La Chitta Di Smeraldo

415 69 9
                                    

*sebelum di baca, boleh di lihat dulu media nya 😊 biar lebih afdol. Arti lagunya dalem banget*
.
.
.

Non potevo dire la verità...

Pagi itu, pagi sekali, Suga sudah terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan otot-ototnya sebentar dan membiarkan wajahnya terkena cahaya mentari pagi yang membias lewat jendela menara kastilnya. Sebuah senyuman tipis tampak menghiasi wajahnya yang pucat. Benar, ia melepas topengnya hanya saat ia tengah tertidur di malam hari dan ketika mencuci wajahnya di pagi hari.

Kedua manik matanya melirik topeng yang tergeletak diatas meja di dekat ranjangnya. Ia menghela nafas dan meraih topeng itu lalu dengan cepat memakainya tanpa ragu. Ia ingin segera turun untuk melihat semua bunga-bunganya bermekaran. Ia begitu bersemangat, sehingga mempercepat langkah kakinya untuk segera sampai di taman kecil miliknya.

Tapi tiba-tiba Suga menghentikan langkahnya sebelum ia terlalu dekat dengan taman itu. Ia mengernyit dan memicingkan matanya dari kejauhan karena terganggu dengan pemandangan taman yang menurutnya sangat aneh. Langkah kakinya membawanya lebih dekat ke arah taman itu. Semakin dekat, lebih dekat lagi sehingga matanya membulat sempurna, gigi-giginya bergemeretak, kedua tangannya mengepal ketika menyaksikan pemandangan yang sama sekali tidak pernah terbayang di dalam pikirannya.

"TIDAK MUNGKIN!!!" teriak Suga tidak sabaran lalu berjalan cepat untuk memeriksa seluruh bunga di tamannya.

"AAARRGGHHH!!!!  SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!!!"

Emosinya meluap tidak karuan ketika melihat bunga-bunga di tamannya hilang entah kemana. Bunga mawar merah yang indah, bunga Krisan, bunga tulip, semua bunga-bunganya yang indah yang seharusnya menghiasi tamannya hari ini telah raib membuatnya begitu marah dan tidak dapat mengendalikan diri. Tangannya menyentuh ranting-ranting dan dedaunan bunga yang tampak seperti telah di petik oleh tangan seseorang. Ia mengalihkan pandangannya pada pintu masuk kastil dan jalan setapak yang jauh disana.

"Apa ini ulah orang-orang jahat itu?", tanya Suga bermonolog. Nada suaranya penuh kemarahan, membuat nafasnya bergerak naik turun.

"Belum cukupkah mereka menghancurkanku?!! HAHH?!!!!"

Satu hantaman keras ia layangkan pada tanah tak bersalah di bawah kakinya. Ia terduduk lemah sembari menatap beberapa kuncup bunga yang tersisa yang akan segera mekar juga. Bukankah kebahagiaannya sederhana? hanya dengan melihat bunga di tamannya mekar? Tapi kenapa Tuhan tidak pernah membuat hidupnya mudah? Bahkan satu-satunya sumber kebahagiannya juga telah dirusak.

"Kenapa KAU selalu menghukumku???? Argghh!"

Satu hantaman yang lain berhasil ia layangkan dari tangannya pada tanah dibawahnya. Suga mati-matian menahan air matanya, meredam emosinya. Ia sungguh tidak habis pikir, manusia mana yang telah berani memasuki kawasannya dan mencuri bunga-bunga miliknya. Ia bersumpah akan membunuh siapapun pelaku di balik semua ini.

Sekali lagi ia mencoba meredam amarahnya dengan lebih memilih untuk menuangkan air pada tumbuhan miliknya. Masih ada beberapa kuncup yang tersisa, itu artinya masih ada kesempatan untuk melihat bunga mekar esok hari.

♠♠♠

Pagi berganti malam, malam yang sunyi dan dingin yang menusuk pun datang lagi. Suara lolongan serigala di kejauhan sayup - sayup terdengar. Bias cahaya rembulan juga menembus jendela kamar Suga yang berada di atas menara kastil. Belum, Suga belum bisa terlelap. Hatinya merasa tidak tenang, seperti akan ada sebuah kejadian yang segera menimpanya.

THE STORY BEHINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang