Indonesia dan Coklat

374 47 8
                                    

Saat ini sedang jam istirahat di Hetalia Gakuen.

"Broer!" teriak Belgia sambil melambaikan tangan ke arah Belanda di lorong kelas.

"Belgia, ga usah teriak-teriak. Malu tahu," ucap Indonesia sambil menarik-narik lengan baju Belgia.

"Mana semangatmu Indonesia? Tinggal selangkah lagi akan terlihat apakah kerja lembur semalam sukses atau tidak," jawab Belgia serius dengan kepalan tangan semangat yang dia acungkan tinggi-tinggi ke atas. Tambah malu rasanya, pikir Indonesia memijit keningnya.

"Kenapa harus dia? Ada banyak yang bisa dimintai tolong."

"Maksudmu Jepang?"

"Aku tidak bilang begitu!"

Mendengar jawaban Indonesia, Belgia hanya tersenyum jahil ke arah Indonesia. "Kenapa melihatku begitu?" ucap Indonesia dengan semburat merah di wajahnya karena nama mantan pacarnya yang tiba-tiba muncul.

Belgia tidak membalas apa-apa hanya terus berjalan menuju sang kakak. Siapa lagi kalau bukan Belanda, si rambut jabrik mantan pacar Indonesia sebelum Jepang. Jangan kaget kalo baru di awal cerita sudah terkuak bahwa Indonesia pernah pacaran dengan Belanda dan Jepang.

"Kenapa? Kamu minta balikan?" ucap Belanda sambil tersenyum jahil ke Indonesia.

Tiba-tiba sebuah bambu runcing langsung melesat hampir melubangi kepala Belanda jika tidak refleks menghindar. Murid lain dan Belgia hanya bisa sweatdrop melihat mereka berdua.

"Jangan ngimpi! Kita sudah putus dan akan seperti itu seterusnya. Ga pernah aku ada niat balikan sama kamu!" teriak Indonesia sambil menunjuk-nunjuk hidung Belanda yang mancung dengan bambu runcing.

"Kenapa setiap bertemu kalian selalu berantem?" ucap Belgia sambil menarik Indonesia untuk mundur sedikit.

"Iya-iya maaf, aku cuma bercanda," ucap Belanda sambil garuk-garuk kepala.

"Ya sudah kalau gitu, aku maafkan," jawab Indonesia agak membuang muka. Lalu menyimpan bambu runcingnya kembali.

'Jangan-jangan mereka berdua tsundere? Atau harga diri kelewat tinggi?,' pikir Belgia.

"Karena bertengkarnya sudah selesai," menoleh ke arah Indonesia, "berikan itu pada broer," bisik Belgia.

"Kok aku?!"

"Kan barangnya ada di kamu."

Indonesia kaget dengan bingkisan kotak cantik yang ada pada tas kecilnya. 'Sejak kapan kemasannya jadi sebagus ini? Perasaan cuma kantong plastik biasa, jangan-jangan ini ulah Belgia,' jerit Indonesia dalam hati. Belgia hanya tersenyum di sampingnya.

"Ini tolong dicicipi," ucap Indonesia malu-malu.

Terdiam sejenak. Belanda melihat bungkusan coklat cantik yang ada di hadapannya. Pada tutup kotak yang transparan terlihat coklat ukuran mini berjajar rapi berbentuk hati dan kelinci.

"Kau buat sendiri?" tanya Belanda lalu membuka kotak coklat.

"Aku dan Belgia semalam membuatnya," jawab Indonesia singkat.

"Aku hanya mengajari sedikit kok," tiba-tiba Belgia menimpali, "Indonesia membuatnya dari biji coklat kebunnya sendiri lho, dia benar-benar berusaha keras."

"I-ini karena produksi biji coklat di tempatku meningkat, jadi tidak ada salahnya aku mencoba menjual coklat khas tempatku d-dan s-supaya bisa dijual lebih mahal," jawab Indonesia buru-buru tidak ingin Belanda menyimpulkan macam-macam.

Indonesia dan coklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang