The Chronicles of Mat Yakin

367 36 8
                                    

Judul: The Chronicles of Mat Yakin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul: The Chronicles of Mat Yakin

Penulis: TutanKhemen

Genre: Historical Fantasy

Status: Lengkap

Terus terang, karya yang berkaitan dengan sejarah sama sekali bukan selera saya—in this case: Nusantara history. Tapi dalam beberapa hal, saya bisa amat menyukainya. Dan sejauh ini, saya hanya tertarik dengan peradaban Timur Tengah, dan terkadang sejarah dinasti di Korea. Makanya ketika disodorkan judul ini, saya gak tahu apakah bisa ngeh atau tidak. Jadi kali ini saya memutuskan untuk fokus bukan pada ceritanya, melainkan pada unsur intrinsik yang lain.

Cerita sudah lengkap itu jadi nilai plus, jadi saya cukup yakin outline sudah cukup mumpuni. Sedikit poles sana sini sudah cukup bagus.

Pre story lumayan epik. Bukan prolog, tapi kisah yang mengawali bagian I, di mana dituliskan rangkuman kisah mengenai Datuk Hitam yang menjadi akar dimulainya kisah ini lalu merambah ke seorang pemuda bernama Mat Yakin. Garis besar kisah bisa langsung tergambar pada synopsis depan, dan yah, sepertinya sub genre petualangan menjadi daya tarik yang nampol pada cerita ini.

Pada bab-bab lanjutan, alur bisa dinikmati dengan diksi yang menarik. But somehow, majas yang digunakan agaknya terlalu kental bagi saya, hingga mampu mengembalikan ingatan saya pada bacaan-bacaan sekolah dulu. Di perpustakaan, kisah-kisah mitos, legenda, atau sejarah lokal banyak tertuang di buku yang tidak lebih tebal dari buku tulis. Kupikir gaya narasinya mengarah ke sana, yang mana lincah, humoris di beberapa bagian, dan memukau dengan kosakata yang baru didengar. Untuk saya—thanks to author, kosakata saya jelas bertambah~

Kekurangan yang saya tangkap, berkaitan dengan setting tempat. Bukan setting secara keseluruhan cerita ini berlangsung. Jika ada satu-dua informasi yang krusial—dalam hal ini penyebutan nama tempat perkara, alangkah baiknya bila tidak hanya ditulis sekali. Pengulangan diksi yang sering selalu menjadi momok saya ketika menulis, tapi lain kasus jika melibatkan nama tempat, orang, atau pun istilah khusus yang penting.

Mat Yakin digiring untuk melakukan pelayaran beresiko. Pertanyaannya: ke mana? Saya nggak heran ada komentar yang blank soal ini. Dia secara nggak langsung "dipaksa" untuk meneliti lagi bab sebelumnya—I did that too. Dan itu justru makin membuat saya frustrasi karena NGGAK NEMU. Pengulangan diperlukan di sini, sebagai penekanan, entah itu Pulau Tak Bernama, atau Pulau Banyak Ikan Kodoknya.

 Pengulangan diperlukan di sini, sebagai penekanan, entah itu Pulau Tak Bernama, atau Pulau Banyak Ikan Kodoknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang kedua, ini pertanyaan terbesar saya setelah membaca sampai bab 10. What is his problem with "tidak" word? Bukan hal yang salah, tapi saya bener-bener pengen tahu alasannya. Karena sejauh mata membaca, tidak ada kata "tidak" di sini. Saya ingat ketika di kelas dulu waktu pelajaran Bahasa Indonesia, guru mencoret tulisan saya karena "tak" dianggapnya suatu kesalahan dari "tidak".

Yang ketiga, please do edit this. Kata-kata istilah yang baru ditulis, seperti nama jenis hewan, sebutan seseorang, atau istilah lain yang masih bisa ditemukan di kamus bahasa Indonesia tidak usah ditulis miring. Kalau dirasa pembaca sekiranya tidak mengetahui sebutan ini, bagus penulis sudah menyertakan catatan kaki. Tapi catatan kaki pun punya aturan. Wattpad tidak mendukung penulisan angka kecil, so ini bisa dimaklumi jika karya ini akan selamanya mejeng di wattpad. Tapi kalau semisal akan diterbitkan, cari-cari info lagi bagaimana caranya menulis catatan kaki.

Terakhir, saya amat terkesan dengan inisiatif penulis mencantumkan sumber rujukan di akhir cerita. Cerita yang berbobot kental kaitannya dengan riset, dan saya yakin penulis punya passion untuk mencari referensi berkaitan dengan ide cerita. Fyi, tema penelitian saya adalah soal penerapan riset untuk karya fiksi, dan sejauh yang saya telusur, tidak ada aturan khusus dalam mencantumkan bahan referensi pada fiksi. Penulis bisa mencantumkannya di catatan kaki, glosarium, langsung pada narasi, sampai membuat bab sendiri untuk bahan pustaka. Penulis memilih cara terakhir, jadi jangan abaikan aturan penulisan bibliografi, mencakup nama pengarang, tahun terbit, judul, kota terbit dan penerbit.

So far cerita ini bagus, bahkan overwhelming untuk saya.

Continue reading? Sorry, but no. Ini cuma soal selera~

Keep writing, dear author~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Open ReviewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang