah ketentuan Tuhan yang mutlak. Sekali lagi,manusia hanya mampu berangan-angan, namun sesungguhnya Tuhan telah menuliskan sesuatu yang lain. Takdir benar-benar mempermainkan kehidupan mereka. Wanita itu menghembuskan nafas terakhir sesaat setelah dia berhasil melahirkan bayi lelakinya. Memberi pukulan keras pada sang raja dan membuat kehidupan sang raja menjadi gelap seketika.
Bukan kebahagiaan, bukan. Yang datang selanjutnya hanyalah kepedihan yang tak kunjung usai. Sang raja jadi membenci putra kandungnya sendiri dan menganggapnya sebagai pembawa kesialan untuk semua orang. Sang raja seperti buta mata hatinya, lalu menyetujui permintaan semua orang di istana untuk membuang dan mengasingkan putranya sendiri jauh dari kerajaan.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, sang putra tumbuh menjadi pria dewasa. Ia tumbuh dalam pengasingan. Hidup sebatang kara dalam kesendirian di sebuah kastil tua jauh dari hiruk pikuk keramaian. Ya, hanya seorang diri. Ditemani dengan kisah hidupnya yang menyedihkan, dengan kebencian orang-orang yang ditujukan padanya yang bahkan bukan ia yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan kedua orang tuanya di masa lalu.
Suga.
Ia begitu membenci dirinya sendiri. Ia bahkan tidak pernah sudi untuk melihat bayangannya sendiri pada cermin. Ia menganggap bahwa dirinya terlalu buruk, semua yang melekat pada dirinya adalah keburukan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kebencian dari orang-orang telah membunuh jati dirinya perlahan, mengosongkan hatinya, membuatnya tidak dapat merasakan apa itu cinta dan kasih sayang. Ia seakan menjalani hidupnya dalam lorong gelap yang tidak berujung.
Ia memilih bersembunyi di balik sebuah topeng serta pakaian kerajaan bewarna hitam yang selalu ia kenakan sejak masa belia ketika ia mulai di asingkan. Sang Ayahanda yang memberikan benda-benda itu padanya untuk menyembunyikan identitasnya. Dalam hati ia memberontak, mengapa hanya ia yang dihukum? Mengapa ayahandanya begitu tega melakukan itu padanya? Ia ingin memilih mati, tapi bukankah itu lebih menyakitkan? Yah, akhirnya ia lebih memilih menyerahkan hidupnya pada takdir dan membiarkan dirinya terombang ambing dan bahkan mungkin, hancur perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY BEHIND
FanfictionAda makna yang tersirat maupun yang tersurat di balik sebuah karya. Bagaimana sebuah cerita coba di sampaikan lewat bait-bait lagu, mengkamuflase sebuah cerita nyata yang benar-benar terjadi. Mungkin benar, yang terdengar hanya alunan musik yang ind...