TERSIKSA

13.8K 515 0
                                    

Rania langsung tengkurepkan badannya di kasur kamarnya dan menangis kencang setibanya di rumah. Ia tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Selama di perjalanan, ia berusaha menahan agar tidak menangis kencang. Karena malu dengan supir taxi yang berada di sisi kanannya. Mama yang menyadari itu, terlihat sedih.

Mama, Bagaskara, dan Banyu menghampirinya di kamar.

"Mama tau.. kamu pasti berat banget ngelepasnya. Sangat terpuruk tentang ini. Menangislah.. tapi jangan terlalu lama.. kasian anakmu pasti gelisah disana," ucap Mama duduk di tepi ranjang sambil mengelus kepala Rania.

Rania tak menjawab. Ia masih menangis.

"Ya, kak. Kan kita masih bisa ketemu dedek Shanum," hibur Bagaskara dengan wajah sedih.

"Tadi juga kata Om Fadlin, kita bisa kesana kok main-main," timpal Banyu juga sedih.

Rania masih tak menjawab. Air matanya terus keluar. Dia sedang tidak ingin berbicara banyak saat ini. Menangis. Hanya itu yang bisa di lakukannya. Rania tidak bergeming, Mama dan si kembar pun meninggalkannya sendirian di kamar. Agar Rania bisa jauh lebih tenang setelah menangis.

Tuhan, Engkau tau betapa terlukanya aku. Betapa sakitnya ini. Aku harus berpisah dengan anakku.. Shanum.. Aku tau, aku tidak pantas meminta apapun karena itu kesalahanku juga. Tapi, aku tidak bisa memungkiri hatiku, bahwa aku ingin Ardo mendapatkan karma atas ini. Atas apa yang di lakukannya.. Bukan hanya padaku, tapi pada siapapun yang ia sakiti. Hanya itu permintaanku, Tuhan...

Rania berdoa dalam hati di sela tangisnya.

YANG TERBUANG [Part II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang